[S1] Chapter 36. Are you okay?

25 11 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul 08:00

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu menunjukkan pukul 08:00. Acara masih belum juga selesai. Para penari serta penyanyi masih saja bergantian menghibur para pengunjung di panggung

Karena dirasa sudah malam, Rahma segera pulang. Ia tak mau jika ibunya marah padanya nanti. Ia sendiri juga sudah berjanji bahwa dia tidak akan pulang larut malam.

Rahma menuju ke halaman depan sekolah. Ia terkejut melihat seseorang yang ada disana. Orang itu tampak sedang sibuk memakan batagor. Entah apa yang di lakukan anak itu, sedari tadi dia berada disini?

"Ana, kamu belum pulang juga?"

"Nggak, aku nunggu kakak" jawabnya sembari masih sibuk memakan batagornya.

Rahma menghela nafas dan duduk di samping adiknya. Wajahnya itu nampak menyimpan begitu banyak emosional.

"Gausah emosi mulu bisa kan kak. Aku ini lagi nunggu kak Fahmi, mau diantar pulang katanya"

"Apa! Fahmi?"

"Kok kaget gitu dengernya? biasa aja kali"

"Kok Fahmi sih?" Rahma semakin bingung. Apa sebenarnya yang Fahmi inginkan darinya?

"Iyalah kak. Kan aku kesini di antar sama Kak Fahmi, jadi pulang juga harus bareng dong"

Seseorang datang menyapa kakak beradik itu "udah ngumpul disini aja. Bisa pulang sekarang?"

"Oh, bisa dong kak" Ana mempercepat makannya. Menghabiskan sisa-sisa batagor yang ia beli tadi.

Sementara Rahma beranjak dari duduknya "Fahmi, kamu gausah repot-repot nganterin aku sama Ana"

"Nggak kok. Aku ga ngerasa di repotin sama kalian. Iya kan Ana"

"Bener dong kak"

Suara klakson mobil mengalihkan perhatian mereka. Mobil itu berhenti tepat di samping mereka. Kaca mobilnya terbuka, dan ternyata Nayla ada disana "Rahma!" Panggilnya.

"Fahmi, aku datang kesini bareng Nayla, dan aku juga harus pulang sama dia" jelas Rahma "ayo Na" Rahma segera menggandeng tangan adiknya. Mengajaknya untuk masuk ke dalam mobil Nayla.

________

Renia masih dibuat kesal dengan apa yang menimpanya tadi. Bagaimana tidak. Ketua Genk Prima justru memilih Rahma yang jelas-jelas merupakan pemilik kartu merah "ish, sebel banget sih. Kenapa coba, Farhan lebih milih Rahma daripada gue"

"Fit, ini semua gara-gara lo tau ga. Kalo aja lo itu konsisten sama rencana kita. Pasti semua ini ga akan terjadi...."

"Farhan gaakan speak up. Rahma kalah dan jadi bawahan gue" Renia beranjak dari duduknya, menghampiri Fitri kemudian menamparnya. Bukan hanya itu, Renia juga melepas hijab yang Fitri kenakan, lalu menjambaknya "kalo aja orang tua gue ga punya hubungan baik sama Orangtua lo, mungkin lo juga akan di bully dan bernasib sama kayak si miskin itu" Renia melepaskan cengkeramannya pada rambut Fitri. Ia langsung pergi tanpa pamit bahkan pada Kirana.

Ia hendak pulang karena merasa sangat kesal berada disini. Bayang-bayang suara Farhan ketika menyebut nama Rahma terus berputar di kepalanya. Ia yang sedang menuju ke parkiran, justru terjatuh karena tak sengaja bertabrakan dengan Farhan.

Farhan sontak menawarkan bantuan padanya, hingga dirinya dibantu berdiri oleh Farhan.

Mulanya diam, namun ketika Farhan hendak pergi, Renia baru menanyakan sesuatu "Farhan, lo suka sama miskin itu?"

Farhan tak menjawab apa-apa. Ia tetap pergi namun lagi dan lagi dihadang oleh Renia "Farhan, gue nanya lho ini!"

"Pertanyaan lo ga jelas dan ga perlu di jawab...."

"Kenapa, gue cuma nanya soal perasaan doang. Apa lo suka sama Rahma?"

"Atas dasar apa lo bikin opini kayak gitu?"

"Karena lo milih Rahma ketimbang gue!"

"Mau gue milih Rahma atau bahkan orang lain, itu semua bukan urusan lo, ngerti" Farhan memilih pergi bahkan mendorong Renia sampai terjatuh.

________

Pagi itu Ana tengah makan di dapur, sementara Bu Mira sedang melanjutkan masaknya. Rahma menghampiri Ana, namun Ana sendiri tak acuh pada kakaknya itu.

"Ana, diem diem bae. Ambilin satu dong roti tawarnya"

Bukannya menjawab, Ana justru tak mempedulikan Rahma.

Rahma kini semakin mendekat pada Ana sembari berbisik "Na, kamu kenapa sih? Gara-gara semalem ya!"

Ana mendorong Rahma untuk menjauh darinya.

Kini Rahma sendiri dibuat bingung dengan sikap adiknya. Ia sesekali menoleh ke arah teras rumah. Ada sebuah sepeda yang terparkir disana. Bukan hanya sepeda Ana saja, namun sepertinya itu juga sepedanya yang belakangan ini berada di bengkel. Rahma lantas bertanya pada ibunya "mah, itu sepeda Rahma ya?"

"Oh iya, mamah hampir lupa. Itu, tadi pagi petugas bengkel nganterin sepeda kamu ke rumah. Alhamdulillah udah beres dan bisa kamu pakai untuk berangkat ke sekolah"

"Oh, yaudah mah. Rahma berangkat sekolah dulu"

"Eh tunggu sebentar, ini bekalnya hampir aja ketinggalan"

"Oh iya, makasih mah udah di ingetin"

Rahma segera menaikki sepedanya yang baru diperbaiki. Sekolah pagi itu tak begitu ramai. Ia memarkirkan sepedanya di tempat parkir. Banyak orang yang memandangnya. Rahma tak tau, entah itu karena kagum, atau bahkan tatapan sinis.

Rahma sempat bingung, ia seringkali menoleh ke belakang lalu ke depan lagi. Hingga tanpa sadar ia menabrak papan pengumuman didepannya, yang seharusnya ia berjalan belok ke kanan, namun karena bingung ia tak sengaja menabraknya hingga kepalanya terasa sakit.

Seketika itu juga ada sebagian dari mereka yang disana tertawa. Ada juga yang tak acuh dan lebih memilih untuk masuk ke kelas masing-masing.

Rahma merasakan sakit di kepalanya, lantaran benturannya yang lumayan parah. Ia lebih lagi dikejutkan dengan Fahmi yang tiba-tiba saja berada di hadapannya. Fahmi tampak memegang kepalanya yang terbentur tadi. Mengelus lembut kepalanya yang tertutup oleh hijab "are you okay?

Primadona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang