5. PROMETTRE

505 84 13
                                    

Warning : [18+]
Substance, sexual violence (implied), crimes, harsh word.

Semua yang ada di buku ini hanyalah Distopia, dengan mengambil latar tempat utama di kehidupan nyata yaitu Seoul dan hanya meminjam visualisasi dari beberapa member grup idola untuk memudahkan pembaca. Untuk Karakter, sifat dan watak tokoh, tempat dan kejadian semua murni pemikiran penulis. Tidak ada maksud untuk merusak citra atau pribadi orang lain maupun suatu tempat. Penulis hanya membuat cerita berdasarkan riset singkat dan dangkal dengan bumbu khayalan dan imajinasi jadi dimohon untuk tidak menelan mentah apa yang tersaji di keseluruhan cerita ini.

Jika kamu merasa terganggu atau tidak nyaman dengan tulisan ini, dimohon untuk tidak melanjutkan membaca. Terimakasih banyak.

.
.
.
//TO PROMISE//
.
.

.

Dua pasang kaki terus berlari menyusuri jalanan, keduanya berlari mencari tempat yang ramai. Nafas mulai tersengal, tapi lajunya tak melamban barang sedetik. Menoleh ke belakang menjadi hal terlarang, selain takut mengetahui fakta bahwa mereka masih dikejar melainkan juga akan memperlambat langkah mereka.

Keramaian tampak semakin dekat, terdengar suara riuh orang-orang. Perasaan lega membuncah di dalam dada keduanya hingga langkah kaki dipercepat sebisanya.

"Ayo cari minum dan obat, sekarang kita jalan saja. Maaf harus menahan perih dan lari. Tapi kita tak bisa berpisah di sini. Jadi tahan sebentar lagi ya?" Anggukan diberikan untuk menjawab, nafasnya masih belum normal, dadanya kembang kempis tak karuan.

Tautan tangan sama sekali tak terlepas, perasaan waspada terus ada seraya mata menyisir keramaian di sana hingga tertuju pada bangunan putih dengan garis bercat hijau. Langsung saja keduanya melangkah lebih cepat ke tujuan yang sudah di depan mata.

Kaki melangkah masuk perlahan, mengucap salam dan meminta bantuan petugas jaga untuk memberi beberapa obat untuk luka gores dan mengambil dua botol air mineral. Kembali bersyukur saat mengetahui uang yang dibawa masih cukup untuk membeli semua itu, kini keduanya duduk di bangku pinggir jalan dekat keramaian tadi. Masih enggan mencari tempat yang lebih tenang karena takut orang-orang tadi muncul kembali.

"Tahan oke? Tidak boleh menangis." Mata bulat hanya mampu memandang, terlalu meresapi rasa perih yang mendera kedua lututnya yang terluka hingga celananya robek.

Gadis di depannya berjongkok dan mulai membersihkan lukanya dengan telaten. Dirinya sendiri sesekali meringis perih, ingin menangis tapi lebih takut dengan kemarahan Lisa.

"Jungkook-ah, Lain kali setelah menendang aset lawanmu seperti itu, persiapkan dirimu untuk terlempar atau dipukul, ya kau bagus sih lari, tapi jangan lari ke arah jalan raya dengan kendaraan melaju kencang." Gadis didepanya memang mengobati dengan telaten, tapi omelannya terus melaju seperti kereta.

"Jika seperti tadi, lepas dari orang jahat bisa langsung bertemu Tuhan. Huuuffff." Omelan terus berlanjut dengan sesekali gadis itu meniup obat yang dia oleskan pada lukanya, "Jika bisa hajar sampai dia tak bisa melawan, setidaknya saat itu kemudian lari dan cari keramaian, kalau seperti tadi dia bahkan masih bisa menarik kakimu sampai kau jatuh. Nanti kau sendiri yang rugi."

"Te-terima kasih Li..." Jungkook berucap sembari menunduk, air matanya mengancam jatuh karena perihnya luka bersentuhan dengan alkohol dan salep.

"Sesama manusia harus saling menolong dan melindungi, mengerti? Aku harap apa pun masalahmu segera selesai dan bebas dari orang jahat tadi. Nah sekarang kita pulang sebelum Tae-oppa atau Jisoo-eonni sampai rumah." Lisa mengulurkan tangannya tepat di depan wajah Jungkook yang ditundukkan, membuat pemuda yang hampir menangis mendongak dengan wajah sembab namun tetap menerima uluran tangan Lisa.

THE BROKEN GLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang