17. BIEN ESSAYÉ

356 62 67
                                    

Warning : [18+]
Substance, sexual violence (implied), crimes, harsh word.

Semua yang ada di buku ini hanyalah Distopia, dengan mengambil latar tempat utama di kehidupan nyata yaitu Seoul dan hanya meminjam visualisasi dari beberapa member grup idola untuk memudahkan pembaca. Untuk Karakter, sifat dan watak tokoh, tempat dan kejadian semua murni pemikiran penulis. Tidak ada maksud untuk merusak citra atau pribadi orang lain maupun suatu tempat. Penulis hanya membuat cerita berdasarkan riset singkat dan dangkal dengan bumbu khayalan dan imajinasi jadi dimohon untuk tidak menelan mentah apa yang tersaji di keseluruhan cerita ini.

Jika kamu merasa terganggu atau tidak nyaman dengan tulisan ini, dimohon untuk tidak melanjutkan membaca. Terimakasih banyak.

.
.
.

//NICE TRY//
.
.
.

Malam telah datang bersambut bersama bulan menggantikan matahari yang sudah menerangi siang. Mobil SUV hitam terus membelah jalanan dan dikemudikan dengan kecepatan sedang berisi dua orang, satunya mengemudi dan satu orang lagi sibuk melihat bulan di luar jendela mobil dengan memeluk boneka kelincinya.

"Noona, kapan eomma bisa pulang bersama Kookie?" Tanya pemuda yang sejak tadi diam memandang bulan yang ikut bergerak mengikuti mobil mereka.

"Secepatnya, setelah hakim mengizinkannya pulang bersama Kookie." Jisoo mencoba memberi pengertian dengan tetap fokus memperhatikan jalanan yang cukup lengang.

"Kenapa harus menunggu hakim mengizinkan eomma pulang noona? Kan tinggal pulang saja? Kita minta hyungie pulangkan eomma saja." Ucapnya enteng, tak mengerti siapa hakim yang seenaknya mencegah sang ibu pulang.

"Eomma Yena akan keluar dari rumah sakit setelah sembuh total, tapi tidak pulang bersama kita. Dia harus tinggal di rumah yang berbeda." jelas Jisoo, tanpa menatap Jungkook karena ia harus mengemudikan mobil.

"Di rumah yang isinya orang jahat, noona? Eomma tidak jahat meski pukul-pukul Kookie. Kan Kookie sudah maafkan eomma." Jawab Jungkook enteng, ia dan sang ibu sudah berdamai tadi. Sang ibu meminta maaf padanya dan Jungkook tentu saja memaafkan wanita yang telah melahirkannya itu.

"Ya, Kookie sudah maafkan, tapi hakimnya belum." Ucap Jisoo singkat, ia pikir Jungkook akan paham.

"Eomma kan tidak pukul-pukul hakim!" Jungkook berseru, ia membela sang ibu karena merasa tak pernah melihat sang ibu memukul si hakim yang dimaksud Jisoo.

"Hahaha, bukan begitu Jungkook-ah. Hakim ini nanti yang tentukan apakah Eomma Yena sudah dimaafkan atau belum, berapa lama harus tinggal di rumah itu untuk menebus maafnya. Kesalahan Eomma Yena tidak hanya tentang memukul Kookie. Jadi Hakim harus memikirkan banyak hal untuk maafkan Eomma Yena, sayang." Jisoo melirik sekilas Jungkook yang memperhatikannya dengan sungguh-sungguh, lalu kembali fokus pada jalanan sembari memberi penjelasan pada pemuda yang duduk di sampingnya.

"Tapi dulu Kookie kan tidak tinggal dengan hakim, bagaimana hakim tau salah eomma?" Tanya Jungkook lagi, ia masih tak faham siapa gerangan si hakim itu.

"Dari laporan yang noona dan hyung buat, dari hasil pemeriksaan dan penyelidikan yang noona dan hyung lakukan, nanti hakim akan menilai dari sana." Jawab Jisoo jujur, ia tak tahu lagi bagaimana harus menjelaskan hal itu pada Jungkook. Ia hanya berharap Jungkook akan paham dan mengerti maksudnya.

"Kenapa noona dan hyung jahat?! Eomma jadi jauh dari Kookie! Hakim juga jahat pisahkan Kookie dan Eomma!" Jungkook naik pitam, ia tak menyangka kedua orang yang ia anggap kakak justru yang berbuat hal kejam itu.

THE BROKEN GLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang