[S1] Chapter 45. Menarik Perhatian

19 10 1
                                    

Sebuah ruangan yang sedikit luas itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah ruangan yang sedikit luas itu. Banyak sekali perkakas dapur dan juga piring-piring yang kotor "beuh, banyak banget nih!" Ucap Farhan.

"Kenapa, kamu gamau? Salah siapa ngajak ngajak kesini. Ujung-ujungnya dompet ketinggalan dan aku juga yang kena" sahut Rahma.

Rahma menata satu persatu piring kotor itu, ia tumpuk jadi satu. Bukan hanya itu saja, ia juga mengambil perkakas dapur lainnya. Ia taruh sesuai dengan jenis jenisnya. Nampak Farhan sangat kesulitan, karena sebelumnya ia tidak pernah melakukan hal seperti ini. Jelas saja ketua Prima itu tidak bisa. Sampai sekarang pun kadang masih di urus oleh baby sister nya.

"Itu tinggal cuci piringnya pake sabun, habis itu bilas pake air. Udah ada kran nya juga disitu" jelas Rahma.

"Oh oke oke"

Rahma kembali fokus melakukan tugasnya, namun konsentrasi nya terganggu ketika Farhan tiba-tiba mencipratkan air sabun ke arahnya. Ia lantas berbalik dan melihat Farhan yang di tangannya sudah ada banyak sekali sabun "Far...." Belum sempat ia berbicara, namun lagi dan lagi Farhan berulah. Kali ini mukanya yang basah dan banyak sabunnya "arghhhh perih"

Melihat respon Rahma yang seperti itu, Farhan dengan cepat mengambil gayung dan menyiramkan air pada Rahma

Alhasil, Rahma kini basah kuyup karena diguyur air. Ia sontak menatap tajam seseorang di hadapannya itu "Farhan...." Segera ia rebut gayung itu lalu mengambil air dari ember dan menyiramkannya juga pada Farhan. Suasana hening kini menjadi berubah. Ruangan pun hancur berantakan. Piring piring masih berserakan. Hingga pada akhirnya manajer restauran itu datang dan melihat semua kekacauan itu "apa-apaan ini, tempat cuci restauran saya jadi berantakan!"

Rahma hanya terdiam, tak bisa menjawab apa-apa. Memang kesalahannya ini sudah sangat fatal. Sudah tak bisa membayar makanan, sekarang malah bermain-main pula.

"Maaf pak" Farhan mengambil handphone di saku jaketnya "ganti rugi dengan handphone ini bisa kan pak. Sudah di hilangkan juga sandi nya" ucap Farhan memberikan handphone itu.

Manajer itu membuka handphone dan terpampang jelas wallpaper yang menunjukkan ada Farhan dan saudaranya yang lain "mas nya ini anggota Prima?"

"Kok bapak bisa tau"

Sontak manajer itu memberikan kembali handphone itu pada Farhan. Nampak wajahnya dipenuhi dengan ekspresi khawatir "maaf sekali lagi. Sepertinya ini kesalahan pahaman. Silahkan anda dan teman anda pulang"

Rahma kaget mendengar apa yang manajer itu katanya. Ia yang mukanya begitu tegas, kini terlihat ketakutan. Ia menyangkal apa yang manajer itu katakan. Kesalahan tetap kesalahan. Entah itu anggota Prima sekalipun, harus dihukum jika melakukan kesalahan "pak, lalu bagaimana dengan piring piring kotor ini. Kami sudah berbuat salah dan kami juga harus bertanggung jawab"

"Jika mbak ingin bertanggung jawab, silahkan. Namun den Farhan tidak bisa di perlakuan seperti ini" sahut manajer.

Rahma pun kebingungan, bagiamana busa manajer ini tau tentang Prima. Sedangkan Genk itu sendiri ada di sekolah SMA Garuda. Apa jangan-jangan, Prima tak hanya di kenal di kalangan SMA Garuda saja, namun di luar sekolah juga?

"Saya akan pulang bersama teman saya. Sekali lagi terimakasih"

Mereka di biarkan kembali dan kini mereka sudah berada dalam mobil. Farhan melihat ekspresi Rahma yang nampak cemberut dan lesu. Sudah tentu dia marah. Ia sudah berbohong padanya.

"Sekarang kamu jelasin. Kamu tadi bilang kalo handphone kamu ketinggalan, begitu juga dengan dompet kamu, tapi kenapa handphonenya ada sama kamu tadi?"

"Kan gue udah bilang dompet gue ketinggalan di tas yang di bawa sama Fathur...."

"Bukan masalah dompetnya, tapi handphone. Kamu sengaja ya ngajak aku supaya susah"

"Bukannya lo udah terbiasa susah. Kenapa masih protes dalam keadaan seperti ini?"

"Setidaknya kamu jangan nambah nambahin masalah lah!"

Farhan membuka dasboard mobilnya, mengambil sebuah dompet yang ternyata ada di sana. Jelas saja Rahma terkejut. Karena yang ia tau dompet Farhan tertinggal. Sementara Farhan keluar dari mobil menuju ke restauran itu. Mau membayar pesanan tadi, mungkin?

Rahma yang sudah terlanjur muak, ia keluar dari mobil itu. Memilih untuk pulang sendiri daripada satu mobil dengan seseorang yang jelas saja membuat mood nya rusak hari ini.

Setelah kembali dari restauran, Farhan mendapati Rahma tak ada disana "lah, kemana tuh anak" saat itu juga Farhan ngeuh. Pasti Rahma pergi. Ia dengan cepat menjalankan mobilnya. Berharap jika Rahma belum pergi terlalu jauh. Kebetulan juga jalan di sana satu arah. Jadi Farhan bisa dengan mudah mencari Rahma. Pada akhirnya seseorang terlihat tak jauh dari pandangannya. Nampak sedang berjalan dan berseragam sama dengan seragamnya. Sudah pasti itu adalah Rahma.

Ia setir mobil itu perlahan di arah pinggir jalan. Supaya bisa dekat serta berbicara dengan Rahma "main kabur aja nih si bawahan"

"Aku cukup nemenin kamu makan. Setelah selesai makan, bebas dong aku mau ngapain aja"

"Ada hal lain lagi yang harus lo lakuin buat gue"

Rahma menghentikan langkahnya "Astaghfirullahalazim, apa lagi sih? Belum cukup ya buat aku menderita?"

"Marah marah mulu, dengerin dulu dong penjelasan gue"

"Okay! Apa?"

"Gue mau lo ngajarin gue cara belajar yang baik dan benar. Mulai besok, lo harus rutin jadi guru les gue"

"Gamau! kenapa ga cari yang lain aja. Nanti kalo ga sesuai ekspektasi, ujung-ujungnya aku lagi yang di marah marahin"

"Gabisa di tolak, lo harus mau. Masuk ke mobil sekarang!" Pinta Farhan.

"Gamau!"

"Gue bilang masuk ke mobil gue sekarang" tegas Farhan sekali lagi dengan nada yang lebih keras.

Kali ini Rahma tak menjawab. Ia memilih untuk pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Farhan sendiri tak mau kalah. Ia tetap menjalankan mobilnya dan berulang kali membunyikan klakson. Berharap Rahma akan berhenti. Namun usahanya sia-sia. Gadis itu tetap berjalan tanpa menoleh sekalipun. Farhan tetap tak menyerah. Ia terus membunyikan klakson mobilnya. Hingga membuat Rahma "berisik tau ga!"

"Makannya, buruan masuk mobil"

"Aku bilang gamau, ya tetap gamau. Kenapa maksa sih"

Farhan membunyikan klakson nya lagi hingga sampai ada salah seorang warga yang keluar dan menghampiri mereka "woy, kalian ini sedang apa. Berisik suara klakson nya!"

"Maaf pak, ini adik saya. Bebel, gamau diajak pulang bareng" jelas Farhan.

"Pokoknya kalian jangan berisik. Seperti orang yang tidak punya sopan santun saja. Kamu...." Warga itu beralih pada Rahma "sebaiknya kamu masuk ke mobil, supaya kakakmu ini tidak berisik lagi. Ayo cepat"

Karena desakan dari warga itu, Rahma pun terpaksa masuk. Ia tak ingin membuat geger orang sekampung. Ujung-ujungnya dia lagi nanti yang akan mendapatkan hukuman. Warga itu telah pergi dan kini Farhan tertawa terbahak bahak. Merasa sangat puas melihat ekspresi tak berdaya di wajah Rahma itu.

"Mau kamu apa sih?"

"Mau gue? Mau gue itu nganterin lo pulang sampai rumah" salah satu tujuannya untuk hak ini karena ia ingin tau dimana keberadaan rumah Rahma. Meskipun ia tau semua ini tak ada nilai plus untuknya. Namun ia rasa harus melakukan semua ini.

________

Farhan sudah berada di dalam kamarnya. Ia baru mandi sehabis mengantarkan Rahma pulang ke rumahnya.

Handuk itu ia gosok gosokkan ke rambutnya yang masih basah sehabis keramas tadi. Sembari terbayang-bayang wajah Rahma. Entah kenapa ada yang berbeda di hati Farhan kali ini. Ia selalu tersenyum ketika mengingat betapa imutnya Rahma saat cemas tadi. Pemilik kartu merah itu sepertinya benar-benar menarik perhatiannya.

Primadona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang