[S2] Chapter 97. Promise

6 2 0
                                    

Sesuai dengan apa yang Farhan tulis disurat itu, Rahma akan menemuinya di taman kota siang ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai dengan apa yang Farhan tulis disurat itu, Rahma akan menemuinya di taman kota siang ini. Ia juga harus memberitahu tentang kontrak kerja itu pada Farhan.

Hari ini ia mengenakan long dress dengan outer hitam yang sudah biasa ia pakai. Hijab berwarna pink itu itu terpasang rapi di kepalanya "hm, kayaknya udah perfect deh"

Sudah menjadi kebiasaan bagi Rahma jika hendak bertemu dengan orang yang ia cintai. Ia memilih outfit yang bagus supaya dirinya terlihat perfect untuk dipandang. Meskipun Farhan juga sudah berkali-kali mengatakan 'jangan terlalu berlebih-lebihan'. Hanya saja, ia ingin berpenampilan plus Jiak bertemu seseorang yang ia cintai.

"Assalamu'alaikum. Maaf nunggu lama" ucap Rahma yang kini duduk di samping Farhan. Orang itu tak berhenti menatapnya. Mungkin dalam hatinya sedang berbicara 'cantik sekali gadisku ini' ah mungkin ini hanya keinginannya saja.

"Kamu cantik banget hari ini" ucap Farhan. Rahma bisa dibilang cinta pertamanya. Meskipun sebelumnya ia sudah pernah dijodohkan. Namun perjodohan itu tanpa adanya rasa cinta. Hingga ia bertemu dengan Rahma, seseorang yang sudah membuatnya berubah. Cinta seolah muncul begitu saja "oh iya, aku hari ini ga bawa barang-barang kami. Hari ini kamu jadi pulang kan?"

Bingung, Rahma tak tau harus mulai darimana membicarakan tentang surat materai itu. Ia juga tak tau apakah Farhan lagi lagi akan memberikan izin "em, sebenernya aku dateng kesini juga mau omongin hal penting ke kamu" ia memberikan map pemberian Raka. Farhan yang mulai membaca surat itu membuat Rahma semakin gelisah. Bagaimana jika Farhan marah lagi, padahal kemarin mereka baru saja berbaikan. Apakah hari ini mereka akan bertengkar lagi "m-maaf!"

"Raka mau belajar sholat dan mengaji? Ini map salah kan!" Ekspresi yang ditunjukkan Farhan seolah tak percaya akan map itu.

"Setiap orang jahat berhak untuk berubah kan, sama halnya dengan Raka. Aku rasa dia sudah mulai baik. Sikapnya juga udah ga begitu keras seperti sebelumnya...."

"Aku hargai apapun keputusan kamu. Asalkan hal itu tidak membuat kamu dalam bahaya"

"Jadi, menurut kamu aku harus apa?"

"Rahma, berbuat baik itu pasti akan ada balasannya, pun juga sebaliknya. Meskipun rasanya akan susah nanti, tapi apa salahnya kamu mencoba. Keputusan ada di kamu Ra"

"Seriusan!"

Farhan mengangguk sembari tersenyum, sementara Rahma mengeluarkan jadi kelingkingnya "aku janji akan segera pulang setelah semaunya selesai!"

"Janji!" Farhan membalas janji itu. Jari kelingking mereka bersatu. Mengartikan janji mereka yang begitu erat. Bukan hanya itu, Farhan bahkan kembali menaruh satu tangannya di kepala Rahma sembari mengelusnya. Hingga tak sadar bahwa sedari tadi Raka minat mereka. Rupanya orang itu mengikuti Rahma dari rumah. Ia penasaran apa yang dibicarakan oleh mereka. Hingga ia memutuskan untuk berlari dan menghampiri mereka. Ia menarik paksa Rahma supaya menjauh dari Farhan.

Mereka terkejut mengetahui Raka sekarang kini tengah berada disana "Raka lepasin" Rahma meronta. Ia berusaha melepaskan pegangan Raka, namun tenaga orang itu lebih kuat darinya "lo lupa tentang aturannya, lo harus nurut sama gue. Pokoknya lo gaboleh ketemu lagi sama Farhan...."

"Siapa kamu ngatur-ngatur!"

Melihat gadisnya diperlakukan seperti itu, membuat Farhan darah tinggi. Ia mengepalkan kedua tangannya. Berjalan menuju Raka lalu memukulnya, hingga orang itu jatuh terpental. Ia menaikkan tubuh Raka dan langsung memukulinya hingga brutal. Raka yang tak mau kalah justru mendorong Farhan dengan lututnya, hingga orang itu jatuh sama seperti dirinya. Namun ketika ia hendak membalas pukulan itu, Rahma justru menariknya dari belakang "Raka stop"

Raka tak mengelak, ia benar-benar berhenti. Begitu juga dengan Farhan. Wajah mereka sama-sama lebam. Raka memutuskan untuk pergi sementara Farhan tetap disana.

Rahma membawanya duduk di bangku tadi, kemudian mengobatinya. Ia mengambil tissue basah tas nya "sementara pake ini dulu ya. Nanti tinggal diberi antibiotik"

"Aw" Farhan terlihat kesakitan kala Rahma menyentuh luka lebam di sebelah bibirnya.

"Sakit? Makanya jangan berantem. Aku kan udah bilang berkali-kali sama kamu. Jangan menyelesaikan masalah dengan emosi, gini kan jadinya"

Farhan memegang tangan Rahma yang menempel di pipinya "I'm sorry, next time I'll be careful what I do"

"Promise?"

"Iam promise!"

________

Raka kembali ke kantornya dengan perasaan kesal. Rasa cemburu di hatinya kini kian membara. Entah apa yang terjadi dengan dirinya. Bahkan ia tak tau kapan ia mulai mencintai Rahma. Segera ia mengambil ponsel yang ada di dasbor. Ia memencet nomor asisten pribadinya.

"Hallo bos, ada yang bisa aku bantu?"

"Persiapkan acara seromantis mungkin di rumah"

Maksudnya bos" Bayu kembali teringat tentang apa yang beberapa hari lalu Raka bicarakan. Apakah ia akan menggunakan cara itu?

"Soal rencana itu, Bos mau menyatakan perasaan ke Rahma?"

"Bukan hanya rencana, tapi ini murni dari hati. Kayaknya gue udah jatuh cinta deh Bay"

"Bbrt" Bayu sesaat menahan tawa. Ini kali pertamanya mengetahui bos nya membahas tentang ini. Seperti yang ia tau, selama ini Raka sama sekali tak tertarik perihal cinta. Kenapa jika dengan Rahma ia berbeda?

"Ngetawain gue lo?"

"Nggak bos, ini seriusan bos cinta beneran sama Rahma"

Raka terlihat salah tingkah kala asistennya itu bertanya padanya. Apa yang harus ia jawab dengan pertanyaan itu. Apakah ia harus jujur jika ia mulai jatuh cinta pada Rahma saat dia dan dirinya sering bersama.

Primadona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang