INTERMEZZO : L'ANNIVERSAIRE DE TAETAE

209 19 0
                                    

Jalanan luas beralaskan batuan yang disusun acak namun memberi kesan artistik nan mewah menjadi perantara sepasang kaki kecil untuk terus berlari menghampiri mobil sedan hitam berkecepatan sedang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jalanan luas beralaskan batuan yang disusun acak namun memberi kesan artistik nan mewah menjadi perantara sepasang kaki kecil untuk terus berlari menghampiri mobil sedan hitam berkecepatan sedang.

Keringat mulai membasahi pelipis berbedaknya. Ia sudah mandi sore ngomong-ngomong dan saat tahu mobkl hitam familiar tiba di jalanan rumahnya, tubuh kecil berbalut kemeja biru muda dengan setelan celana pendek berwarna biru tua berlari mengejar. Ia takut apabila terlambat, maka kesempatan untuk berjumpa dengan sang penumpang akan pupus.

"Tuan muda, jangan berlari!" Seorang pengasuh wanita mengejar bocah yang tadinya mengajak bermain bunga di sisi rumah besarnya.

"Imo! Cepat! Hehehe~" Anak itu terkekeh kala menengok dan menemukan pengasuhnya kepayahan mengejar.

Jedug!

Dadanya sesak, lututnya perih. Bibir tebal itu tertekuk ke bawah, matanya basah.

Sakit!!

Teriakan dalam hati yang tak akan pernah bisa ia keluarkan dengan bebas.

"Astaga, tuan muda!" Pengasuh wanita itu mengabaikan rasa lelahnya, menghampiri bocah yang jatuh itu. Sedang anak yang masih tengkurap di jalanan hanya bisa memandangi seorang pria yang menggandeng mesra seorang wanita beserta anak laki-laki, kemungkinan lebih tua darinya.

Air mata tak lagi bisa dibendung, ia menangis, membiarkan lelehan air itu menyapu bedak bayi yang tadi ia pakai. Membiarkan air itu meninggalkan jejak di pipi merah meronanya.

"Astaga! Lutut Anda berdarah."

"Imooo~" Anak itu memeluk dengan erat leher pengasuhnya. Ia menangis semakin kencang.

"Apa ada yang sakit lagi?" Pertanyaan wanita itu sarat akan rasa khawatir. Beruntungnya, anak itu menggeleng.

"Astaga, Taehyung! Apa yang terjadi?!" Suara lembut namun panik terdengar dari arah pintu utama.

Itu ibunya.

Ibu kandungnya.

"Eommaa~" Taehyung melepas pelukannya dengan sang pengasuh, mengabaikan rasa perih di lutut, Taehyung berlari menghampiri sang ibu.

"Jagoan Eomma, mengapa menangis?" Sang ibu menggendongnya, mengusap lembut kepala bagian belakangnya sembari berkomunikasi dengan sang pengasuh.

Seulas senyum terbit di bibir wanita cantik itu.

Namun, ada sorot sendu di kedua mata besarnya.

"Taehyung, jagoan Eomma, tidak apa-apa, jatuh itu hal lumrah, asalkan Taehyung bisa bangkit dan kembali melangkah dengan keyakinan bahwa Taehyung tidak akan jatuh lagi. Apabila kembali terjatuh, yakinlah bahwa saat Taehyung bangkit lagi, Taehyung akan semakin kuat, hm?" Bisikan itu masuk ke telinganya, terekam begitu jelas meski tak mengerti dengan maksudnya. Saat ini.

THE BROKEN GLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang