Mine

5 3 0
                                    

Ini malam minggu entah keberapa, namun tetap saja romantis. Kopi susu dan teh mengepul di meja, biskuit cokelat dan puding susu tak lupa ikut nongkrong, tv LED 21 inch memutarkan film action favoritnya.

Yah! Tapi yang paling aku sukai adalah aroma rambutnya. Bau shampo biasa, tapi berbeda jika ia yang pakai.

Wajah itu ikutan tegang saat tokoh utama hampir mati dalam cerita. Jujur, yang aku lihat dari tadi hanya wajahnya, bukan film. Refleks aku membelai pipinya, ia menoleh sebentar lalu berkata,

"Serem, ih! Percepat, ya?"

Aku mengangguk setuju, lagipula yang aku lihat hanya dia, istriku. Entah sejak kapan ini terjadi, tapi menurutku wajahnyalah yang paling indah dilihat. Tak peduli seberapa seru film yang diputar, aku hanya ingin melihatnya, hanya padanya.

Aku mengecup puncak kepalanya, mengeratkan pelukan, dan membelai pipi itu sekali lagi. Dia tak bergeming, fokusnya tetap pada televisi. Dunia kadang ia lupakan saat menonton, baca buku, menulis, menggambar, dan mendengar musik. Dia perempuan penuh talent juga kasih sayang. Tak akan kubiarkan kau terluka atau menangis. Itu janjiku padamu.

"Sayang, kalau manusia gak di kasih kulit sama daging, cuman tengkorak aja gitu, kamu bakal tetep milih aku nggak?"

Sekonyong-konyong pertanyaan itu keluar dari mulut kemerahan miliknya. Aku menatapnya, lalu menatap layar televisi. Dan menatapnya lagi.

Ini pertanyaan konyol!
Dan jelas-jelas pertanyaan menjebak!

"Jawab."

Aku berdo'a dalam hati supaya tidak salah menjawab.

"Ya, tetep milih kamu lah."

"Kok bisa?"

Lah?!
Baru saja berjanji tidak akan membuat dirinya menangis atau terluka, tapi kalau begini sepertinya aku yang ingin menangis.

"Ya, karena itu kamu. Mau kamu bentuknya tulang doang, gigi doang, daging doang, atau jadi amoeba kenyel-kenyel begitu, aku bakal tetep milih kamu kok."

Kontan dia terbahak. Reaksinya yang begitu lebih sulit ditebak.

"Wajah bingung kamu lucu, jawaban ngegas kamu lebih lucu. Makasih suamiku untuk sabar dengerin pertanyaan aneh aku."

Ia memeluk dan menenggelamkan wajahnya di dadaku. Hanya kekehan yang bisa aku keluarkan. Seraya mengecup dan mengelus rambutnya aku membatin, "Dikurang-kurangin ya sayang hal begitu. Gak baik buat kesehatanku."

Tapi senyum manisnya melelehkan semuanya. Ya, dia tetap menjadi yang kucintai. Di kehidupan manapun, dalam wujud apapun, aku memang ingin bersamanya.

I love u, my cutie pie 🤍



-FIN-

ROTI PANGGANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang