9. OMBRES DU PASSÉ

531 76 21
                                    

Sambil nunggu solonya neng geulis...
Say what?
Say Lalisa Love me~~
Apasih aku ini ...

Selamat membaca~
---
 Warning : [18+]
Substance, sexual violence (implied), crimes, harsh word.

Semua yang ada di buku ini hanyalah Distopia, dengan mengambil latar tempat utama di kehidupan nyata yaitu Seoul dan hanya meminjam visualisasi dari beberapa member grup idola untuk memudahkan pembaca. Untuk Karakter, sifat dan watak tokoh, tempat dan kejadian semua murni pemikiran penulis. Tidak ada maksud untuk merusak citra atau pribadi orang lain maupun suatu tempat. Penulis hanya membuat cerita berdasarkan riset singkat dan dangkal dengan bumbu khayalan dan imajinasi jadi dimohon untuk tidak menelan mentah apa yang tersaji di keseluruhan cerita ini.

Jika kamu merasa terganggu atau tidak nyaman dengan tulisan ini, dimohon untuk tidak melanjutkan membaca. Terimakasih banyak.

.
.
.

//SHADOWS OF THE PAST//
.
.
.

Asap tipis dengan aroma harum menguar di rumah sepetak di sebuah kawasan padat. Salah seorang penghuninya sedang menyiapkan makan malam untuknya dan seorang anak kecil. Penggorengan kecil berisi sayur dan mi sedang dibolak-balik agar bumbu seadanya dapat merata dan terasa di setiap suapnya nanti.

"Eomma, lapar.."

Rok sepanjang lututnya terasa ditarik lembut oleh tangan kecil dan gembil, membuatnya mengulas senyum sembari menunduk.

"Sabar sebentar lagi ya? Sudah hampir matang. Sekarang duduk yang tenang di meja makan." Anggukan kecil diberikan lalu sang penarik kembali berputar dan berjalan ke arah meja kecil yang mereka gunakan untuk segala keperluan dengan alas tipis untuk keduanya duduk nanti.

"Chaaa~ Mi gorengnya sudah siap." Sepiring kecil berisi mi goreng hangat tersaji di depan keduanya. Binar cerah dari manik bambi jernih tampak muncul saat piring itu akhirnya mendarat di depannya.

"Hm, masakan eomma jjang!" Dua ibu jari kecil diacungkan untuk mengapresiasi masakan sederhana sang ibu. Elusan lembut di pucuk kepala diberikan sebagai balasan.

"Habiskan nee? Tumbuh yang baik ya nak."

"Eung, Eomma tidak makan mi?" Sang ibu menggeleng, mengusap perut memberitahu jika ia sudah kenyang. Sang ibu hanya mengambil sedikit kimchi untuk lauknya dan sisanya ia berikan pada sang anak.

....

Gorden abu-abu ditarik kuat, membuat pancaran sinar mentari pagi memenuhi ruangan bernuansa abu-putih itu. Jendela kecil dibuka agar sirkulasi udara lancar dan tak pengap. Si pembuka lantas mendekatkan diri ke arah ranjang besar yang berantakan. Masih dengan kelinci besar yang teronggok tak berdaya di atas karpet bulu.

"Jungkook-ah bangun...." Selimut besar ditarik kuat, hanya untuk di sapa ranjang kosong tanpa penghuni, "Loh mana Jungkook?"

Pandangan di edarkan, mencari presensi penghuni tetap kamar itu hingga pandangannya jatuh pada pintu bercat putih di sudut ruang. Suara air dari keran shower menyala terdengar samar.

"Jungkook-ah, cepat selesaikan mandimu, kami menunggu di meja makan, oke?"

"N-nee.." Begitu memperoleh jawaban, si pemanggil lantas pergi dan menutup pintu kamarnya.

Di balik pintu putih itu, bukannya mandi yang ia lakukan. Hanya melepas seluruh kain yang melekat di tubuhnya lalu mengguyur tubuh polosnya di bawah air dingin yang terus mengalir, lalu mengubahnya menjadi air yang lebih dari hangat setelah dirasa air dingin tak lagi menusuk kulit.

THE BROKEN GLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang