Luka

9 3 3
                                    

Satu dari sekian banyak penyesalan dalam hidupku adalah terlambat menyadari arti dirinya. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, kalimat itu terdengar sumbang. Lebih baik tidak sama sekali daripada terlambat, menurutku. Karena sakit yang aku rasakan, belum ditemukan penawarnya.

Aula megah yang aku masuki sedikit banyak menunjang pendarahan di hati. Rangkaian bunga, lantunan sholawat, para tamu undangan, dan seluruh spot maha agung yang dihadirkan dalam acara ini, cukup membuatku merasa tidak berguna. Ia pantas menerima ini semua. Laki-laki di atas pelaminan itu adalah orang yang beruntung bisa bersanding dengannya, gadis yang aku cintai.

Sore itu, di toko buku favorit kami. Ia tak henti-hentinya tersenyum. Mimpinya terwujud.

"Dateng ya sama calon elu. Huh! Gue kan jadinya yang duluan nikah!"

Tawanya pecah, dan tangan itu menyodorkan kartu undangan perak marun yang elegan. Aku tersenyum, pura-pura bahagia. Wanita yang pernah aku agung-agungkan akan menjadi Hawa ternyata semakin membantuku sadar bahwa wanita yang aku cintai saat ini bukan dirinya, tapi temanku ini yang seminggu lagi akan menjadi istri orang lain.

Aku menaiki undakan tangga, dengan niat akan menyalami sang mempelai di pelaminan. Tapi rasanya aku tak bisa bernapas lagi. Terlebih saat kulihat ia pertama kali mengenakan makeup, cantik sekali. Gadis bar-bar yang suka blak-blakan itu mendapat seorang yang luar biasa. Pasangannya adalah pengusaha minyak bumi, pewaris tunggal stasiun tv swasta, dan percetakan. Semakin klop dengannya yang suka menulis. Karya-karyanya sekarang mendunia. Aku senang dan perih bersamaan.

"Zafaaaaaa~ makasih loh udah dateng. Ganteng kan laki gue." Katanya sambil mengerling ke orang yang ia bicarakan. Masih saja sikap kamu seperti ini, Kal?

Kembali aku sembunyi dibalik senyum dan anggukkan. Dengan langkah tertatih, aku turun dari sana dan berlalu pulang. Aku tak sanggup. Rasanya seluruh tenaga yang aku kumpulkan jauh-jauh hari tidak cukup. Aku harus pulang, dan membalut luka yang menganga ini.

-FIN-

ROTI PANGGANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang