24. CHERCHER

347 52 18
                                    

Selamat Natal bagi yang merayakan ❄🎄🎁

.

Warning : [18+]
Substance, sexual violence (implied), crimes, harsh word.

Semua yang ada di buku ini hanyalah Distopia, dengan mengambil latar tempat utama di kehidupan nyata yaitu Seoul dan hanya meminjam visualisasi dari beberapa member grup idola untuk memudahkan pembaca. Untuk Karakter, sifat dan watak tokoh, tempat dan kejadian semua murni pemikiran penulis. Tidak ada maksud untuk merusak citra atau pribadi orang lain maupun suatu tempat. Penulis hanya membuat cerita berdasarkan riset singkat dan dangkal dengan bumbu khayalan dan imajinasi jadi dimohon untuk tidak menelan mentah apa yang tersaji di keseluruhan cerita ini.

Jika kamu merasa terganggu atau tidak nyaman dengan tulisan ini, dimohon untuk tidak melanjutkan membaca. Terimakasih banyak.

.
.
.

//SEARCH//
.
.
.

-16.50 KST, Hari ketiga, Sekitar Rutan-

Pohon yang berdiri tegak di bahu jalan itu tampak berbeda dari pohon-pohon di sekitarnya. Mata kecilnya memicing dengan tubuh yang masih setia terpaku di sisi mobil. Alisnya bahkan menyatu karena memaksimalkan pengelihatannya.

Ingat kata seorang pesulap, jika kau terlalu fokus pada sebuah lingkup kecil kau akan melewatkan pertunjukan yang sesungguhnya. Oleh karenanya, Jimin enggak berpindah tempat.

"Aih, mataku sakit." Keluhnya.

"Rumput di dekat pohon dan warna batangnya tampak berbeda. Tapi selebihnya tak ada yang berubah?" Herannya sendiri. Berselang tak terlalu lama, Jimin menegakkan tubuhnya.

"Tunggu! Tunggu! Tunggu!" Jimin segera berlari mendekat, ia berhenti tepat di batas jalan dengan tanah di tepinya.

"Rumputnya patah. Tak terlalu segar juga. Hei rumput apa kau tergilas sesuatu?" Tanyanya pada rumput yang layu. Tentu saja tak akan ada jawabnya. Jimin lantas mengikuti alur batang pohon yang ia curigai.

"Warna batangnya tidak alami, seperti bau cat?" Tanyanya lagi entah pada siapa. Ia bahkan mendekatkan diri dan mengendus bau batang pohon itu jarak keduanya bahkan tak ada 5 cm.

"Hmm.... benar bau cat kok. Tapi siapa orang bodoh tak punya kerjaan yang niat sekali mengecat pohon?!" Tanyanya lagi, sedikit mengejek siapapun gerangan yang mengecat pohon.

"Tunggu!" Jimin menegak, mengerjabkan mata kecilnya dengan cepat, "Foto! Foto! Aih, Jiminnie pabo."

Jimin memfoto, merekam bahkan mengambil sampel dari pohon dan rumput yang ia endusi dan tanyai tadi. Tak sampai disitu, Jimin dengan telaten mencoba membuat garis bayangan perkiraan apa yang telah terjadi di tempat itu.

Kepala Jimin berputar layaknya boneka pengintai yang akan menembak mati siapapun yang bergerak dalam pengawasannya.

"Maldwo andwe....." Jimin memetakan setiap kemungkinan yang dapat terjadi waktu itu. Satu kemungkinan yang membuat bulu romanya berdiri adalah mobil Taehyung jatuh ke dasar jurang.

"Siaalll!!" Geramnya. Ia langsung berlari menuju pembatas lain jalanan itu, melongokkan kepala sejauh mungkin untuk mengintip jurang rimbun di bawahnya.

THE BROKEN GLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang