Bismillah. Mudah-mudahan banyak yang masih mau baca. Amiiiiiinnnn🙂🤲
"Maaf Dion aku nggak bisa. Kita nggak bisa sama-sama lagi. Ini salah, aku nggak mau bersikap egois yang akhirnya hanya akan menyakiti hati banyak orang."
Hati Dion rasanya seperti dihantam benda yang beratnya berton-ton. Sudah bertahun-tahun dia tersiksa karena kehilangan Anin dan sekarang dia harus kembali kehilangan untuk kedua kali. Tidak, kali ini dia harus egois. Tidak peduli berapa orang yang akan kecewa atas keputusannya, karena Dion juga ingin bahagia bersama wanita yang dia cintai dan juga buah hati mereka.
"Enak banget lo ngomong gitu. Setelah semua yang kita lewati bersama. Apa ini salah satu cara lo balas dendam atas kesalahan gue di masa lalu?" geram Dion sambil menjambak kasar rambutnya.
Anin tak mampu menjawab, pertahanannya jebol. Cairan bening yang sejak tadi mendesak di pelupuk mata akhirnya tidak bisa dicegah lagi. Kalau bisa jujur sebenarnya Anin sangat menyayangi laki-laki di depannya ini. Tidak pernah sedikitpun terbesit untuk membalas dendam.
Sejujurnya Anin juga tidak ingin berpisah kembali dengan Dion, apalagi jika mengingat betapa bahagianya Langit saat sedang bersama dengan ayahnya. Tapi, sekali lagi dia tidak ingin menjadi orang yang egois.
Kalau masih bersama Dion itu artinya dia merebut kebahagiaan wanita lain. Sebagai sesama wanita dia tidak ingin melakukan itu. Apalagi yang dia tahu sebelum kehadirannya, hubungan Dion dengan tunangannya baik-baik saja. Masalah Langit, Anin yakin dengan berjalannya waktu buah hatinya itu pasti bisa menerima. Toh selama ini Langit baik-baik saja tanpa kehadiran ayahnya.
"Jawab, Nin. Kenapa lo diem aja. Berarti bener kan apa yang gue bilang?"
"Bukan gitu, Dion. Aku sayang sama kamu, tapi aku nggak mau membuat orang tua kamu kecewa. Aku juga nggak mau menyakiti tunangan kamu. Aku harap kamu bisa ngerti." Anin mencoba memberi pengertian kepada Dion.
"Kenapa sih lo selalu mikirin perasaan orang lain. Pleaseee Nin, pikirin juga kebahagiaan lo, kebahagiaan Langit. Lo nggak boleh egois." Dion benar-benar tidak habis pikir dengan pola pikir wanita di depannya ini.
"Apa sih artinya bahagia kalau kebahagiaanku membuat banyak orang tersakiti? Aku nggak keberatan kalau kamu mau ketemu langit tapi aku mohon kamu nikah sama Anjani, dia wanita baik-baik."
"Oh, gue paham pasti Jani yang minta lo jauhin gue kan? Iya kan? Jawab jujur, gue udah capek lo bohongin."
"Enggak, ini inisiatifku sendiri."
"Dan gue nggak percaya, besok gue bakal bilang ke mama kalau gue sudah memutuskan pertunangan gue dengan Anjani," tegas Dion penuh emosi. Ya, bagaimana tidak emosi kemarin semuanya baik-baik saja. Bahkan beberapa hari lalu mereka berlibur bertiga, terus tiba-tiba malam ini Anin mengajaknya bertemu hanya untuk meminta agar mereka berpisah kembali.
"Dion please, kalau emang kamu sayang sama aku jangan tambah beban aku. Setelah sebelumnya aku di cap sebagai wanita nggak bener karena punya anak tanpa suami. Sekarang mau kamu tambahin lagi dengan menyandang status sebagai wanita perusak hubungan orang," ucap Anin pelan sambil mengusap air matanya yang sejak tadi enggan berhenti.
Dion tak ingin mendengar ucapan Anin lagi laki-laki itu lebih memilih pergi. Dia takut emosinya semakin tak terkendali. Sejak kembali bertemu dengan Anin hal yang paling dia takutkan adalah kembali kehilangan Anin dan Langit.
Alhamdulillah, akhirnya bisa mulai lanjutin work ini. Maaf ya kalau lama🙏🙏
Kalau masih banyak yang mau baca insyaalloh nanti malem part 1 meluncur😊😊
Thank's for reading. See you next part, semoga tulisan receh ini bisa menghibur🤗🤗😂
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDHITA STORY (TAMAT)
ChickLit[Selesai] Gimana sih rasanya sahabat yang sudah menemani lebih dari setengah umurmu dan yang paling kamu percaya, ternyata tanpa sengaja menghancurkan hidupmu? Sedih? Pasti. Sakit? Jelas. Benci? Harusnya begitu, tapi kalau dia juga adalah laki-laki...