Anin memasuki sebuah kafe tempat dia janjian sama salah satu klien yang akan penyelenggara kan acara pertunangan di restorannya yang bernama Rainbow Resto— sebuah restoran yang dia rintis bersama Mika sejak empat tahun lalu.
Anin memang sengaja membuka usaha sendiri, bukan karena dia tidak mau membantu mamanya. Tapi, itu adalah salah satu cara buat menghindari Dion karena perusahaan mamanya dan perusahaan Dion sering bekerja sama. Dia tidak ingin jika tanpa sengaja mereka bertemu karena ada dalam pekerjaan yang sama.
Sambil menunggu klien wanita itu membuka laptop untuk mengerjakan pekerjaannya. Karena memang pekerjaannya sangat menumpuk setelah hampir satu minggu dia tidak masuk kerja. Anin terlalu fokus menekuri laptop hingga tidak memperhatikan sekelilingnya.
Di sebuah meja yang terletak di pojok ruangan. Sepasang mata memperhatikannya sejak dia mulai memasuki kafe. Pemilik sepasang mata itu seperti tidak percaya dengan apa yang saat ini dilihatnya. Setelah beberapa menit memperhatikan Anin dan yakin kalau dia tidak salah orang laki-laki itu mendekati Anin.
Laki-laki itu tanpa permisi menarik kursi dan duduk di depan Anin. Saat mendengar suara kursi ditarik seketika Anin mendongak. Jantungnya rasanya hampir copot, aliran darahnya seperti berhenti saat dia mengetahui siapa orang yang duduk di depannya.
“Dion,” gumam wanita itu pelan saat kesadarannya mulai pulih.
“Hai, Nin. Lo beneran Anin kan? Gue nggak mimpi kan?” cecar Dion saat mendengar Anin menyebut namanya. Kalau tidak ingat tempat ingin rasanya Dion memeluk sahabat yang sangat dia rindukan itu. Apa ini jawaban atas doa dan penantiannya selama ini? Tanyanya dalam hati.
Anin tersenyum tipis mencoba menguasai keadaan. “Ada-ada aja. Iya gue Anin. Kok lo ada di sini?”
“Lo ke mana aja, Nin? Gue nyari lo ke mana-mana nomer lo juga nggak bisa dihubungi. Mama juga pindah nggak bilang-bilang. Lo kenapa tiba-tiba ngilang, gue ada salah sama lo?” Dion balik bertanya tanpa menghiraukan pertanyaan Anin.
Anin diam saja. Dia bingung harus menjawab apa, tidak mungkin juga dia akan mengatakan semuanya.
“Sayang kamu di sini. Aku cari ke mana-mana juga.” Sebuah suara menyelamatkan Anin dari kebingungannya.
Dion menoleh mendengar saat mendengar suara Anjani.
“Iya maaf pergi nggak bilang dulu. Kenalin ini Anin,” ucap Dion sambil tersenyum kepada calon istrinya.
“Hai Anin, aku Anjani calon istrinya Dion.” Anjani menyodorkan tangannya ke depan Anin tak lupa senyum manis menghiasi wajah cantiknya.
“Anin, aku temennya Dion. Seneng kenal sama kamu,” sahut Anin ramah walaupun sebenarnya hatinya tidak baik-baik saja. Rasanya masih sama sesakit saat Dion bersama Aira.
“Sahabat kalau lo lupa,” koreksi Dion. Anin hanya tersenyum canggung.
“Ya udah Anin kita duluan ya. Ayok sayang udah ditungguin sama Mas Bimo,” pamit Anjani yang hanya dibalas anggukan oleh Anin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDHITA STORY (TAMAT)
ChickLit[Selesai] Gimana sih rasanya sahabat yang sudah menemani lebih dari setengah umurmu dan yang paling kamu percaya, ternyata tanpa sengaja menghancurkan hidupmu? Sedih? Pasti. Sakit? Jelas. Benci? Harusnya begitu, tapi kalau dia juga adalah laki-laki...