38. BREAK (DOWN)

306 24 4
                                    

Hai 👋🏻 apa kabar?

---

Warning : [18+]

Substance, sexual violence (implied), crimes, harsh word.

Semua yang ada di buku ini hanyalah Distopia, dengan mengambil latar tempat utama di kehidupan nyata yaitu Seoul dan hanya meminjam visualisasi dari beberapa member grup idola untuk memudahkan pembaca. Untuk Karakter, sifat dan watak tokoh, tempat dan kejadian semua murni pemikiran penulis. Tidak ada maksud untuk merusak citra atau pribadi orang lain maupun suatu tempat. Penulis hanya membuat cerita berdasarkan riset singkat dan dangkal dengan bumbu khayalan dan imajinasi jadi dimohon untuk tidak menelan mentah apa yang tersaji di keseluruhan cerita ini.

Jika kamu merasa terganggu atau tidak nyaman dengan tulisan ini, dimohon untuk tidak melanjutkan membaca. Terimakasih banyak.

.
.
.
.
.
.

Erangan frustasi berkali-kali lolos dari bibir seksi pemuda Park. Hatinya tak tenang setelah pulang dari pesta topeng semalam. Ruang tengah apartement miliknya menjadi saksi atas kegundahan hati pemuda itu.

Sesekali kuku jari menjadi pelampiasan kecemasan pemuda Park itu. Jimin bingung, dua pasangan yang dilihatnya semalam benar-benar familiar dengan cara yang aneh.

"Aku dengan jelas mendengar nama Lisa, tapi..." Jimin kembali memutari ruang tengah apartementnya.

"Tapi nama Lisa ada banyak! Lalu kalau itu benar Lisa siapa pria yang bersamanya?!" Rambutnya diacak, Jimin kebingungan sendiri di tengah malam.

"Ah benar! Pasti bukan Lisa yang itu. Rambutnya hitam sedangkan Lisa kecilku memiliki rambut kecoklatan." Jimin membuat konklusi untuk meyakinkan dirinya sendiri jika Lisa yang selalu ia anggap adik kecilnya itu tidak datang ke tempat berbahaya seorang diri.

Jimin menegakkan tubuhnya, merasa tenang atas keyakinannya sendiri dan melangkah ke dapur. Ia harus minum soda untuk mengusir pikiran gilanya barusan. Lisa kecilnya pasti sejak sore tadi ada di rumah dan menonton ketujuh pemuda tampan di televisi rumah.

"Aku tak menyangka Jisoo akan secantik itu." Jimin meletakkan kepalanya diatas meja makan. Senyum aneh mengembang di bibirnya saat ini. Pipinya memerah dan sesekali cegukan. Jari-jari mungilnya sesekali menari di depan wajahnya dan ia akan tertawa.

"Lisa kecilku aman di rumah. Ehe~" Lagi-lagi Jimin tertawa sendiri.

"Ah~ aku bisa gila." Jimin memutar kepalanya, "Oh! Botolnya ada banyak!"

Jimin berseru ketika selesai menghitung botol-botol yang ia lihat setelah membalik kepalanya. Jimin mabuk. Keputusan di menit terakhir, membawanya pada kondisi mengenaskan ini.

"Aku tak suka Jisoo memakai jas pria asing! Ah! joh-ahaji anhneundae!" Meja digebrak sesaat setelah ia mengangkat kepala, beberapa botol kosongnya bergoyang.

"Taehyung, neo eodiya?!" Jimin bangkit, meninggalkan meja makan dan berjalan sempoyongan ke ruang tengah, "Auh! Yaa! Neo!"

Kaki sofa yang tak sengaja ditendang mendapat tudingan. Jimin menyalahkan sofanya yang menghadang jalan.

"Seandainya semuanya jelas~ Aku sudah pasti menjadikanmu milikku!" Jimin menjatuhkan diri di karpet lembutnya. Memeluk stool yang tergeletak di dekatnya dan terhempas ke alam mimpi.

Melupakan dua entitas lain yang seharusnya menjadi beban pikirannya malam ini ditengah kesendiriannya.

Pemuda Park itu mendengkur halus dan mengabaikan ponsel yang terus menerus berkedip. Menampakkan beberapa pesan dan riwayat panggilan tak terjawab dari seseorang.

THE BROKEN GLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang