o0o
Fanya tersenyum sinis menatap Ellara dari ujung kepala hingga ujung kaki. Cantik sih Fanya akui itu, tapi jika menjadi hama apa gunanya. Tidak ada yang patut dibanggakan dari seorang Ellara, Fanya bahkan yakin pandangan Lazeon pada Ellara tidak lebih dari lintah yang terus menempel padanya.
Ya, wajib disingkirkan.
"Lho, Zeon kamu udah mau pulang aja padahal aku liat kamu masih sakit." Fanya mendekat, dia mengamati Lazeon dengan seksama lalu memasang wajah sedih dan khawatir.
"Kamu ikut aku kerumah aku aja, yuk? Takutnya di rumah kamu gak ada yang rawat. Kalo ikut ke rumah aku, aku bakalan rawat kamu sampe sembuh."
Lazeon menggeleng, lalu melepaskan tangan Fanya yang memegang kedua lengannya dengan sungkan.
"Gak usah kak, ada Esa kok yang jaga aku, gak usah repot-repot." Tolak Lazeon, lalu mencuri-curi pandang pada Ellara yang diam saja, tidak seperti biasanya yang selalu rusuh jika ada Fanya.
Maaf-maaf saja bukan maksud Lazeon mencari perhatian Ellara, Lazeon hanya heran saja. Ellara bahkan tidak membalas sapaan tidak sopan Fanya tadi. Lazeon semakin yakin akan praduganya.
Fanya menghela nafas kecewa, dia menatap bingung adik Lazeon yang menatapnya sinis. Fanya tidak mengenal Esa meski lama mengenal Lazeon, jadi Fanya hanya tersenyum canggung mentapnya.
"DIH, LIAT AKU KAK? ADIKMU DISINI, BUKAN DISANA!" teriak Ganesa jengah diacuhkan.
"Kakak tahu! Kamu diam aja Genesa." balas Fanya.
Ganesa cemberut. "Heran gue, yang adek lo itu gue apa Zeon sih?!"
Fanya hanya menatap Ganesa sekilas, pokusnya kembali pada Lazeon. "Ayolah, Zeon. Sekalian bawa Esa juga. Ya, ya?" harap Fanya.
"Sorry kak, aku dirumah aja." Tolak Lazeon sekali lagi dengan hati-hati.
Fanya mendesah kecewa.
Awal mengenal Lazeon, Fanya sudah memendam rasa padanya. Meski Lazeon hanya menganggapnya sebagai seorang kakak tapi Fanya tidak menyerah. Fanya sering menghubungi Lazeon, mencari perhatian sekaligus memberi pengertian dan kenyamanan untuk Lazeon. Berharap suatu saat Lazeon menyadari keberadaannya, dan jatuh cinta padanya.
Tapi harapan tinggal harapan karena seorang Ellara yang terus mengekor dan begitu posesif pada Lazeon. Fanya tidak menyukainya. Fanya membencinya. Membencinya hingga ketulang.
Apalagi saat mengetahui tabiat Ellara yang sering membully orang lain. Fanya rasa Ellara sangat tidak pantas untuk Lazeon. Sangat tidak layak. Setidaknya jika Lazeon tidak ditakdirkan untuknya maka Lazeon harus mendapatkan yang lebih baik.
Fanya mendelik, dia menatap kesal Ellara. Lazeon tidak mau pasti karena Ellara. Ini pasti karena Ellara sialan.
"Heh, jalang! Ini pasti karena lo kan? Posesif banget lo!"
Ellara mendesah, padahal dia sudah mencoba menghindar dari atensi Fanya tapi tetap saja kena. Ellara mencoba sabar, dia menatap Fanya dengan sabar. Tidak ada asap tidak ada api, Fanya tiba-tiba saja mencari gara-gara dengannya.
Tahan Ell, batin Ellara.
"Udah kuliah kan? Berarti udah tamat pendidikan dasar. Tapi kok mulutnya kayak gak pernah disekolahin gitu? Maaf kalo dulu gue banyak salah, tapi sekarang gue udah gak buat masalah. So jangan cari masalah sama gue, oke?"
Fanya jelas tersinggung, tapi memilih menunjukan senyuman yang jelas palsu. Ingin Lazeon melihatnya sebagai perempuan dewasa dengan pikiran dewasa, dan tidak kekanakan seperti Ellara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villainess
Novela JuvenilKyla mati, lalu hidup kembali. Bukan sulap apalagi sihir Kyla tiba-tiba saja masuk kedalam tubuh Ellara. Salah satu tokoh fiksi dalam novel. Tokoh antagonis, yang ditakdirkan untuk mati di akhir cerita. "Jika pada akhirnya ditakdirkan untuk mati, k...