Weekend ini, Rahma memutuskan untuk memanfaatkan waktu luang dengan latihan dance. Meskipun acaranya masih terbilang cukup lama, yaitu minggu depan. Namun ia harus mempersiapkan diri sebaik mungkin. Karena ia juga tak mau kalah dari Renia yang sombong itu.
Ia tiba-tiba saja mengentikan latihannya ketika ada suara pintu yang hendak terbuka. Beruntungnya ia cepat mematikan Vidio tutorial itu, dan segera mendekat ke arah pintu kamarnya "eh mamah. Ada apa mah?"
"Kamu ini, dari sore di kamar terus. Ngapain, belajar?"
"Oh iya mah, soalnya lagi banyak pr"
"Sekarang udah selesai belum?"
"Udah sih mah, ini baru aja selesai. Alhamdulillah"
"Kalo gitu mamah minta tolong ya. Anterin pesenan kue. Ada di meja ruang tamu. Mamah mau lanjut bikin adonan kue buat pesenan selanjutnya"
"Iya mah, tapi Rahma siap siap dulu"
Rahma segera bersiap-siap. Ia memakai rok plisket dengan hoodie sebagai atasannya. Serta hijab grey yang di pakainya. Bergegas menuju ruang tamu. Melihat sudah ada kotak berisi kue. Ia mengecek kue itu supaya tidak terjadi kesalahan saat cod nanti.
Baru saja ia hendak pergi, namun handphonenya berbunyi. Berusaha tak ia pedulikan, namun tetap saja berdering berkali-kali. Kesal, Rahma mengangkatnya. Ia ambil handphone di tas kecil yang di bawanya. Ia terkejut setelah tau bahwa Nayla yang menelfonnya. Sontak Rahma dengan cepat menelfon Nayla balik. Karena mungkin ada hal penting yang hendak di sampaikan "hallo. Assalamu'alaikum Nay. Sorry ya agak telat ngangkatnya. Soalnya lagi bawa pesenan kue"
"Iya gapapa kok"
"Btw, ada apa ya kamu telfon aku?"
"Mumpung ini weekend, gimana kalo kita latihan aja. Ada kabar buruk yang harus kamu dengar juga"
"Hah! Kabar buruk?"
"Prom night di majukan hari senin!",
"What!" tentu saja hal itu membuat Rahma sangat terkejut, ia sama sekali belum siap untuk tampil nantinya. Berita ini sangat mendadak. Prom night tiba-tiba saja di majukan "Nay, ini pasti kamu bercanda kan. Kamu cuma mau nakut nakutin aku aja, iya kan!"
"Astaghfirullahalazim, buat apa aku bercanda, ini aku serius. Pagi tadi aku ke sekolah, mau ngumpulin tugas. Eh disana udah ramai anak-anak OSIS lagi ngurus acara, sama dekor juga"
"Emangnya kamu yakin itu untuk acara prom night?"
"Hm, yakin lah Ra. Aku juga udah tanya kok sama ketuanya. Prom night di majukan hari Senin. Minggu depannya guru-guru ada pertemuan sama sekolah sebelah. Katanya ga bisa di ganggu gugat jadwalnya. So, terpaksa acara prom night dimajukan. Grup wa juga udah ada informasi kan!"
Rahma tampak kesal. Bagaimana tidak. Ia bahkan belum siap tampil di hadapan semua orang "Nay, gimana nih, aku belum siap!"
"Kalo kamu belum siap, mundur juga gapapa kok. Itu lebih baik, daripada kalah, terus jadi bawahan Renia sama genknya lagi"
"Gabisa, ini juga menyangkut harga diri. Aku gamau di permalukan sama mereka gara-gara ini"
"Ra, meskipun kamu ga lakuin apapun, toh mereka akan terus mengusik kamu. Pokoknya kamu tenang aja. Hari ini kita latihan di taman. Kalo soal kostum kamu gausah bingung. Biar aku yang urus"
Kekesalannya bertambah ketika Nayla memutuskan telefon secara tiba-tiba.
"Ish, belum selesai ngomong udah di matiin aja.... Aduh, gimana nih. Besok banget nih, Astaghfirullahalazim" Rahma masih menggerutu. Ia memilih untuk segera mengantarkan pesanan itu dan segera menemui Nayla di taman.
________
Ia menjumpai Nayla yang saat itu tengah duduk di bangku taman sendirian. Orang itu tampak sedang menunggunya "Assalamu'alaikum Nay"
"Waalaikumsalam. Akhirnya kamu datang juga!"
"Kenapa, aku telat ya?"
"Nggak, aku juga baru aja dateng" Nayla sesekali menoleh kearah kanan dan kiri "oh iya, mumpung lagi agak sepi. Mendingan kita latihan, habis itu langsung gladi bersih"
Mereka lanjut latihan. Rahma pun juga sudah mulai mahir. Hampir 1 jam mereka latihan. Sepertinya waktu itu lumayan cukup untuk Rahma bisa memperbagus gerakan tarinya.
Selesai, mereka istirahat sejenak. Nayla pergi sebentar guna membeli camilan dan minuman untuk mereka.
"Makasih Nay" Rahma menerima snacks dan minuman dingin itu.
Rahma masih saja melamun. Meskipun dirinya sudah bisa menguasainya tariannya, namun tetap saja iya takut tampil di hadapan khalayak umum. Apalagi baju yang akan ia pakai besok. Meskipun baginya sudah bagus dipakai, namun belum tentu orang lain menganggap hal itu bagus. Atau bahkan ada yang mengejek apa yang ia pakai nanti.
"Ra, jangan di biasakan melamun. Nanti kesambet!" Sahut Nayla membuyarkan lamunan Rahma.
"Nggak kok, cuma lagi mikir pakaian yang di pakai pas prom night besok. Ada baju bagus, tapi pasti orang-orang akan menghina. Bahkan mempermalukan aku"
"Ke mall yuk" ajak Nayla pada Rahma.
Rahma sontak menoleh. Untuk apa Nayla mengajaknya pergi ke mall. Mengingat dirinya yang tak ada uang, ia memilih untuk menolak "ngapain? Kalo mau shopping, mendingan kamu sendiri aja deh. Udah tau sendiri lah, aku gapunya cuan"
"Kalo aku mau di temenin sama kamu gimana?"
"Aku gabisa!"
"Gaada timbal baliknya yah. Padahal aku berusaha untuk ngajarim kamu tentang skill menari, tapi.... Sebaliknya, hanya sekedar ikut aku ke mall saja kamu nggak mau"
Rahma seketika luluh. Benar apa kata Nayla, dia sudah berusaha untuk mengajarinya menari sampai mahir seperti sekarang. Namun setelah ia di mintai bantuan balik, ia lebih mementingkan egonya. Ia sangat merasa bersalah pada Rahma "okay, aku temenin kamu. But, sekedar menemani ya. Aku harap ini ga lama"
KAMU SEDANG MEMBACA
Primadona
Teen FictionImpiannya terancam hancur ketika bertemu sekelompok Primadona. S1 : 1 Februari 2022 - 3 Mei 2022 S2 : 6 September 2022 - Sekarang