[S1] Chapter 43. Uang

16 10 0
                                    

Rahma memilih untuk segera pulang supaya Farhan tidak menemuinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rahma memilih untuk segera pulang supaya Farhan tidak menemuinya. Namun usahanya sia-sia. Ia baru saja berjalan dari koridor menuju lapangan, tapi di cegat oleh Farhan. Seperti biasa, Genk Prima berkumpul dan kali ini Fahmi juga ada disana.

Rahma ingin menghindari mereka, namun lagi dan lagi Farhan mencegahnya. Ia merangkul pundak Rahma "pulang bareng gue!" tegasnya.

Sebuah tatapan itu sempat membuat Rahma oleng. Jantungnya berdebar kala jarak yang tersisa antar mereka hanya 5 cm

"Gamau, aku mau pulang sendiri!" Rahma memalingkan pandangan. Namun ia justru malah membiarkan Farhan yang merangkulnya.

"Bawahan ga boleh melawan atasannya!"

Rahma semakin terdesak dengan perkataan Farhan "bukannya kemarin aku juga udah ikut sama kamu. Sekarang nggak dong!"

"Namanya bawahan harus nurut lah!"

Rahma menghela nafas panjang "okay, apa yang bisa aku lakukan?"

"Pulang bareng gue. Simple kok"

"Kalo aku gamau?"

"Harus mau lah" Farhan melepaskan rangkulannya. Kini ia tanpa izin menggandeng tangan Rahma menuju ke parkiran.

Ketika mereka hendak menaikki mobil, Farhan justru melarang yang lainnya untuk masuk ke dalam "kalian ga boleh masuk!"

"Kenapa emangnya? aneh lo!"

"Iya Han, biasanya kan kita semua bareng"

Fahmi mendekat ke arah Farhan kemudian berbisik "jangan sampai lo apa-apain dia!"

Farhan hanya tersenyum kecil menanggapi hal itu "ada alasan tersendiri kenapa gue kayak gini. Gue udah bilang ke pengawal buat jemput kalian. Oh iya, salah satu dari kalian ada yang bawa sepeda Rahma ke rumahnya"

"Gue. Gue yang akan bawa sepeda Rahma" sahut Fahmi

Farhan menoleh ke Rahma "share lock alamat rumah lo ke Fahmi!" Pintanya

"Gausah, gue udah tau rumah Rahma dimana" Fahmi langsung pergi meninggalkan mereka, menuju ke sebuah parkiran luas di sekolahnya.

Ia lihat dari banyaknya kendaraan, hanya Rahma lah yang membawa sepeda.

________

Rahma terpaksa menurut. Ia segera masuk ke mobil itu. Mereka hanya berdua saja di dalam mobil. Farhan sendiri kini akhirnya diam. Memikirkan apa yang Fahmi katakan tadi. Kenapa bisa Fahmi mengetahui dimana rumah Rahma. Apakah sebelumnya mereka pernah sedekat itu. Apakah Fahmi juga pernah berkunjung ke rumah Rahma?

Rahma yang tadinya selalu memandang ke luar kaca mobil, kini merasa ada yang aneh. Farhan uang tadi banyak bicara kini tiba-tiba diam. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Namun ia berusaha untuk tidak peduli. Justru ia harus memikirkan nasibnya saat ini. Jujur, ia takut terjadi apa-apa pada dirinya. Ia juga mulai memikirkan hal yang macam-macam. Bagaimana juga jika dia di bunuh dan tak ada siapapun yang mengetahuinya?

"Kalo kamu sampai macem macem, aku gaakan segan segan lapor polisi"

"Silahkan. Kalo gue masuk penjara, gue bisa bebas dengan mudah"

"Karena uang? Heran sama hukum di negeri ini. Bisa-bisanya juga sekolah menuruti setiap aturan aneh kalian!"

"Rahma, lo itu bukan tipe gue. Jadi lo gausah takut" ucapnya seakan berbeda dengan perasaan hatinya saat ini. Sejujurnya Farhan senang jika satu mobil dengan Rahma. Apalagi saat ini mereka hanya sedang berdua.

"Jika ini adalah sebuah jebakan, dan aku terkena skandal. Aku akan balas dendam sama kamu!"

"Widih, balas dendam ga tuh!"

"Aku ga bercanda Farhan. Kamu udah kelewatan. Ga seharusnya dengan uang kamu bisa melakukan segalanya"

"Apa yang bisa di lakukan tanpa uang?"

Rahma hanya diam saja. Ia sama sekali tak bisa menjawab pertanyaan Farhan.

Sementara Fahmi masih ada di parkiran. Ia masih curiga dengan apa yang Farhan lakukan tadi. Untuk apa yang lainnya tidak dibolehkan ikut. Apa sebenarnya rencana dia?

Ia amati sepeda milik Rahma. Sebuah sepeda dengan merek yang tidak terkenal, tak bagus namun tak terlihat jelek juga. Baru saja hendak mengambil sepeda itu, justru ka dikagetkan dengan Nayla yang tiba-tiba saja ada di belakangnya "Fahmi, kalo lo suka sama Rahma. Alangkah lebih baik lo jauhin dia. Karena itu yang terbaik buat Rahma"

"Gausah ikut campur masalah gue"

"Gue tau lo suka dan terobsesi sama Rahma. Kalo lo emang cinta sama dia, lo harus tinggalin dia. Udahd eh, lupain perasaan itu. Kalo kalian ada hubungan, Rahma akan semakin terjerat di lingkup Genk Prima. Kalo lo suka sama Rahma, bikin dia supaya tidak lagi di anggap sebagai kasta terendah, lo harus hilangkan kartu merah itu dari Rahma" Nayla pergi setelah mengatakan itu.

Fahmi berusaha mencerna dengan baik setiap perkataan Nayla tadi. perkataan Nayla tadi ada benarnya juga. Meskipun demikian, rasanya sangat sulit baginya untuk melupakan perasaan cinta pada Rahma.

Kurang lebih setengah jam Fahmi sampai disana. Rumah yang tak begitu besar. Namun halamannya rapih dan terdapat bunga bunga indah yang tersusun rapi di pot. Ia ketuk pintu rumah itu "Assalamu'alaikum"

Seseorang membuka pintu dan ternyata itu Ana "Waalaikumsalam" raut muka gembira terlihat jelas di wajah Ana "kak Fahmi. Ayo masuk kak"

Fahmi duduk di sofa ruang tamu. Sementara Ana sibuk memanggil ibunya "mah, ada tamu" panggil Ana pada ibunya.

Bu Mira pun segera keluar dari arah dapur. Ia yang masih menggunakan celemek, datang menghampiri Fahmi dan menjawab salamnya "lho, ini siapa ya?" Mira memperhatikan seragam sama seperti yang Rahma kenakan.

"Namanya kak Fahmi, dia temen sekelasnya kak Rahma" jelas Ana.

"Oh jadi kamu temannya Rahma"

"Saya Fahmi Bu"

"Saya Mira. Ada perlu apa ya kesini. Rahma juga belum pulang?"

"Saya kesini membawakan sepeda Rahma tante"

"Sepeda Rahma! Kalo begitu Rahma nya kemana, kenapa kamu yang membawa sepedanya?"

"Rahma tadi pergi bersama saudara saya. Karena ada hal penting. Jadi saya yang mengantar sepedanya"

"Hal penting apa kalo tante boleh tau. Apakah berhubungan dengan tugas sekolah?"

"Sepertinya begitu tante. Saya nanti juga akan menyusul mereka, tante sama Ana tidak perlu khawatir. Rahma pasti baik baik saja. Kalo begitu saya pamit tante, Ana. Assalamu'alaikum "

"Waalaikumsalam"

Fahmi segera pergi dari sama. Sementara bu Mira masih heran "ini sebenarnya ada apa ya Ana, tidak biasanya kakakmu itu seperti ini. Harusnya kan kakakmu itu menghubungi kita"

"Udahlah mah, palingan juga tugas kok. Ana masuk ke dalam dulu ya!"

Primadona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang