29. PASSÉ - II

232 42 18
                                    

Selamat ulang tahun Chaengramji~~ 🎉🎉
.
Aku... gamau minta vote atau komentar lagi deh.... hehehe aku merasa belum pantas... aku akan cukup bersyukur kalo cerita yang udah di publikasi (re: TBG dan LAM) bisa tamat hehehe

.

Aku kalo nulis chapter Mère dan Passé selalu jadi emosional dan kebawa perasaan... kalian bacanya gitu juga ga? Apakah perasaanku tersampaikan dengan baik? Soalnya aku bukan penyampai emosi dan perasaan yang baik. Susah buat ngungkapin apa yang aku rasain. Lebih banyak dipendam sampe karatan.

.

Oh ya akan ada peringatan ⚠️ di tengah chapter, karena bagian itu mungkin sedikit membuat beberapa orang tidak nyaman, mohon disikapi dengan bijak.

.

Warning : [18+]
Substance, sexual violence (implied), crimes, harsh word.

Semua yang ada di buku ini hanyalah Distopia, dengan mengambil latar tempat utama di kehidupan nyata yaitu Seoul dan hanya meminjam visualisasi dari beberapa member grup idola untuk memudahkan pembaca. Untuk Karakter, sifat dan watak tokoh, tempat dan kejadian semua murni pemikiran penulis. Tidak ada maksud untuk merusak citra atau pribadi orang lain maupun suatu tempat. Penulis hanya membuat cerita berdasarkan riset singkat dan dangkal dengan bumbu khayalan dan imajinasi jadi dimohon untuk tidak menelan mentah apa yang tersaji di keseluruhan cerita ini.

Jika kamu merasa terganggu atau tidak nyaman dengan tulisan ini, dimohon untuk tidak melanjutkan membaca. Terimakasih banyak.

.
.
.
//PAST-II//
.
.
.

Dentuman musik yang memekakan telinga terus diputar tak kenal waktu. Bahkan pohon yang digunakannya untuk bersembunyi turut bergetar. Matanya menatap jauh pada bintang-bintang yang menemaninya hingga dini hari. Lututnya dirapatkan dengan dada, bermaksud meminimalisir kontak dengan udara yang kian dingin di pagi hari. Salahnya yang lupa membawa selimut tadi. Meski begitu, ia enggan beranjak dari sana. Selain rumah yang penuh sesak di lantai satu, geraman dan erangan terdengar dari balik pintu di lantai dua, semua itu terasa menakutkan baginya.

Menunggu hingga matahari menampakkan diri menjadi satu-satunya pilihan setiap kali ia menyusup keluar malam. Karena tidurpun terasa percuma meski kamarnya dilapisi semacam peredam suara, seperti yang pernah ia dengar dari percakapan ibu dan bibinya. Sebab laknatnya suara di dua lantai dibawahnya lebih keras dari kemampuan peredamnya.

"Kookie, bangun sayang." Pipinya ditepuk oleh sebuah tangan hangat. Apa ia ketiduran diluar?

"Kenapa tidur diluar? Eomma mencarimu dimanapun tapi tak ketemu." Suara lembut ibunya membuatnya mau tak mau harus bangun. Padahal tadi sudah bisa tidur nyenyak.

"Eomma? Sudah selesai bekerja?" Tanyanya dengan suara khas bangun tidur, "Gendong~"

Ibunya terkekeh mendengar permintaan putra kecilnya, "Keluarlah dari lubangnya dahulu sayang."

Jungkook kecil menurut, merangkak keluar dari lubang yang menjadi tempatnya sembunyi. Setelahnya mengulurkan tangan pada sang ibu. Seperti koala, Jungkook kembali menyamankan diri untuk tidur dalam pelukan sang ibu.

"Kookie rindu tidur dengan eomma..." Gumamnya yang tentu dapat didengar oleh wanita itu. Sang ibu yang mendengar, berhenti berjalan. Dirinya diam terpaku dengan keinginan putra kecilnya.

THE BROKEN GLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang