[S1] Chapter 24. Mendukung

33 12 2
                                    

Farhan dan yang lainnya tengah berada di gazebo tempat biasa mereka nongkrong saat istirahat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Farhan dan yang lainnya tengah berada di gazebo tempat biasa mereka nongkrong saat istirahat. Ketua Prima itu tampaknya masih kesal dengan surat yang ia terima kemarin. Membuatnya hanya diam dan tak menghiraukan apapun yang saudara-saudaranya katakan.

"Guys" Faris membuat semua perhatian tertuju pada dirinya "gue barusan lihat igs nya Renia. Rahma sama Renia mau battle dance di prom night minggu depan"

Fahmi yang saat itu tengah meminum Aqua, langsung menyemburkan minumannya karena saking kagetnya.

"Eh lo kenapa? Kaget sampai segitunya" Ucap Fathur menatap Fahmi yang mukanya basah terkena air minum.

"Nggak, gue gapapa kok. Cuma keselek doang tadi" sebuah hal yang sangat mengejutkan dirinya. Ia tak menyangka bahwa Rahma mengambil keputusan seperti itu. Ia mulia khawatir. Cemas jika Rahma kalah dalam tantangan itu. Nasibnya di SMA Garuda akan semakin tak karuan. Fahmi merasa bahwa dia harus segera melakukan sesuatu. Ia harus mencegah serat memberitahu Rahma baik-baik mengenai hal ini.

"Ini kayaknya menarik deh. Eh thur, gimana kalo kita taruhan!" Jelas Faris.

"Hah taruhan?"

"Iya. Gue pegang Renia, dan lo...."

"Rahma. Gue yakin dia yang bakal menang"

"Okay, kalo Rahma menang, lo dengan bebas boleh ngedeketin Renia dan ambil start duluan. But kalo Renia yang menang, gue yang akan ambil start dan lo sampai kapanpun ga boleh deket deket sama Renia. Gimana?"

Kedua Anggita prima itu menang tertarik pada sang ketua cheers.

"Okay. Gue setuju, lihat aja nanti Rahma yang akan menang"

"Ga bakalan. Renia itu ketua cheers, dan dia jago nge dance. Pasti dia lah yang menang...."

"Ada kemungkinan juga kan kalo Rahma yang menang"

"Aelah. Emang freak kalian berdua. Renia yang kayak gitu aja di rebutin. Kayak gaada yang lain aja" Farhan yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara. Sebenarnya ia kesal, kenapa dua saudaranya itu memperebutkan seseorang yang jelas-jelas sama sekali tak berkualitas.

"Farhan, kalo lo mihak siapa. Renia atau Rahma?"

"Gatau, gue lagi pusing mikirin masalah gue sendiri. Gue ogah banget tau ga ikut acara itu. Gue pengin ikut prom night"

"Farhan, perasaan dari tadi lo kayak biasa aja. Ga ada sedihnya sama sekali!"

"Oh gue tau, pasti lo ngebet banget pengin ikut karena Rahma nge dance kan" ledek Faris pada Farhan.

"Eh diem lo. Ngomong sekali lagi gue gampar nih"

________

Fahmi hendak pergi ke halaman belakang sekolah. Namun sesampainya disana, ia melihat sudah ada seseorang. Sepertinya itu memang Rahma "ehm, ngapain kamu disini?"

"Eh Fahmi" Rahma menoleh pada saat itu juga. Sembari masih memegang busur panah yang ada di tangannya. Rupanya sedari tadi Rahma menggunakan papan panah milik Fahmi untuk latihannya "maaf ya, pinjam tempatnya sebentar" ucapnya yang kini mulai fokus kembali pada kegiatan sebelumnya.

"Ngapain ngapain kamu disini? Banyak tempat yang lainnya kan!" tegasnya.

Rahma tidak menjawab, gadis itu tidak mempedulikan orang yang sedari tadi bertanya padanya.

Merasa tak mendapat jawaban, Fahmi memilih diam. Ia tampak memperhatikan Rahma "hari ini gaada ekskul. Ngapain bawa panahan segala?"

"Emangnya kenapa, masalah buat kamu, lagian ini milikku juga"

"Gausah terlalu rajin" Fahmi teringat dengan apa yang di bicarakan saudaranya tadi "oh iya, kamu sama Renia mau battle ya?"

"Kok kamu bisa tau?" Rahma terkejut. Ia lantas mengehentikan aktifitasnya. Beralih menatap Fahmi dengan sangat serius. Bagaimana bisa Fahmi tau tentang tantangan itu. Apakah ada seseorang yang menyebarkan tentang rencana tantangan itu?

"Udah viral. Semuanya tau kalo kalian mau battle pas prom night"

Rahma terdiam seketika. Sudah menjadi kebiasaan. Setiap hal jika terjadi di SMA Garuda, pasti akan cepat menyebar ke seluruh orang-orang yang ada disana.

"Gausah sok sok an. Udah tau sendiri kan Renia ketua cheers. Pasti dia jago nge dance. Apa yang kamu taruhin?"

"Kalo semisal aku kalah aku bakal jadi bawahan dia selama sekolah disini. Kalo aku menang, aku bakal gabung sama tim cheers. But, I'm certain. Insyaallah aku pasti bisa kok. Bakalan aku kalahin tuh si Genk ga jelas itu"

"Ga habis pikir aku sama kamu. Gaada kapok kapoknya cari gara-gara sama si populer populer di sekolah ini. Sebenernya apa sih maksud dan tujuannya?"

"Aku ingin mengubah sdm di sekolah!" tegasnya "menggunakan kepopuleran itu, aku akan lebih mudah untuk mengambil hati semua orang di sekolah ini. Kamu masih ingat kan, apa yang aku bilang pas kita ketemu disini pertama kali...."

Fahmi mengingat-ingat lagi. Gadis itu hendak mengubah ideologi di sekolah ini rupanya. Sebenarnya Fahmi sangat setuju dengan niat itu. Hanya saja, ia kurang yakin jika Rahma berhasil melakukannya. Jika Farhan mengetahui hal ini, dia pasti akan bersusah payah untuk menggagalkan rencana itu.

"Aku akan hancurin Genk prima. Itu tujuan lain aku sekolah disini" Rahma tanpa sungkan mengatakan hal itu, bahkan di hadapan salah satu anggota Prima itu sendiri. Ia lanjut membereskan alat panahnya dan segera pergi dari tempat itu. Namun tiba-tiba saja ia terhenti ketika Fahmi mengatakan sesuatu "kalo itu salah satu tujuan kamu, aku dukung. Oh iya. Jangan lupa juga. Besok hari pertama kamu di ekskul panahan. Siap siap untuk raih poin pertama"

Mengetahui Fahmi sudah selesai bicara, kini Rahma benar-benar pergi dari halaman belakang sekolah. Ada perasaan bersalah sebenarnya. Beberapa menit yang lalu ia mengatakan hal yang lancang. Ia tau Fahmi pasti tersinggung akan hal itu. Namun mau bagaimana lagi. Jika ia tak bertindak, lalu siapa lagi. Mengingat hanya dirinyalah korban bully yang memberanikan diri untuk melawan. Sedangkan yang lainnya hanya diam. Seperti Nino, sahabatnya sendiri.

Ia kini berjalan di koridor menuju kelasnya. Masih kepikiran dengan perkataan Fahmi tadi "kok bisa ya dia ga marah. Bahkan mendukung. Bukannya dia itu juga bagian dari Genk Prima. Harusnya dia ga terima dong pas aku ngomong gitu" gerutunya. Rahma menggelengkan kepalanya. Berusaha membuang pikiran itu. Banyak yang harus ia selesaikan. Mulai dari ekskulnya, hingga tantangan yang di berikan oleh Renia. Sungguh hal yang sangat tidak ia duga. Rupanya ia nekat mempertaruhkan harga dirinya, hanya untuk meninggikan harga dirinya yang lain

Primadona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang