Cinta adalah beban indah yang harus dipikul berdua. Jika mengandalkan salah satunya, kau bisa saja terluka, bahkan lebih parah.
Katanya mencintai seseorang diam-diam adalah salah satu bentuk beban yang paling ringan. Kamu mungkin akan terluka melihat orang yang disuka bersama orang lain, tapi hari berikutnya kamu akan tertawa ketika menyukai orang lain lagi, dan yang kemarin terlupakan.
Tapi bagaimana jika kasusnya mencintai diam-diam sampai kamu tak bisa berpaling pada yang lain? Bahkan setelah orang itu beberapa kali berganti pasangan, tapi bukan dengan kamu. Dia tak tahu perasaan kamu seindah dan setulus itu. Lebih parah lagi, di hidupnya kamu hanya seperti pemeran figuran, atau sederet nama dalam absen. Tak kurang, tak lebih. Kamu tidak dikenalinya.
Namun perasaan itu tak bisa kamu bunuh. Dengan kurang ajarnya dia terus tumbuh seiring berjalannya waktu. Berkuncup, mekar, berbunga. Padahal hanya kamu seorang yang merawatnya. Menyiramnya setiap hari dengan air mata rindu yang tak tersampaikan. Dipupuk dengan harapan-harapan ia bisa melihatmu utuh. Menyodorkan kemegahan singgasana cinta yang kamu miliki untuknya.
Tapi tidak terjadi apa-apa. Itu hanya angan-angan belaka. Karena saat semesta berkonspirasi menyatukanmu dengannya, kamu terlalu gugup dan sibuk menenangkan degup jantung yang ribut. Kamu tidak bisa mengontrol otak dan tubuh saat ia berbicara padamu. Sungguh menyebalkan bukan? Kamu seperti orang yang tidak ingin di dekatnya padahal sungguh sangat ingin berlama-lama di sisinya.
Dan perpisahan pun tiba. Kamu tidak bisa lagi melihatnya berkeliaran di sekitar mu. Gerbang pintu kenangan terbuka lebar menyambutmu. Mengingatkan senyumnya, suaranya, wajahnya, tingkahnya, atau bahkan bau jaket kuning favoritnya yang pernah tercium oleh hidungmu. Bahkan sampai saat ini bau itu masih jadi aroma nomor satu.
Kamu tidak bisa melupakannya begitu saja. Mencoba berbagai cara pun tak berhasil. Hati kamu selalu menunjukkan jalan padanya. Kejadian-kejadian yang memiliki banyak kesempatan namun tak digunakan dengan baik.
"Andai saja aku begini..."
"Andai saja aku melakukan ini..."
"Andai saja aku tak begitu..."
Jeritmu dalam gelapnya malam. Memang penyesalan adalah neraka paling dalam di dunia. Sekali kamu jatuh, rasanya seperti mati, hidup lagi, lalu mati lagi. Terus seperti itu, berkali-kali sampai kamu tak tahu harus bagaimana menghentikannya.Aku sedang... tidak, selalu mengalami penyesalan-penyesalan itu. Mencintai seseorang bertahun-tahun lamanya tanpa dia tahu aku memiliki perasaan itu untuknya. Kadang aku berpikir bahwa dia orang bodoh yang menyia-nyiakan diriku, tapi nyatanya aku yang bodoh menyia-nyiakan waktu memikirkan orang yang tak tahu melakukan hal sama untukku atau tidak.
Isak teredam, derasnya air mata, dan sesaknya dada ini ketika bayangannya muncul. Cerita usang yang tak bisa aku ulang, namun selalu aku harapkan kesempatan baru bertemu lagi dengannya. Tidak bersama juga tidak apa-apa. Aku hanya ingin berteman dan memberinya pelukan, lalu berkata, "Terima kasih sudah lahir ke dunia. Berbahagialah, dan jangan lupakan aku. Kamu selalu memiliki tempat untuk pulang. Kapanpun itu, aku selalu di sini."
Kamu orang yang selalu aku cintai.
-Fin-
KAMU SEDANG MEMBACA
ROTI PANGGANG
Short Story#1 dalam 'tak berbalas' (26-09-2021) Berisi kumpulan cerita singkat. Tak sesingkat memanggang roti. Cover by: Sobat ambyar @favorflavour