37. CHAOS

254 22 5
                                    

Ganteng banget ya, sumpah😩

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ganteng banget ya, sumpah😩

Warning : [18+]

Substance, sexual violence (implied), crimes, harsh word.

Semua yang ada di buku ini hanyalah Distopia, dengan mengambil latar tempat utama di kehidupan nyata yaitu Seoul dan hanya meminjam visualisasi dari beberapa member grup idola untuk memudahkan pembaca. Untuk Karakter, sifat dan watak tokoh, tempat dan kejadian semua murni pemikiran penulis. Tidak ada maksud untuk merusak citra atau pribadi orang lain maupun suatu tempat. Penulis hanya membuat cerita berdasarkan riset singkat dan dangkal dengan bumbu khayalan dan imajinasi jadi dimohon untuk tidak menelan mentah apa yang tersaji di keseluruhan cerita ini.

Jika kamu merasa terganggu atau tidak nyaman dengan tulisan ini, dimohon untuk tidak melanjutkan membaca. Terimakasih banyak.

.
.
.
.
.
.

Sebuah pesta tentu saja menghidangkan banyak makanan dan minuman, dan untuk pesta berskala mewah seperti ini, pastinya akan ada banyak makanan enak, bukan?

Jadi, saat diminta untuk duduk diam di kursinya ketika sang penjaga mengambil minum untuknya, satu-satunya bocah dalam pesta itu berinisiatif untuk bangkit dan mencari camilan.

Kesenangannya membuncah ketika menemukan meja hidangan yang ternyata ada di sisi lain ruangan. Sebuah piring diambil untuk memuat makanannya nanti. Persetan dengan misi, toh tugasnya hanyalah memberanikan diri menemui pria yang disapanya tadi. Jadi, bukankah kini dirinya bebas menikmati pesta?

Kue dan makanan manis lainnya menjadi pilihan mengisi perut. Sebab, dia membutuhkan gula sangat banyak saat ini. Kue beragam bentuk dan rasa tak luput dari tangan.

Sesekali beberapa kue yang tampak menarik, diicip dahulu sebelum meletakkannya ke piring. Sampai-sampai sebuah gunung kecil terbentuk dari susunan kue yang diambil.

Kini saatnya kembali ke tempat duduk.

Tuk!

Eohh?

Sesuatu mengganjal di kaki, anak itu berjongkok untuk mengecek ada apa di sana.

Mata bulat dibalik topeng itu melebar, ketika melihat apa yang ia temukan.

Kotak magazine!

Dengan cepat tangannya meraih benda itu dan menyimpannya di saku jas. Sebab, piring berisi kuenya lebih penting.

"Dari mana?" Seharusnya pertanyaan sepele itu tak terlontarkan, karena dilihat dari sudut mana pun, siapa saja akan tahu jika bocah itu baru saja mengangkut makanan dari meja saji. Anak itu dengan polos mengangkat piring dan menawarkan pada pria bertopeng yang mendampinginya.

THE BROKEN GLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang