[S1] Chapter 2. Genk Prima

97 22 7
                                    

Pagi Itu, Rahma begitu ceria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi Itu, Rahma begitu ceria. Senyuman lebar terpampang dengan jelas diwajahnya. Bagaimana tidak, ini adalah hari pertama ia akan sekolah di SMA Garuda. Sebuah sekolah elit yang ia dambakan selama ini.

"Pagi semuanya" sapanya pada sang ibu dan adiknya.

"Ehm, kelihatan gembira banget nih kayaknya" sahut Ana.

"Nak, bekal kamu jangan lupa ya"

"Iya mah. Kalo gitu Rahma berangkat dulu ya"

"Eh ga makan dulu nak?"

"Gausah mah, Rahma ga laper kok. Nanti biar beli di kantin aja. Assalamu'alaikum" Rahma bergegas pergi setelah pamit pada ibunya.

"Idih, baru hari pertama aja udah seneng banget. Sampai sok sok an gamau sarapan segala lagi, dasar partner gelud" sahut Ana.

"Udahlah, biarkan saja. Wajar kakakmu seperti itu. Sekolah di SMA Garuda kan memang impiannya"

"Memangnya, se sepesial apa sih SMA Garuda yang terkenal elit itu. Bukannya semua sekolah sama saja"

"SMA Garuda sekolah elit, beda sama SMA lainnya. Fasilitasnya juga lengkap, kakakmu mau kesana supaya dia bisa dia bisa ikut ekskul panahan. Memangnya kenapa, kamu kelihatan sinis banget. Nanti lulus SMP, mau ikut tes ke sana juga"

"Otak ga mumpuni mah, hehe"

"Kamu bisa aja"

________

Jarak dari rumah gadis itu ke SMA Garuda memakan waktu sekitar setengah jam. Ia lihat sebuah gedung yang sangat luas. Sebuah gedung sekolah besar yang pastinya terkenal dengan kualitasnya. Maka tak heran jika banyak orang kaya yang bersekolah disana.

Rahma termasuk seorang yang beruntung. Menggunakan beasiswanya, agar bisa bersekolah disana tanpa adanya biaya sepeserpun. Meskipun sudah beredar banyak rumor mengenai sisi gelap sekolah ini, namun entah kenapa Rahma tetap berani dan excited dengan impiannya.

Baru saja ia masuk, sudah terlihat halaman yang begitu luas. Sebuah taman yang sangat indah dengan air mancur yang tertata rapi di kolam yang ada disana. Selain itu ada juga lapangan basket, futsal, maupun voli, dengan fasilitas yang sangat lengkap. Bahkan lebih besar ketimbang di SMA pada umumnya. Rahma hanya menggelengkan kepalanya. Sungguh tak menyangka ia akan menjadi salah satu dari banyaknya siswa siswi yang bersekolah disini. Bahkan ia memikirkan bagaimana hari harinya nanti ketika menempuh pendidikan di sekolah barunya.

Ia mulai masuk ke koridor pertama. Melihat lapangan upacara yang begitu luas. Jelas saja, siswa-siswi disini jumlahnya banyak. Area sekolah yang begitu luas, membuat Rahma sampai kebingungan.

Melihat orang-orang yang tengah sibuk mengobrol di penjuru tempat. Membuatnya minder. Mereka semua modis, seperti sangat mementingkan penampilannya. Mungkin penampilan yang modelis menjadi kewajiban orang orang disini. Hal itu membuat Rahma minder ketika banyak dari mereka yang memperhatikan dirinya.

"apa ada yang salah sama penampilan gue?" Batinnya.

Namun Rahma berusaha untuk tidak menghiraukannya. Ia tetap berjalan masuk dan kini ia berada di koridor yang lebih ramai.

Seketika itu, entah kenapa semua orang tiba-tiba bergerombol, berbaris seakan menyambut seseorang. Namun siapa, apakah kepala sekolah?

Rahma menghampiri kerumunan itu. Banyaknya orang yang berdesakan, membuat rasa penasaran Rahma semakin tinggi. Ia sangat Ingin mengetahui siapa yang hendak mereka sambut. Usahanya untuk ikut berdesakan ke depan rupanya gagal. Mengetahui banyaknya orang yang berhimpitan. Ia memutuskan untuk tetap berada di bagian paling belakang. Meskipun hanya tersisa sedikit ruang untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di depan.

Sebuah gerombolan yang terdiri dari 4 orang. Salah satu dari mereka mendekat ke salah satu siswa.

Siswa itu terlihat tengah memegang jus di tangannya. Orang itu mendekat, merebut jus itu, lalu menyiramnya pada siswa.

Siswa hanya bisa diam terpaku. Melihat semua orang menertawakannya. Heran, mengapa orang-orang justru tertawa ketika melihat adanya sebuah perundungan yang terlihat jelas di depan mereka.

Orang itu terlihat sangat puas setelah menyiramkan jus itu "lain kali, kerjain pr gue dengan bener. Nilai gue anjlok gara-gara lo" orang itu beranjak pergi mengajak rekannya yang lain.

Siapa yang tak kesal jika diperlakukan semena-mena dihadapan orang. Perkiraan Rahma salah. Ia mulanya berpikir bahwa pasti ada seseorang yang mendekat dan mensuport korban bully itu. Namun ternyata tak ada satupun dari mereka yang peduli. Bahkan mereka semua jutsru memilih pergi dan meninggalkan orang malang itu sendirian.

Jelas saja Rahma kesal akan hal itu. Ia paling tidak suka jika melihat ketidakadilan. Rupanya, rumor yang beredar itu memang benar. Sekolah elit sekalipun pasti mempunyai sisi kelam.

Melihat gerombolan itu yang pergi dan melakukan sesuatu seenaknya, membuat darah Rahma mendidih. Seakan ingin menggampar wajah mereka pada saat itu juga. Rasa empati nya muncul. Rahma berniat menghampiri korban bully itu, namun terhalang oleh siswa-siswi yang mulai berjalan kesana kemari "dih siapa sih tuh orang. Nyebelin banget. Udah minta tolong, nyolot lagi. Bener bener SDM nya minus banget. Bener bener...." Perkataannya terhenti ketika ada seseorang yang tiba-tiba menepuk pundaknya dari belakang.

"Ehm" ucap seseorang di belakangnya.

Rahma menoleh dan melihat ada 3 orang yang menghampirinya "ada apa ya?"

Mereka adalah Reina, Kirana, dan Fitri. Ketua dari Genk cheerleader. Mereka juga merupakan salah satu pentolan di SMA Garuda, lantaran gayanya yang begitu hits. Hm, lalu, siapa lagi pentolan yang lainnya, apakah segerombolan orang yang di sambut tadi?

"Sebentar, kayaknya kita ga pernah lihat ada lo disini"

"Anak baru nih pasti, anak orkay mana?"

"Iya, aku anak baru disini. Kalo boleh tau, si orang-orang songong itu siapa sih. Ngapain coba semua orang pada sambut dia. Emang dia artis apa!" Gerutu Rahma pada mereka.

"Siapa yang lo bilang songong? Genk Prima!" Sahut Reina.

"Apa! Genk Pri...."

"Prima, mereka itu Primadonanya SMA Garuda. Gaada yang boleh cari masalah sama mereka atau orang itu gaakan tenang sekolah disini" ucap Reina, yang seringkali di sebut ketua dari tim cheerleader di SMA Garuda. Setelah mengatakan sebuah hal yang belum cukup membuat Rahma paham, dia langsung mengajak temannya untuk pergi dari sana dan meninggalkan Rahma begitu saja dengan banyaknya pertanyaan dikepalainya.

Rahma tampak memperhatikan kepergian mereka. Ia masih bingung. Apa itu Genk Prima? Kenapa juga mereka bisa menjadi Primadona sekolah. Atau mereka memang orang-orang pandai dan cerdas. Maka dari itu disebut primadona di SMA Garuda?

Hal itu berhasil membuat Rahma pusing. Ia berusaha menghilangkan pikiran itu. Kini harus fokus mencari ruang kepala sekolah untuk memberikan data lebih lanjut.

Begitu luas area sekolah ini, sampai Rahma pun kesusahan mencari ruangan yang hendak ia tuju. Sesekali bertanya pada siswa siswi disana, namun tak di respon sama sekali. "Sombong banget sih mereka"

Ia hampir putus asa. Hingga pada akhirnya bertemu salah satu guru. Merasa itu adalah waktu yang tepat, ia segera hampiri orang itu "maaf, boleh saya bertanya. Ruang kepala sekolah ada dimana ya?"

Guru itu pun akhirnya membawa Rahma menuju ruang kepala sekolah.

Sesampainya disana, Rahma menandatangani surat surat khusus, dan juga diberi beberapa bet sekolah dan seragam seragam yang belum ia dapatkan. Setelah itu, pak kepsek mengantarkannya ke sebuah kelas yang akan Rahma tempati.

Kelas 11 A. Entah kenapa baru masuk namun ia mendapatkan kelas utama, atau mungkin karena hasil tesnya, dan ia layak masuk berdasarkan prestasinya. Namun satu kata yang terucap saat itu "Alhamdulillah" setelah 1 tahun penantian, ia kini benar-benar berada di sekolah impiannya.

Primadona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang