[S1] Chapter 19. Prima house

35 15 3
                                    

Farhan kebetulan sedang menuju ke halaman depan rumah, tak sengaja menjumpai Rahma yang tengah melihat bunga di tamannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Farhan kebetulan sedang menuju ke halaman depan rumah, tak sengaja menjumpai Rahma yang tengah melihat bunga di tamannya.

"Ngapain lo disini? Oh mau mencuri ya, gue laporin nih"

Siapa yang tak marah jika dirinya di fitnah, apalagi oleh orang yang jelas-jelas ia benci.

"Astaghfirullahalazim. Seenaknya aja ya kamu kalo ngomong. Aku itu kesini karena mau kerjain tugas kelompok sama Fahmi"

"Kerjain tugas kelompok kok di taman. Udah deh, gue tau kok, lo mau nyuri sesuatu kan, ngaku!"

"Aku udah bilang aku itu cuma mau kerja kelompok sama Fahmi. Ga percaya banget...."

"Ngapain juga gue percaya sama lo, lagian Fahmi nya mana? alasan lo ga logis tau gak"

"Astaghfirullah. Nih anak di diemin malah makin ngelunjak" bak darah yang kian memuncak, Rahma dipenuhi amarah saat itu. Bahkan tangannya mengepal. Berusaha untuk menstabilkan dirinya supaya bisa bersabar. Bersabar untuk menghadapi seseorang yang kini ada didepannya. Kedua bola matanya tak sengaja melihat ke arah selang serta ada kran air juga disana. Ulahnya tanpa pikir, Ia mengambil selang, menghidupkan kran, lalu
menyemprotkan air itu ke arah Farhan. Ia sama sekali tak memikirkan bagaimana nasibnya setelah berbuat seperti ini. Bahkan ia sama sekali tidak peduli. Acuh tak acuh meskipun tau bahwa dirinya saat ini sedang berada di kandang macam, misalnya.

Ulah Rahma itu membuat Farhan kini basah kuyup. Penampilannya sangat kacau. Bajunya basah, pun juga dengan wajahnya. Ia tak menyangka, bahwa gadis didepannya berbuat hal seperti ini. Gadis itu nampak tersenyum puas melihat dirinya yang sangat kacau. Bukan marah, Farhan justru tersenyum. Entah kenapa bibirnya itu refleks memperlihatkan senyuman.

"Hahahaha, rasain tuh air. Makannya jangan asal nuduh orang sembarangan" Rahma tak memberhentikan aksinya, tangannya itu tak lepas dari memegang selangnya.


Farhan yang saat itu masih saja tersenyum, kini mulai bertindak. Jelas saja ia tak mau kalah. Rupanya Farhan dengan sigap merebut selang itu dan balik mengarahkannya pada Rahma.

Merasa terkejut dengan apa yang Farhan lakukan padanya, Rahma sempat terdiam. Ia pikir orang didepannya itu akan menerkamnya. Namun ternyata senyuman lah yang terpampang jelas di wajahnya. Bukan senyuman biasa, Farhan bahkan tertawa lepas hingga memperlihatkan gigi putihnya yang tersusun rapi.

Entah itu Farhan maupun Rahma, kini mereka sama-sama basah kuyup. Bahkan tanpa sadar mengeluarkan tawa lepas. Seakan tidak ada pertengkaran apa-apa sebelum kejadian ini. Hal itu mereka nikmati begitu saja. Hingga pada akhirnya Fahmi datang dan membuat mereka berhenti memainkan air kran nya "kalian" Fahmi tampak begitu terkejut mengetahui apa yang ia lihat. Melihat dua orang yang sering berseteru, kini justru bercanda ria bersama "ngapain disini, main air? Basah kuyup gitu"

Fahmi tentu saja tak membiarkan hal itu terus berlanjut. Ia tak ingin jika saudara tertuanya itu menyakiti Rahma. Bukan diam, tapi dia justru mendekati Rahma serta membawanya pergi dari tempat itu.


Rahma di bawa ke ruang tamu lagi seperti semula "Ra, kamu gapapa kan?"

"I-iya, aku gapapa kok"

"Kok bisa sih bareng Farhan di taman? Main air segala lagi. Kalian kayak orang yang masa kecilnya kurang bahagia tau"

"Nggak, jadi tadi itu...."

"Apa! Ngapain aja kamu tadi?"

"Astaghfirullahalazim. Ga nyangka aku. Kok bisa ya kamu kepikiran hal seperti itu. Aku tadi niatnya mau lihat lihat sekitar sini doang kok. Pas lagi di taman, tiba-tiba aja Farhan dateng dan nuduh aku pencuri. Jelas aku marah. Siapa yang ga sebel kalo di tuduh mencuri gitu. Karena kesal, yaudah deh, aku ambil kran terus aku siramin deh ke Farhan. Sebel banget soalnya"

"Hadeh. Makannya, harusnya kamu itu diem. Gausah ngomong apa-apa. Orang macam Farhan itu, gaakan mau kalah. Maunya menang mulu" Fahmi melihat seragam Rahma yang sudah basah kuyup "oh iya, seragam kamu basah. Biar aku ambilin baju buat kamu. Bentar ya" Fahmi pergi sebentar untuk mengambil baju kemudian kembali lagi ke ruang tamu "nih" Fahmi memberikan sebuah baju satu set.

"B-bentar. Ini kok kayak seragam ya. Kayak semacam piyama juga. Ini sebenernya seragam apa piyama sih" Rahma terlihat bingung. Sebenarnya ada cukup beberapa hal aneh yang ia jumpai di rumah ini, namun tidak dengan orang lain.

"Ini, seragam para pekerja disini. Emang gini sih modelnya!" Jelas Fahmi.

"Hah! Serius. Seragam kerja, sebagus ini" Rahma melihat seragam yang ia pegang. Kesannya mewah, bahannya juga berkualitas tinggi. Ini kira-kira harganya berapa ya?"

"Hm.... 500 ke atas, mungkin!"

"HAH!" Rahma begitu terkejut setalah tau berapa harganya. Namun tak heran. Mereka kan orang kaya. Pasti selaku melakukan yang mereka mau selagi mampu "eh ini emang beneran segitu harganya. Hanya sekedar seragam pekerja doang?"

"Emang iya. Gaada salahnya kan, membuat para pekerja disini seneng dan kerjanya lebih semangat lagi"

Seseorang kemudian menyahut pembicaraan mereka "kelihatannya suka banget sama seragamnya. Udah pake aja. Jadi pelayan disini juga bisa kok" Farhan mengatakan itu dengan lantang kemudian pergi menuju kamarnya.

"Heh, seenaknya aja kalo ngomong. Kamu pikir aku pantas jadi pelayan, justru kamu tuh yang pantas jadi bahan bullyan...." Rahma langsung menghentikan bicaranya ketika mengetahui ada sebuah tangan yang menutup mulutnya. Ia terkejut dan menolah pada Fahmi yang sibuk menahannya untuk berbicara.

"Ssst, diem!" Pintanya. Jelas saja ia tak mau jika Farhan akan marah pada Rahma. Mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Ia juga tak mau jika Farhan semakin banyak menyimpan dendamnya pada Rahma.


Grogi, mereka kini dalam posisi yang sangat dekat. Menjaga diri, Rahma segera melepaskan tangan Fahmi dari mulutnya "ish, apa-apa sih kamu"


"Gausah bicara yang nggak nggak. Masih inget kan, waktu kamu di lempari telur tepung, bahkan di permalukan semua orang. Kalo kamu berulah lebih jauh, pasti Farhan akan melakukan yang lebih buruk dari itu"

Rahma dia seketika. Karena yang ia tau, Farhan tak pernah main-main dengan ancamannya. Beberapa hari yang lalu, ketua Prima itu mengancamnya. Esoknya pun dia benar-benar tak bercanda dengan perkataannya. Ia sebenarnya juga tak mau hal itu terjadi lagi. Namun emosinya sering tak bisa dikendalikan akibat kelakuan dari genk Prima itu sendiri.

"udahlah, ini biar aku ganti baju dulu. Kamu duluan aja ngerjainnya, nanti aku nyusul"

"Okay, jangan lama-lama" Fahmi memandangi Rahma yang tampak mulai hilang dari pandangannya. Ia masih tak habis pikir dengan Rahma. Karena yang ia tau, banyak sekali orang yang mengagumi Genk Prima, termasuk dirinya. Namun kenapa Rahma berbeda "lo beda Ra. Beda dari yang lain. Kayaknya lo udah berhasil narik perhatian gue!" Ucap Fahmi dalam hati.

Primadona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang