25. END(LESS) NIGHT(MARE)?

431 58 22
                                    

Happy New Yearrrr~ 🎉

Hehe I'm not good at words

But I wish us a better and a happy new year 🎉
.
.
.

Warning : [18+]
Substance, sexual violence (implied), crimes, harsh word.

Semua yang ada di buku ini hanyalah Distopia, dengan mengambil latar tempat utama di kehidupan nyata yaitu Seoul dan hanya meminjam visualisasi dari beberapa member grup idola untuk memudahkan pembaca. Untuk Karakter, sifat dan watak tokoh, tempat dan kejadian semua murni pemikiran penulis. Tidak ada maksud untuk merusak citra atau pribadi orang lain maupun suatu tempat. Penulis hanya membuat cerita berdasarkan riset singkat dan dangkal dengan bumbu khayalan dan imajinasi jadi dimohon untuk tidak menelan mentah apa yang tersaji di keseluruhan cerita ini.

Jika kamu merasa terganggu atau tidak nyaman dengan tulisan ini, dimohon untuk tidak melanjutkan membaca. Terimakasih banyak.

.
.

.
.

-23.20 KST, Penthouse-

Buku setebal 5 cm di dekapnya erat, seolah hidupnya bergantung pada buku itu. Jalannya dibuat berjinjit agar tak menimbulkan bunyi gesekan antara sandal rumahnya dengan lantai setiap kali ia berjalan. Mirip seorang pencuri kecil yang takut tertangkap basah saat mencuri mangga milik tetangga galaknya.

Setiap anakan tangga ia lalui dengan sangat hati-hati, seolah menginjak lapisan es tipis. Mata bulatnya mengedar memindai setiap sudut remang di sekitarnya. Bahkan setiap menaiki satu anakan, ia akan menahan nafas, takut-takut jika hembusan nafasnya terlalu keras hingga dapat membangunkan naga.

Pintu tertutup tepat di ujung tangga menjadi tujuan utamanya. Tinggal beberapa undakan lagi dan ia sampai. Nafasnya semakin ditahan karena mendadak gugup. Langkahnya semakin cepat.

Cklek!

Blam!

Klik!

"Haah, huuh, haaah, huuuuh!~" Engahnya setelah berhasil masuk dan mengunci pintu. Ia merosot dengan bersandar pintu kamarnya. Buku yang sejak tadi di peluk akhirnya ia jatuhkan ke lantai dan menghasilkan bunyi debuman yang cukup keras membuat si pemegang memejamkan mata erat menyadari kecerobohannya.

"Duuuh!!" Dahinya ia tepuk pelan.

Setelah dirasa tak lagi terengah ia memutuskan untuk memungut bukunya dan beranjak mendekati ranjang untuk meletakkan buku itu sembarangan. Dirinya lantas berbalik untuk pergi gosok gigi dan membasuh kaki juga tangannya lalu bersiap tidur.

Lampu kamarnya telah dipadamkan, selimut tebal sudah ditarik sebatas dada dengan mata yang siap terpejam. Tak lupa merapal doa sebisanya agar tak ada mimpi buruk malam ini, karena demi apapun ia sangat lelah hari ini.

Setelah beberapa saat terpejam dengan nafas teratur, mata bulatnya terbuka lebar. Buku!

"Ish! Pabbooyaa!" Mau tak mau tubuhnya harus bangun, dengan mata lelah, ia mencari buku dibantu temaram lampu tidurnya. Dapat!

"Aduh!" Sampul bukunya terlipat, bibirnya dikulum, matanya terpejam erat, ia takut.

"Gwenchanha! Gwenchanha!" Tenangnya meski tak berefek apapun.

.
.

"Zzzzzzz~" Beberapa menit membaca, ia sudah terlempar ke alam mimpi, dengan buku terbuka di halaman lima, mulutnya sedikit terbuka dengan gigi kelinci yang mengintip malu-malu. Sebelah kakinya keluar dari selimut. Posisinya kini sangat mirip dengan bintang laut yang terbalik.

THE BROKEN GLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang