[S1] Chapter 67. Kecaman

11 4 0
                                    

Hari berlangsung seperti biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari berlangsung seperti biasanya. Hanya saja, Farhan dan Rahma kini berjauhan. Rahma kerap kali mengalihkan pandangan ketika bertemu dengan Farhan, begitupun juga sebaliknya. Namun Farhan sendiri merasa susah untuk melakukan semua itu. Ia tak bisa melupakan Rahma begitu saja, terlebih lagi ini baru satu Minggu.

Rahma menghabiskan waktu istirahatnya berada di perpustakaan. Sebentar lagi ujian kenaikan kelas. Ia harus belajar dengan giat. Apalagi lusa ia akan ada pertandingan panah antar sekolah. Itu adalah pertandingan perdananya. Ia harus bisa maksimal dalam hobinya itu. Seseorang tiba-tiba datang menghancurkan konsentrasinya terhadap buku yang ia baca.

Farhan, siapa lagi jika bukan dia "Farhan, kamu ngapain kesini. Kalo cuma mau ganggu aku, lebih baik kami pergi deh. Aku pengin belajar dengan tenang tanpa adanya gangguin...."

"So, aku gangguan menurut kamu?"

"Iya. Maka dari itu, kamu pergi dari sini sekarang juga"

Farhan diam seketika, lalu berbicara lagi "Ra, kamu serius udah move on dari aku?"

"Move apaan. Kan aku juga ga pernah pacaran sama kamu. Nauzubillah sih, jika itu terjadi"

"Seburuk itukah aku bagi kamu. Aku udah berubah Ra. Aku bukanlah Farhan yang dulu lagi. Kamu tau, kamu salah satu penyebab kenapa aku memilih untuk berubah. Kamu juga udah ngajarin aku, tentang sebuah kebahagiaan yang tidak harus karena uang. Bahagia itu, jika hati dan pikiran kita tenang, tidak di bebani dengan sebuah kenangan dari seorang pebisnis ambisius...."

"Mama kamu?"

"Iya!"

"Kamu salah jalan Han. Allah tidak akan meridhoi seorang hamba, jika hamba itu tidak mendapat ridho dari orangtuanya...."

"Gimana kalo orangtua yang mengajarkan keburukan. Apa iya kita harus selalu nurut kata orang tua, meskipun yang dilakukan itu salah?"

"Mau bagaimanapun juga, orangtua ya tetap orangtua, mereka yang sudah merawat kita sedari kecil sampai sekarang. Apapun yang mereka lakukan, kita harus tetap berbakti...."

"Iya aku tau Ra. Aku juga udah kembali ke rumah lama aku. Aku juga udah mulai belajar tentang bisnis sesuai permintaan ibu aku...."

"Percuma kalo kamu masih ngedeketin aku...." Rahma langsung pergi begitu membentak Farhan di perpustakaan.

Farhan pergi menemui Genk Prima lainnya yang saat itu berada di gazebo "bro, dari mana aja sih lo?" ucap Fathur merangkul Farhan.

"Gue habis dari perpus!"

"Widih, seorang Farhan datang ke perpustakaan. Ini suatu hal yang sangat langka. Habis kesambet apaan lu" sahut Faris.

"Gue tau kok Han, lo pasti kesana karena mau samperin Rahma kan" ucap Fahmi yang kini ikut angkat bicara.

"Guys, jujur nih ya. Gue itu ga bisa move on dari Rahma. Setiap kali gue berusaha ngejauhin dia, pasti hati gue menyangkal...."

"Itu karena lo udah kena pelet kali sama Rahma, secara nih ya, kalo lo sama Rahma, lo bakal jatuh miskin tau nggak hahahaha...." Belum selesai tertawa, Farhan dengan sigap menghampiri Faris lalu memukulnya "sekali lagi gue denger lo bilang Rahma miskin, gue gaakan segan segan keluarin lo dari Genk Prima" Farhan langsung pergi setelah itu.

Sementara Faris terdiam memandangi Farhan yang mulai menghilang dari pandangan mereka.

"Faris. Farhan itu lagi ga bagus mood nya. Bisa ga sih, omongan lo lebih di jaga" ujar Fahmi.

"Gue cuma bercanda guys, lagian Farhan serius amat nanggepinnya...."

"Bercandaan lo keterlaluan Ris, makanya lo tadi di ganyang sama Farhan" ucap Fathur.

________

Renia dan dua temannya tengah asik mengobrol di cafe "guys, gue makin hari makin sebel sama kelakuan Rahma tau ga" Renia kini semakin banyak menanggung dendam nya pada Rahma. Bagaimana tidak, Rahma sendiri sudah banyak merubah apa yang ada di SMA Garuda, termasuk Genk Prima "gue ga bisa terus-terusan diem kayak gini. Gue harus bertindak. Pokoknya gue gamau tau, Rahma harus di depak dari SMA Garuda" Renia beranjak dari duduknya dan hendak pergi, namun sesaat di cegah oleh teman-temannya.

"Eh Ren, lo mau kemana?"

"Iya Ren, baru aja kita nongki, lo udah mau cabut aja"

"Gue harus nemuin seseorang, yang harusnya gue temuin dari awal" Renia benar-benar pergi saat itu juga.

Ia datang ke sebuah perusahaan besar di kota itu. Memaksa ingin menemui pemilik perusahaan ini, tetapi ia di cegah oleh para security. Namun setelah ia memberitahukan identitasnya, akhirnya Bu Risa, selaku pemilik perusahaan tersebut menyetujuinya.

"Selamat sore tante" sapa Renia.

"Saya dengar, kamu sempat membuat kegaduhan di tempat kerja saya. Kamu sengaja memanfaatkan peran orangtuamu, hanya untuk bertemu dengan seseorang disini?" Ucap Bu Risa.

"Itu juga kan, hal yang anda lakukan terhadap Rahma dan keluarganya"

Bu Risa terdiam seketika saat Renia mensekaknya dengan kata-kata itu.

"Bu Risa sendiri pasti sudah tau, siapa penyebab dari banyaknya yang berubah di SMA Garuda, termasuk Farhan, putra anda sendiri. Saya Renia...."

"Saya sudah tau namamu. Cepat katakan apa mau mu, saya banyak pekerjaan, tidak ada waktu banyak untuk mengurusi masalah anak ABG seperti kamu...."

"Anda yakin ini hanya sebuah masalah biasa? something will not be destroyed, if it is not crushed to the root. Sesuatu itu akan terus tumbuh, jika anda tidak bertindak lebih tegas lagi, terhadap RAHMA"

Pertemuan itu bergitu singkat. Bu Risa sampai mengosongkan semua jadwalnya hanya demi melakukan niatnya untuk benar-benar menghempas Rahma.

"Bagaimana, sudah ketemu, pemilik rumah kontrakan itu....?" Bu Risa terlihat tengah bertelepon dengan seseorang "baik, share lock tempatnya sekarang"

Bu Risa dengan lengkap pengawalnya, rupanya pergi menuju rumah kontrakan dimana Rahma dan keluarganya tinggal sekarang.

Rahma dan yang lainnya tampak terkejut dengan kedatangan Bu Risa.

Para pengawal itu langsung menyekap Rahma, membawanya masuk ke rumah kontrakannya sendiri, diikuti dengan Bu Risa. Sementara Bu Mira dan Ana berasa di luar. Mereka berusaha untuk masuk, tapi di cegah oleh para pengawal yang lainnya.

"Apa yang anda inginkan?" tanya Rahma kepada pebisnis sombong itu.

"Simple. Keluarga kalian terjamin, sekolahmu dan sekolah adikmu, usaha ibumu, semuanya akan menjadi lebih baik, jika saja kamu menuruti perintahku!"

"Apa?"

"move to Singapore!"

Rahma sangat kaget mendengar hal itu "apa! Singapura. Anda bercanda. Untuk apa anda menyuruh saya dan keluarga saya pindah negara, itu sama saja anda memaksakan kehendak orang lain"

"Saya hanya memberi tawaran...."

"Asal Bu Risa tau, tidak sedikitpun terlintas di hati saya, untuk merebut Farhan, putra ibu. Farhan sendiri yang selalu saja mendekati saya, meskipun saya berusaha menjauh dari dia"

"Oh, jadi kamu merasa hebat, karena kamu di kejar-kejar oleh anak saya?"

"Saya tidak pernah berpikiran seperti itu. Kenapa? Kenapa orang-orang macam kalian selalu saja menggunakan kekuasaan kalian untuk semena-mena pada orang lain. Apakah seperti itu caranya berbisnis, seperti itu yang di namakan bahagia?"

Bu Risa terdiam, perkataan Rahma sama dengan perkataan Farhan kala itu. Namun ia kini berpikir. Bahwa Farhan benar-benar sudah dibuat berubah oleh Rahma. Kemudian ia pergi begitu saja, dan menyuruh para pengawalnya untuk segera mengurus paspor dan keberangkatan mereka ke Singapura.

Primadona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang