[S1] Chapter 28. Pacar?

28 12 1
                                    

Rahma melihat situasi yang kian rumit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rahma melihat situasi yang kian rumit. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi supaya tidak ada perdebatan lagi. Melihat Rahma pergi, Fahmi hendak menyusulnya namun tangannya ditahan oleh Farhan "tingkah lo udah membuktikan, kalo lo suka sama dia!"

"Gausah sok tau lo"

"Okay, kalo lo emang ga suka sama dia, lo ikut kita pulang. Kalo lo gamau, dan milih kejar Rahma. Gue pastikan lo ga akan bisa bahagia sama pilihan lo sendiri"

Fahmi tau Farhan tak main main dengan perkataannya. Apapun itu jika menyangkut tentang hubungan asmara. Apalagi ketua Prima itu tau bahwa Rahma lah yang di sukai nya. Jelas saja tak tinggal diam. Memilih aman, Fahmi setuju dan melepaskan cengkraman tangan Farhan.

Mereka lanjut pulang ke rumah. kini Fathur yang menyetir. Suasana begitu canggung "Farhan, gimana sama acara itu, lo bener bener ga bisa ikutan prom night?",

"Gatau thur, gue lagi cari alasan supaya gue ga perlu ikut mereka. Ga jelas banget tau ga. Mereka yang punya bisnis, kenapa gue harus disangkut pautkan" gerutu Farhan yang saat itu duduk tepat di samping Fathur.

"Karena lo anak kesayangan" sahut Fahmi menatap keluar jendela.

"Oh, lo iri sama gue. Atau kalo perlu, lo aja yang ikut ortu ke acara itu" bantah Farhan tak terima dengan perkataan Fahmi tadi.

"Guys, udahlah. Masih aja debat. Ga di resto, ga di mobil. Pusing tau ga gue" sahut Faris juga.

________

Rahma sudah sampai di rumahnya. Ia kembali menyetel tutorial dance yang di kirim oleh Nayla tadi sore. Ia mulai menari, dan gerakannya pun semakin bagus.

Ana sempat mendengar suara bising dari kamar kakaknya. Kebetulan saat itu Rahma lupa mengunci kamar nya. Sehingga Ana dengan bebas bisa mengintip dan melihat kakaknya ini sedang menari.

Ia tercengang! Bagaimana tidak. Baru pertama kali ia melihat kakaknya menari. Apalagi seakan sudah profesional. Meskipun ada beberapa yang tidak sempurna. Namun gerakannya itu lihai dan enak dipandang.

Ana menonton hingga selesai. Ia masuk ke kamar kakaknya begitu saja. Sambil mengacungkan dua jempol, Ana berteriak histeris mengapresiasi apa yang kakaknya lakukan tadi "widih, hebat juga ya kakak narinya. Kesambet apaan nih. Apa gara-gara si cakep di restauran tadi!...." Ana bisa saja banyak mengatakan hal lain lagi, jika kakaknya itu tak membungkam mulutnya.

"Na, kamu ngomong apaan sih? Ga jelas tau ga!"

Ana dengan usahanya menyingkirkan tangan itu dari mulutnya. Ish, bau tau nggak tangannya. Ga sopan banget pake bungkam mulut orang segala"

"Heh, lagian kamu nya sih ngomong ngaco"

"Udah deh gausah ngeles. Aku tau kok, kakak itu habis makan bareng di resto. Sama orang cakep lagi. Siapa dia, kenalin doang ke aku" pinta Ana.

"Na, apaan sih. Apanya yang cakep?"

"Orang yang sama kakak di resto tadi lah. Jujur deh kak, kamu itu pacaran diem diem di belakang mamah ya. Astaghfirullah, durhaka"

"Astaghfirullahalazim. Ana, gausah ngasal deh kalo ngomong. Siapa coba yang pacaran. Btw, kok kamu bisa tau aku ada di restoran?"

"Iya, tadi pas nganterin kue. Kebetulan lewat dan lihat kakak sama seseorang disana"

"Orang yang kamu bilang cakep itu, namanya Fahmi, temen sekelas kakak"

"Ngapain kalian berduaan di resto. Ada hal penting atau memang niat mau jalan bareng?"

"Apa pentingnya sih kamu tau tentang semua ini!"

"Penting lah. Ingat, aku ini mata-mata mamah"

Rahma mendengus kesal. Urusan kepo adiknya itu tak pernah kalah. Ia mencoba menceritakan semuanya pada Ana "okay, aku jujur. So, aku itu di tantang sama salah satu temen di kelas, tantangannya itu disuruh nge dance pas acara prom night. Sebenernya tadi lagi latihan di gedung olahraga. Eh pas pulang Fahmi ngeyel mau anterin kakak...."

"Woah, pasti ada apa-apanya nih. Antara dia suka sama kakak, atau bahkan dia cuma cari perhatian aja"

Rahma lantas mencubit tangan Ana karena perkataannya.

"Aw, sakit kali kak. Kasar!"

"Makanya jangan asal kalo ngomong" jelas Rahma.

"Oh iya, ngomongin prom night. Bisa ga sih kalo aku ikutan?"

"Astaghfirullahalazim. Masih aja di tanyain. Udah jelas-jelas yang ikut itu siswa-siswi SMA Garuda. Selain itu ga boleh lah. Namanya juga acara perpisahan kelas 12. Kamu bukan siapa-siapa"

Ana mendengus kesal. Bagaimana tidak, kakaknya ini seakan tidak peduli padanya. Ia menoleh ke arah dimana ada seragam ekskul panahan. Ana langsung mengambil seragam itu "kak, ini seriusan!" Ia begitu tercengang. Menandai seorang pemanah adakah impian kakaknya sedari kecil. And know, kakaknya itu benar-benar berhasil mendapatkannya. Ia memang serta melihat dengan fokus setiap inci dari seragam itu.

"Apanya yang seriusan?"

"Ini, seragam panah. Kakak masuk ekskul panahan?"

"Iya lah, kenapa emang?"

"Gapapa. Berarti kakak udah keluar dari ekskul tataboga. Oh, atau jangan-jangan.... Kakak dari awal emang ga pernah masuk tataboga. Iya kan!"

"Fyuh" baru saja Rahma senang mengetahui adiknya itu mengganti topik pembicaraannya. Namun kini diulang lagi dengan topik kepo nya yang berbeda "hm, mulai lagi deh keponya. Perasaan nih ya, apapun yang aku lakuin, pasti kamu selalu aja kepo. Bisa kan, sehari aja gausah ikut campur urusan orang lain" merasa makin kesal, Rahma merebut seragamnya dari Ana, lalu mendorong Ana keluar dari kamarnya.

Primadona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang