[S1] Chapter 10. Ana merajuk

46 18 8
                                    

Ana mendengus kesal menjawab pertanyaan dari kakaknya "batlow"

"Kan ada power Bank"

"Power Bank nya ketinggalan"

"Okay, masalah handphone kakak maklum, tapi kamu kenapa bisa pulang sampai Maghrib begini?"

"Ada les...."

"Apa! les. Ana, lo bilang les. Kakak tanya, les mapel apa hingga sampai Maghrib gini. Mau belajar berapa jam"

"Banyak jam"

"Buat apa?"

"Buat pinter lah!"

"Oh pinter!"

"Kakak kenapa sih, baru aja pulang malah di interogasi, capek tau"

"Gimana ga di interogasi, kamu nya aja hilang entah kemana"

"Apaan sih kak, bicara hilang hilang segala. Aku itu les, biar otakku pinter, dan bisa nyaingin kakak"

"Pinter kamu bilang. Kakak akui kok, kamu ini emang pinter. Iya, pinter boong! Kamu sebenarnya nggak les kan. Pergi kemana kamu?"

"Gausah sok tau kak, aku itu les....."

"Apa, les apa? Kakak tadi sore mampir ke sekolah kamu dan disana sepi. Kakak ketemu sama temen sekelas kamu, katanya hari ini gaada jadwal les. Pinter bohong ya sekarang kamu, siapa yang ngajarin!"

Ana diam seketika, ia tak berkutik. Karena memang tidak ada lagi penjelasan darinya.

Bu Mira kemudian ikut mendekati Ana "kenapa kamu bohong nak, yang dirumah khawatir mikirin kamu. Kamu pergi kemana sebenarnya?"

"Ana pergi ke taman!" Hanya itu yang Ana katakan, ia segera menutup serta mengunci pintu kamarnya. Bahkan tidak peduli sekalipun ibu dan kakaknya berkali-kali memanggilnya.

Bu Mira terlihat shock. Bagaimana tidak, anaknya pulang telat dan tidak seperti hari-hari biasanya. Rahma menyuruh ibunya untuk istirahat di kamar, dan ia yang akan mengurus membuat kue nya.

________

Pagi itu suasana masih tetap sama seperti kemarin sore. Rahma baru saja selesai siap siap. Ia pergi ke ruang makan, namun hanya terlihat ibunya yang tengah menata lauk pauk disana. Ia segera menuju kamar Ana untuk membangunkannya. Sudah menjadi rutinitas bahwa Rahma yang membangunkan adiknya itu supaya tidak telat. Karena Ana sendiri tipe orang yang suka molor dan sulit untuk dibangunkan.

Berkali-kali Rahma memanggil Ana, namun tak ada respon sama sekali. Ia kemudian kembali ke ruang dapur.

"Ana belum bangun mah, di bangunin susah banget. Biarin aja, biar tuh anak kesiangan" gumam Rahma yang kini mulai menyiduk nasi dan lauknya.

"Ana sudah berangkat dari tadi pagi" jawab Bu Mira.

"Hah, udah berangkat? tumben banget tuh anak bangun pagi. Biasanya aku dulu yang bangunin"

"Entah, mamah pusing Ra. Gatau kenapa tiba-tiba Ana seperti itu"

"Mamah gausah khawatir. Biasalah, Ana masih ABG. Mungkin ada permasalahan sama temannya. Mamah tenang ya. Mendingan sekarang kita sarapan"

________

Hari itu sama seperti hari sebelumnya. Orang-orang masih saja menatapnya dengan sinis. Memangnya apa yang ia lakukan pada mereka. Rahma tak begitu memikirkan tentang itu. Ia fokus menuju kelasnya. Sebelum itu, ia terlebih dahulu hendak mengambil buku yang ia taruh di loketnya kemarin. Rahma terkejut, kenapa ada kartu merah menempel di lokernya. Siapa yang menempel ini. Ia lantas masuk kelas dan memberanikan diri untuk bertanya "siapa yang naruh kartu ini di loker aku, dan apa maksudnya?"

"Gue" seseorang menjawab dari arah belakang, tepat di samping bangkunya. Rupanya Farhan. Rahma pun tidak heran lagi. Mengetahui setiap hal buruk yang terjadi di sekolah SMA Garuda, pasti ada kaitannya dengan si tukang bully itu.

"Oh jadi kamu. Sekarang jelasin, maksudnya apa nempel kartu ini di loket aku. Atau jangan jangan, kamu juga yang naruh surat ga jelas di loket aku waktu itu"

"Iya, gue yang lakuin semua itu. Kenapa? Masalah buat lo"

"Jelas masalah lah. Aku ga terima ya diperlakukan seperti ini. Untuk apa coba semua ini?"

Emosinya kini benar-benar tidak tertahankan lagi. Farhan juga sudah terlalu berlebihan. Seakan tak afdol jika tak mengganggunya sehari saja.. Ingin sekali Rahma menjambak, mengacak acak wajah orang yang sangat ia tidak suka itu. Namun terhalang oleh guru yang tiba-tiba masuk kelas. Mereka semua pun berlarian menuju ke bangku masing-masing.

"Selamat pagi anak-anak. Kita mulai pelajaran kali ini ya. Sebelumnya ibu absen dulu"

Niat Rahma yang ingin menumpas segala kekesalannya saat itu hancur berantakan. Mana mungkin juga dia ribut saat guru sudah datang.

________

Saat istirahat, ia memutuskan untuk ke taman untuk memakan bekalnya. Ia trauma makan di kelas, karena sebelumnya Genk cheerleader ga jelas itu pernah membuat tupperware nya jatuh. Ia tanpa sengaja melihat seseorang tengah duduk sendirian membaca buku. Seperti mengenal dan pernah bertemu dengan orang itu, Rahma lantas mendekatinya dan mengajaknya mengobrol "ehm, kayaknya kita pernah ketemu deh" ucapnya.

"Iya" sebuah jawaban yang singkat, padat, dan jelas.

"Aku Rahma, kelas 11 MIPA 1" Rahma tampak memperhatikan orang itu. Iya, orang sama yang pernah ia temui di toko perlengkapan sekolah.

"Sama" ucapnya.

"Oh iya, nama mu siapa?"

"Nayla. Ngomongnya pake 'gue elo' aja. Gausah terlalu formal"

"Oh iya, salam kenal Nay" Rahma mengulurkan tangannya pada Nayla. Namun Nayla sendiri justru malah pergi meninggalkannya "maaf, gue sibuk"

Rahma terdiam memandangi Nayla yang mulai berjalan cukup jauh "tinggal balas jabat tangan apa susahnya sih. Perasaan cuma 5 detik doang. Kalo dilihat-lihat tuh anak sombong juga ya. Apa dia itu sama kayak yang lainnya. Atau jangan-jangan, dia nantinya juga ikut bully aku lagi, hiiii ngeri. Bisa ga sih, pembullyan gitu hilang di sekolah ini, heran. Udah pada gede masih aja bully bully an ga jelas. Arghhhh, ini semua gara gara Genk kampret itu tau ga"

Primadona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang