[S1] Chapter 21. Ekskul Panahan

27 14 0
                                    

Bukan hanya Fahmi saja yang mengikuti mereka, namun Renia juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan hanya Fahmi saja yang mengikuti mereka, namun Renia juga. Ia tampak kesal dengan tindakan Farhan pada Rahma tadi. Jelas saja ia cemburu, tentu saja ia tak suka. Melihat orang yang ia cintai, justru terlihat dekat dengan orang lain "ish, Farhan apa-apaan sih. Sok care gitu sama Rahma. Ngapain coba dia ganti rugi juga" gerutu Renia.

"Bagus malahan, Farhan mempertanggungjawabkan apa yang udah di lakuin" hanya kata itu yang di lontarkan Fahmi pada Renia. Kemudian ia menghampiri Rahma yang saat itu masih dibuat bingung dengan sikap Farhan kepadanya "Ra, kamu gapapa kan?"

"Maksudnya?" Rahma menoleh dan mengetahui Fahmi ada disana.

"Aku tadi lihat kamu disini sama Farhan, dia ga ngapa ngapain kamu kan!"

Farhan rupanya sudah pergi. Beberapa menit yang lalu, ia mendapatkan perlakuan lembut satu ketua Prima itu. And know, dia menghilang.

"Alhamdulillah, nggak kok. Aku gapapa. Kamu gausah khawatir. Kalo gitu aku ke...."

Fahmi memotong perkataannya "panahan. Kamu mau ikut ekskul itu kan!"

"Iya, kok kamu bisa tau?"

"Aku bagian dari anggota ekskul panahan, dan aku mau beri tau kabar baik buat kamu"

"Kabar baik?" Rahma nampak sangat semangat ingin mendengar kabar itu dari Fahmi "apa kabar baiknya?" Rahma terlihat mendekat, dan kini jarak mereka hanya tersisa 5 cm.

"Kamu di terima masuk ekskul tanpa tes!"

Senyum semringah terlukis jelas di wajah Rahma. Salah satu tujuannya bersekolah di SMA Garuda kini tercapai. Menjadi anggota ekskul panahan adalah misinya sedari awal.

"Alhamdulillah, akhirnya. Setelah sekian lama akhirnya aku bisa ikut panahan lagi. Arghhhh seneng banget banget" saking bahagianya Rahma, sampai ia tak sengaja memeluk Fahmi.

Sebuah pelukan yang secara tiba-tiba. Pelukan itu pun berasal dari Rahma. Pelukan itu sangat tulus. Pelukan itu juga begitu hangat. Sesaat kemudian Fahmi tersenyum. Ia berniat balas memeluk Rahma. Namun terhenti ketika Rahma dengan sigap melepaskan pelukannya.

"Astaghfirullahalazim. M-maaf Fahmi, aku ga sadar karena saking senengnya. Kalo gitu aku ke ruang ekskul dulu. Assalamu'alaikum " Rahma segera pergi dari tempat itu. Meninggalkan Fahmi sendirian disana. Fahmi yang masih bersama rasa senang sekaligus sedihnya. Senang katana perlakuan Rahma padanya tadi. Sedih karena ketidaksukaannya pada Rahma jika dekat dengan salah satu saudaranya

________

Ia kini sudah sampai di ruang ekskul. Sebuah ruangan yang selama ini ia idamkan. Sama sekali tidak menyangka bahwa sebentar lagi ia akan menjadi bagian dari ekskul ini.

Rahma menyapa Bu Rara, selaku pelatih ekskul panahan "Assalamu'alaikum Bu. Saya Rahma dari kelas 11 MIPA 1. Saya anggota baru ekskul ini"

"Jangan panggil saya Bu, saya masih belum setua itu. Panggil saja pelatih Rara"

"Oh baik.... Pelatih Rara"

"Bagus. Kamu lolos tanpa tes. Jadi kamu sudah resmi menjadi bagian dari ekskul panah" Pelatih Rara kemudian memberikan sebuah buku panduan pada Rahma "ini buku panduan, yang di miliki setiap siswa siswi yang ikut ekskul ini. Berisi peraturan peraturan di ekskul ini, dan banyak panduan dan cara memanah dengan baik. Kamu pelajari buku itu. Sekarang ikuti saya"

Rahma segera mengikuti pelatih Rara menuju lapangan yang tak begitu luas. Namun lapangan itu di sediakan khusus untuk para pemanah.

Pelatih Rara memberikan sebuah busur panah serta anak panah pada Rahma "kamu harus bisa memanah sesuai target" jelas Pelatih Rara sembari menunjuk pada sebuah papan bundar yang sudah di warnai, seperti panahan pada umumnya.

Rahma mengambil semua alat itu kemudian berusaha membidik dengan benar. Sikap fokus dan tenang sangat diperlukan di saat saat seperti itu.

And ya, Rahma bisa membidik dengan benar. Sesuai target dan ia pun mendapatkan tepuk tangan dari pelatih Rara.

"Masya Allah. Kamu hebat, bisa langsung membidik dengan baik, padahal ini jarak khusus untuk para atlet yang sudah mahir memanah. Saya tidak salah menerima kamu di ekskul ini. Kamu harus berlatih lebih giat lagi. Insyaallah, saya nanti akan memasukan kamu ke member atlet sekolah ini"

"Member atlet?"

"Iya, jika kamu bisa mempertahankan kemampuan kamu, maka akan lebih mudah masuk ke dalam member atlet. Member atlet itu biasanya yang akan mewakili sekolah dalam perlombaan panahan. Kamu mau?"

"Mau Pelatih, saya mau!"

"Baik" pelatih itu pergi sejenak mengambil sesuatu kemudian kembali lagi membawa seragam ekskul, dan beberapa peralatan khusus untuk memanah lainnya seperti bracer (pelindung dada), dan finger tab (pelindung jari) "bawa ini pulang, jaga dengan baik"

"Baik pelatih, terimakasih sebelumnya. Saya pamit pulang, Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam" Rahma keluar dari ruang ekskul dengan sangat gembira. Ia kegirangan. Berlari-lari layaknya anak kecil di koridor sekolah. Ia tak peduli meskipun banyak yang melihatnya, yang terpenting ia sekarang sangat bahagia karena sudah bisa ikut ekskul panahan yang selama ini didambakannya.

Nino melihat hal itu dan langsung segera mengajak Rahma masuk ke dalam kelas "Ra, kamu kenapa sih? lari lari kayak anak kecil. Kamu tadi dilihatin banyak orang tadi. Ga malu apa"

"Nggak" Rahma menggeleng dan menghadap pada Nino.

"Kamu kenapa sih, kok kegirangan banget?"

"NO, AKU MASUK EKSKUL PANAH TANPA TES" suara keras itu membuat seisi kelas memandangnya.

"HEH, BISA DIEM GA SIH LU" sahut Farhan yang juga menggunakan nada keras.

Rahma yang tadinya berdiri, kini kembali duduk diam. Ia tak mau membuat macam itu tiba-tiba menerkamnya. Ia lantas berbisik pada sahabat yang kini ada disampingnya "No"

"Hm...."

"Aku bahkan di tawari sebagai member atlet sekolah ini" jelas Rahma sembari suaranya yang lirih.

"HAH, SERIUSAN!" Kini justru Nino yang berteriak keras dan kembali membuat Farhan kesal "HEH, KALIAN BISA DIEM GA SIH. KALO MAU RAME, DI LUAR AJA SANA"

Nino menundukkan kepala dan ia saat itu sangat gemetar setelah di bentak oleh Farhan.

Primadona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang