Intip

9 2 0
                                    

"Nah kalo yang ini kekuatannya seribu bayangan."

Aku kaget mendengar adik bicara sendiri di teras rumah. Penasaran, kulangkahkan kakiku mendekati jendela, lalu mengintip dibalik gorden.

Mataku membulat seketika dan jantungku seperti keluar. Tubuh itu, senyum itu, laki-laki itu... kang Dion. Tanpa suara aku mundur teratur mencari ibu di belakang.

"Ibu... ibu.. ibu..gawat!!"

Ibu sedang mencuci pakaian ikut terkejut melihat tingkahku -aku juga heran kenapa panik. Ibu mematikan mesin cuci lalu berkata, "Kenapa? Ada apa?" Dengan nada sama panik.

"Itu.. itu.. teras.. di teras.. ada orang aneh."

Eh! Kenapa aku bilang orang aneh?

Naluri ibu untuk menjaga anaknya jangan ditanya, deh. Karena dalam beberapa detik ibu sudah menyusul adik ke teras rumah. Aku ikut berlari lalu bersembunyi di balik jendela. Lagi.

"Adik?"

Itu kata pertama yang meluncur dari mulut ibu. Dari sini kulihat kang Dion dan adik barengan menoleh. Terjadi adegan Mannequin Challenge selama beberapa detik sampai suara kang Dion menginterupsi.

"Ibu..." sapanya sembari mencium punggung tangan ibuku. Ih! Apa-apaan ih akang?

Ibuku gelagapan, "Eh.. iya. Aduh.. mari masuk dulu, nak! Ada perlu apa, ya?"

Kang Dion tersenyum, membuatku menguatkan tubuh dibalik jendela agar tidak pingsan dan berakhir di rumah sakit, gagal jantung.

"Saya kakak kelasnya Nana, bu. Ini kemarin berkas kaligrafinya ketinggalan. Kebetulan saya lewat sini, jadi mampir. Eh ketemu Yai, saya lupa minta izin deh." Jawabnya dengan suara riang secerah matahari dunia tabi.

"Oh begitu, terima kasih ya. Nana memang suka teledor. Mau masuk dulu?"

"Ah.. terima kasih bu. Tapi ini juga ditunggu kakek. Jadi saya pamit saja bu, salam buat Nana, ya. Assalamu'alaikum." Ia mengecup tangan ibuku lagi lalu balik kanan pergi menjauh.

Ibuku masuk ke rumah dengan berkas kaligrafiku ditangannya.

"Nih!" Suara ibu ketus menyerahkan berkas itu padaku. "Orang aneh darimana? Normal gitu. Sopan pula. Kayaknya anak ibu naksir deh ke dia. Cieeee..." Dan melengos gitu aja lanjutin kegiatan nyuci yang terhenti.

Dih!

Aku mendelik, "Siapa juga yang naksir," gerutuku pelan dengan debar jantung tak tentu.


-FIN-

ROTI PANGGANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang