32 - Accident

5.2K 555 45
                                        

o0o

Cerita demi cerita mengalir dengan mudah dari mulut Lazeon, siapapun yang mendengarnya tentu tahu jika itu adalah cerita yang tidak masuk akal, diluar logika.

Tapi, Rama sebagai sepupu sekaligus dokter yang menangani Lazeon menganggap hal itu adalah hal yang wajar. Rama mempercayai setiap ungkapan dan pernyataan dari pasien mengenai keadaannya. Sekalipun itu diluar akal sehatnya. Cerita Lazeon juga dapat dipercaya, meski ada sedikit ragu dalam hati Rama. Mengingat Lazeon adalah sepupu yang dikenalnya dengan karakter tengil dan penuh tipu muslihat.

"Lo sayang sama dia?"

Rama melihat Lazeon yang menatapnya dengan rahang mengatup. Tatapan matanya juga sangat menyeramkan, padahal usia Rama jauh lebih tua, namun tetap saja tidak berkutik jika ditatap demikian.

"Menurut lo?"

"Oke deh, sekarang gue ganti pertanyaannya." Rama cengengesan. "Penah ngapain aja lo sama dia?"

Lazeon mendesis, tidak habis pikir. "Pernyataan lo aneh banget. Gue cuma pengen sembuh, jangan ngerambat kemana aja, Setan!"

"Iya, gue tahu." Rama berangsur mundur. "Lo masih perjaka kan?'

"Sialan!" umpat Lazeon.

Rama tertawa renyah, puas dengan reaksi Lazeon. Dari respon Lazeon sendiri Rama tentu sudah tahu jawabannya. "Saran gue sebagai sepupu, coba lo datang dulu ke ustad atau dukun. Emang lo gak merasa mungkin dia makhluk halus? Mungkin aja kan dia itu pocong, kunti, atau mungkin tuyul?"

"Mana mungkin." Lazeon benar-benar dibuat kesal. Merasa salah karena telah berkonsultasi dengan Rama, setiap pertanyaan Rama sangat tidak berbobot.

"Tapi, lo bilang tadi dia terus hilang lalu muncul di saat lo butuhkan." Rama tersenyum culas. "Saat lo butuh perhatian, butuh sandaran, atau butuh saat kebutuhan biologis lo belum terpenuhi. Iya gak?"

Lazeon sontak memukul meja. "Tutup mulut lo! Aneh gue orang kaya lo kok bisa jadi dokter. Yakin lulus karena pintar atau sebenernya lo lulus karena nyuap? Gue jadi curiga mungkin piala-piala keberhasilan lo itu justru lo beli di pasar loak, hah?!"

Rama lagi dan lagi tertawa, hanya Lazeon yang berani mempertanyakan kepintarannya. Dulu, sejujurnya Rama sekalipun tidak ada niatan untuk masuk kedunia kedokteran, dari dulu keluarganya mendokrin Rama untuk masuk kedalam lingkaran bisnis keluarganya. Hingga suatu waktu, Rama mengikuti kakeknya untuk survey ke rumah sakit ini, Rama yang saat itu ditinggal kakeknya dengan acak mengajak ngobrol seseorang di ruang tunggu. Siapa sangka yang Rama ajak mengobrol itu adalah pasien yang selama delapan tahun ini tidak kunjung sembuh. Pasien yang memilih menutup mulutnya karena bisikan dari halusinasi yang diciptakannya.

Tanpa disadarinya, cita-cita Rama berubah. Rama jadi ingin menyebuhkan seluruh pasien. Baginya kejadian itu adalah kejadian yang begitu luar biasa. Setelah beberapa kali terapi akhirnya pasien itu sembuh.

"Kapan terakhir kali dia muncul?"

"Dua bulan lalu."

Rama mengangguk mengerti. "Lo bilang dia persis Ellara, Ellara dalam versi lain. Apa mungkin itu adalah ciptaan alam bawah sadar lo. Lo pengen Ellara berubah dan tanpa sadar lo ciptain Ellara dalam versi lain."

"Gue bahkan gak suka Ellara!" ungkap Lazeon. "Sampai saat ini kenapa gue gak lepasin Ellara semata-mata karena Ellara mirip Kyla! Gue harap lo bisa bedain itu."

Rama paham rasa kecewa Lazeon terhadap Ellara. Sejatinya mereka berdua sama-sama tersakiti. Ellara yang merasa takut kehilangan Lazeon, hingga menghalalkan segala cara. Sayangnya cara Ellara salah, karena justru membuat Lazeon merasa tertekan dan tersakiti. Merasa tidak dimengerti oleh siapapun, saat Lazeon berada di titik terendah hidupnya.

The VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang