[S2] Chapter 83. Pindah Rumah

7 3 0
                                    

Rahma pulang dengan rasa kecewa yang amat mendalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rahma pulang dengan rasa kecewa yang amat mendalam. Bagaimana tidak, ia sudah lalai dalam bekerja. Barusan pun pembeli komplain padanya. Habis ia kena omel oleh enak enak, belum lagi oleh Farhan.

Ia menaruh tasnya di break room. Rasanya hari ini sangat melelahkan. Bahkan tanpa Rahma sadari, rupanya sedari tadi tasnya itu membuka. Hingga beberapa barang-barangnya jatuh berserakan. Sebelum ia mengambilnya, Farhan terlebih dahulu yang memungutnya. Bukannya memberi pada Rahma, namun ia justru membaca kartu nama yang ada di tasnya.

Kaget bukan main, Farhan setelah tau kartu nama itu milik Raka. Ia bingung, bagaimana bisa Rahma mendapatkan ini. Apakah mereka pernah bertemu sebelumnya?

"Kamu dapat kartu nama ini dari siapa?"

Bingung, Rahma tak tau bagaimana ia menceritakan tentang kelalaiannya pada Farhan "em, itu, tadi aku lalai. Maaf ya, ini emang aku yang salah. Pas aku henda menuju alamat pembeli yang terakhir, tiba-tiba dijalan aku nabrak pemilik kartu nama itu"

"Setelah itu apa yang terjadi?"

"Em, dia beli makanan itu. Aku disuruh temuin dia besok ke alamat itu"

"Kamu serius belum baca kartu nama ini?"

Rahma menggeleng. Setelah kejadian tadi, ia langsung pulang. Memasukkan kartu nama itu ke tas tanpa membaca terlebih dahulu.

"Kamu jangan pergi ya. Jangan gubris dia...."

"Eh bentar, kenapa emangnya. Mungkin cuma untuk tebus insiden kemarin doang. Habis itu, udah deh kelar, masalah selesai...."

"Rahma, orang yang kamu tabrak itu adalah direktur Prakarsa Group. Namanya Raka" Farhan seketika terdiam, kenapa Raka bisa ada disana. Ada urusan apa dia berada di kompleks dengan jalan gang kecil? Ia menggaruk-garuk kepalanya sendiri. Merasa frustasi akan hal ini. Apalagi yang hendak Raka lakukan. Apakah ia akan melibatkan Rahma dalam pertikaian mereka. Jika memang benar, Farhan tak akan membiarkan hal itu.

Rahma melihat raut wajah Farhan yang seksama menyimpan banyak kekhawatiran. Ia sendiri pun kaget setelah tau bahwa orang itu adalah Raka "kamu ga perlu khawatir. Insyaallah aku baik baik aja kok"

"Aku mohon kamu jangan temui dia ya, aku gamau kalo misalkan kamu sampai kenapa-napa. Kamu mana tau kan, kalo mereka merencanakan sesuatu...."

"Ssst" Rahma membungkam mulut Farhan dengan satu jarinya "kamu ga perlu berlebihan. Aku gaakan temui dia kok. Hm, you calm down. everything will be fine, okay" ia merebut kartu serta tas nya, lali segera pergi dari restauran "aku pulang dulu ya, Assalamu'alaikum"

________

Suara pintu ketukan mengalihkan perhatian Risa yang saat itu sibuk memasak didapur. Ia berjalan ke ruang tamu dan melihat anaknya itu sudah pulang.

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam" Risa mengambil tas yang Farhan kenakan "bagaimana kerja hari ini, lancar?"

"Alhamdulillah, semuanya lancar. Hanya saja?"

Risa melihat ekspresi anaknya itu yang tampak penuh dengan kegelisahan, lantas sia pun bertanya "kamu kenapa Farhan?"

"Rahma ketemu sama Raja...."

"Memangnya kenapa, toh mereka juga tidak saling kenal...."

"Mamah seperti gatau aja Raka orangnya gimana" tentu saja kejadian tadi sore membuat Farhan khawatir. Ia sudah mengenal Raka semenjak kerjasama antar perusahaan tersebut. Raka yang notabennya pendiam, namun diamnya itu menghanyutkan.

"Sudah" Risa memang kedua pipi anaknya "jangan terlalu dipikirkan. Sebenarnya ada hal yang lebih urgent selain hal itu"

"Hal apa mah?"

"Sore ini juga kita pindah"

Kaget, Farhan tak menyangka bahwa keputusan ibunya secepat ini. Memang jauh-jauh hari Ibunya membicarakan tentang pindah rumah. Bagaimana tidak, rasa bersalah yang Risa alami itu terus menghantuinya. Ibunya itu sungkan menerima banyak bangun dari Fathur, anak angkatnya "kenapa ibu ga bilang dulu ke Farhan"

"Nak, mamah tau kerjaan kamu banyak. Mamah cuma gamau kamu terlalu pusing mengurusi banyak hal. Kamu tenang aja, mamah udah dapat rumah yang pas untuk kita tempati. Sekarang kamu mandi" Risa menuntun Farhan menuju ruang makan "setelah makan kita bisa langsung berangkat"

Sementara itu ditempat lain, Rahma baru saja sampai dirumahnya. Ia memasang kembali kartu nama itu. Alamat yang sama dengan tempat tinggal Bu Risa dan Genk Prima dulu. Benar saja, Raka benar-benar sudah mengambil alih paksa semua aset perusahaan milik Pak Wira itu "berarti bener dugaan aku" Rahma yang awalnya tak akan menemui Raja, kini mulai berpikir lagi. Bertemu serta dekat dengan pimpinan Prakarsa Group itu bukan hal yang buruk.

Primadona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang