[S1] Chapter 41. Kasta

20 10 0
                                    

Nayla mengajak Rahma ke kantin, namun Rahma sendiri menolak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nayla mengajak Rahma ke kantin, namun Rahma sendiri menolak. Ia lebih memilih menghabiskan waktunya ditaman.

Merasa bahwa dirinya adalah seorang sahabat, Nayla menemani Rahma disana. Berusaha menenangkan sahabatnya itu. Ia tau persis bagaimana perasaan Rahma saat ini. Karena dirinya juga pernah berada di posisi yang sama "Ra, please. Kamu cerita sama aku tentang pagi tadi. Aku ga terima kamu diperlakukan seperti itu...."

"Bukannya sebelumnya aku mengalami hal yang lebih parah dari ini!" Sahut Rahma.

Nayla kini tak pikir panjang lagi. Ia memutuskan untuk menghampiri Farhan saat itu juga. Namun lagi dan lagi Rahma menahannya. Ia menyuruh Nayla untuk kembali duduk di sampingnya "Farhan ga salah. Ini sama sekali gaada hubungannya dengan Genk Prima"

"Kalo bukan ulah mereka, habis itu siapa Ra?"

"Renia, komplotan cheers itu. Aku gatau kenapa mereka selalu benci dan melakukan hal ga baik ke aku. Panahan ku rusak. Aku ga jadi latihan"

Begitu mendengar hal itu, darahnya seakan naik 100%. Nayla kini di penuhi oleh emosinya. Ia berlari mencari Renia dan komplotannya. Rahma pun juga ikut berlari. Berusaha mengejar Nayla supaya tak ada pertengkaran. Namun niatnya goyah ketika ia melihat ke koridor yang mengarah ke halaman belakang sekolah. Ia kembali teringat dengan Fahmi. Sejujurnya, ia menjadi grogi setelah kejadian tadi pagi. Namun Rahma tetap akan pergi ke sana. Mengurungkan niatnya mengejar Nayla. Ia sampai di area itu, tempat biasa Fahmi latihan. Karangan bunga itu rusak, ada beberapa anak panah yang tertancap disana. Ia melihat area sekeliling. Namun tidak ada Fahmi disana "kemana dia?" Batinnya.

Entah datang dari mana pikiran Rahma untuk menelfon Fahmi. Hal itu ia lakukan karena sedari tadi Fahmi tak ada, tidak mengikuti KBM juga. Ia takut terjadi sesuatu pada orang itu. Berulang kali ia telfon, namun tak di jawab. Hingga akhirnya sebuah suara memanggilnya dari arah belakang "Rahma!" Panggil seseorang.

Rahma menoleh, melihat Fahmi yang kini ada di belakangnya. Ia membalikkan badannya. Kini mereka saling berhadapan "kamu dari mana aja, kenapa ga ikut kbm?"

"Aku anggota Prima, apapun bisa aku lakukan...."

"Kamu memang anggota Prima, tapi kamu berbeda. Karena yang aku tau kamu itu seseorang yang baik. Aku harap, kamu tidak ikut nakal seperti saudara kamu yang lainnya"

"Kamu ngatur? Udah merasa pantas menasehati aku!"

"Bukan gitu Fahmi...."

"Jika kamu berpikir demikian, itu artinya secara tidak langsung kamu mengira bahwa kamu punya sedikit hak tentang aku!"

"Maksudnya?"

"Aku minta maaf soal kejadian tadi pagi, tapi itulah yang aku rasakan saat ini. I love you, And I want to always be near you. Sorry karena aku udah buat kamu ga nyaman, tapi aku berhak untuk mengungkapkan perasaan ini bukan!"

Rahma hanya bisa diam, mendengarkan setiap pernyataan dari Fahmi. Namun dadanya terasa sesak. Masih terkejut karena mengetahui ini secara tiba-tiba "aku pikir kamu hanya bercanda Fahmi, tapi ternyata.... Aku bener bener kaget lihat kamu kayak gini. Kita itu berteman baik, dan aku pikir kamu berkata seperti ini karena ada sesuatu yang mau kamu lakuin...."

"Apa aku pernah berbuat jahat ke kamu, apa aku pernah bully kamu?"

Rahma menggelengkan kepalanya "maaf Fahmi, apapun yang kamu katakan, kita tetap teman, tidak lebih dari itu" Rahma berbalik dan hendak pergi dari sana. Namun ia berhenti ketika Fahmi mengatakan sesuatu "jawab 'ya' atau 'tidak' sepertinya sulit bagi kamu. Aku ga maksa kamu. Aku hanya minta kamu untuk menjawab"

Rahma untuk kesekian kalinya membalikkan badannya "harusnya kamu ngerti Fahmi. Semua ini secara tiba-tiba. Aku kaget karena hal itu. Kamu ga berhak maksa aku untuk menjawab sesuai yang kamu minta tadi" Rahma kini benar-benar pergi dari halaman belakang sekolah.

Fahmi masih saja memanggil manggil Rahma "Rahma, aku minta maaf jika nyinggung kamu, tapi aku juga berhak mengungkapkan perasaan aku ke kamu" namun sayangnya, hal itu tak digubris oleh Rahma.

Rahma tetap berlari hingga pada akhirnya ia sampai di koridor kelasnya.

________

Nayla telah menemukan keberadaan Renia dan genk nya. Mereka ada di kantin saat itu. Asyik menikmati makanan yang mereka pesan

"Heh, berdiri lo" Nayla dengan lantang mencengkeram kerah seragam Renia.

Cengkeraman itu begitu kuat hingga seragam Renia sedikit berantakan. Ia berusaha melepaskan tangan Nayla dari seragamnya, namun hasilnya nihil. Sampai Kirana dan Fitri ikut turun tangan. Mereka membantu Renia yang akhirnya berhasil lepas dari cengkeraman Nayla.

"Ngapain lo?" Ucap Renia sembari merapikan kerah seragamnya.

"Ganti rugi panah Rahma sekarang juga!"

"Hah! Ganti rugi? Ga salah ngomong lo. Untuk apa gue ganti rugi buat si miskin itu"

"Stop panggil Rahma miskin. Berani berbuat harus berani bertanggung jawab...." Nayla akan terus meneruskan bicaranya jika Renia tak mencengkeram kuat dagunya.

"Heh, gue bully dia atau nggak, lo ga berhak ikut campur, tau sendiri kan, Rahma punya status sebagai pemilik kartu merah. Siapapun bebas bully dia. Ngapain juga lo bela kasta terendah itu" ucap Renia yang kini menjambak hijab Nayla lalu mendorongnya hingga terjatuh "denger ya! Gausah sok bela si miskin itu. Meskipun sekarang lo udah kaya, bagi gue lo tetep jadi kasta terendah SMA Garuda. Sama seperti Nino dan juga Rahma"

Nayla segera berdiri. Ia tatap wajah seseorang yang sangat ia tidak suka itu. Plak.... tangan Nayla mendarat di pipi Renia "gaada yang namanya tingkatan kasta di sekolah ini" Nayla balik mencengkeram dagu Renia "itu semua cuma asumsi kalian aja. Orang yang punya akal, pasti tidak akan membedakan yang satu dengan yang lainnya. Percuma kalian sekolah kalo otaknya dangkal"

Mereka jadi pusat perhatian banyak orang di kantin. Sebenarnya Nayla kini tak mendapatkan perlakuan buruk dari yang lain. Beda seperti dulu. Sebelum keluarganya menjadi kaya. Namun Genk Renia masih saja tidak suka padanya.

Primadona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang