4. POURPARLERS

684 96 88
                                    

Warning : [18+]
Substance, sexual violence (implied), crimes, harsh word.

Semua yang ada di buku ini hanyalah Distopia, dengan mengambil latar tempat utama di kehidupan nyata yaitu Seoul dan hanya meminjam visualisasi dari beberapa member grup idola untuk memudahkan pembaca. Untuk Karakter, sifat dan watak tokoh, tempat dan kejadian semua murni pemikiran penulis. Tidak ada maksud untuk merusak citra atau pribadi orang lain maupun suatu tempat. Penulis hanya membuat cerita berdasarkan riset singkat dan dangkal dengan bumbu khayalan dan imajinasi jadi dimohon untuk tidak menelan mentah apa yang tersaji di keseluruhan cerita ini.

Jika kamu merasa terganggu atau tidak nyaman dengan tulisan ini, dimohon untuk tidak melanjutkan membaca. Terimakasih banyak.

.

.
.
//TALKS//
.
.
.

Matahari pagi belum menyentuh seperempat putarannya namun suasana di sekitarnya sudah sangat ramai. Orang-orang berlalu cepat, silih berganti menenteng barang-barang seperti kotak kardus yang entah apa isinya. Kegiatan yang bisa dilakukannya hanyalah merapatkan kaki dan meringkukkan tubuhnya sekecil mungkin, kepalanya hanya sibuk memandang ujung sepatu yang saling bersua. Sesekali netranya berkelana melihat apa saja yang terjadi disekitarnya.

Semua orang tampak sibuk dengan urusan mereka sendiri, ada yang berteriak di sambungan telefon, ada yang membanting kertas-kertas tebal, orang yang dikenalnya tenggelam dalam tumpukan kertas yang membuatnya pening.

Sebotol susu pisang dan sekotak kukis mendarat apik di hadapkannya, netranya mengikuti arah tangan yang meletakkan kesukaannya tadi, seketika binar itu berubah sedikit terkejut karena disambut oleh mata yang terpejam membentuk bulan sabit karena pemiliknya tersenyum kelewat lebar.

"Makanlah selagi menunggu hyung-mu adik manis, aku kembali kerja dulu yaa." Tangannya orang tadi melambai-lambai seperti mengucapkan sampai jumpa, padahal dia hanya duduk di meja yang ada di dekat meja hyung-nya. Yang dilambaikan tangan hanya mengangguk dan meraih susu pisang secepatnya seolah takut akan diambil lagi.

Setengah hari saja belum berlalu, namun sekotak kukis itu sudah tak berpenghuni. Ia bosan, seandainya si gadis berponi ada bersamanya, dirinya bisa meminjam ponselnya untuk bermain. Jika meminjam pada Taehyung, ia takut dan kakak laki-laki gadis itu mungkin tak akan meminjamkan ponselnya pada pemuda itu.

"Kau bosan?" Entah mengapa suhu di sekitarnya tiba-tiba berubah dingin dan membuatnya berjengit, ia menoleh mendapati sosok seperti kulkas berjalan.

"H-hyung..... eung, kookie bosan." Pandangannya ditundukkan, jari-jarinya bertaut, ujung sepatunya saling menindih, tak berani menoleh setelah mengetahui siapa yang mengajaknya bicara.

"Ingin melihat hal menarik tidak? Ikut aku." Seulas senyum tipis sempat mampir pada sudut bibir pemuda kulkas itu namun segera menghilang. Langkah kaki ringan melewati Jungkook begitu saja.

Si pemuda kelinci yang penasaran langsung saja mengikuti pemuda kulkas tadi, berjalan cepat mengejar langkah pemuda yang tingginya hampir sama dengannya tadi.

"H-hyung?" Kedua telapak tangan Jungkook refleks menutup telinganya. Pemuda kulkas tadi sudah berhenti di depan ruangan berpintu besi. Mereka belum masuk tapi suara-suara keras di dalam sudah terdengar oleh mereka.

"Jangan kaget. Jangan mengompol. Jangan lari." Pintu besi dibuka, sebuah ruang luas dengan matras-matras di lantai menyambut keduanya. Disana beberapa orang dengan seragam putih dan hitam saling membanting dan saling memukul.

THE BROKEN GLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang