Tiga Puluh Sembilan

31.1K 3.2K 142
                                    

Ken menyimpan ponselnya setelah mengakhiri panggilannya dengan Paris. Ia sekarang berada di ruang HRD, untuk mencari karyawan yang bekerja sama dengan Eleya. Niatnya hari ini, ia akan langsung menghampiri Eleya dengan membawa bukti rekaman cctv yang ia punya. Tapi setelah di pikir-pikir, lebih baik ia mencari karyawan laki-laki itu terlebih dahulu. Hanya untuk berjaga-jaga saja, ia takut jika menghampiri Eleya dulu dan karyawan laki-laki itu tahu, kemungkinan dia akan kabur. Ken tidak akan pernah membiarkan seorangpun yang berniat menghancurkan perusahaannya lolos begitu saja.

"Bagaimana?" tanya Ken menatap kepala HRD di depannya.

"Belum ketemu Pak. Sulit untuk menemukan data karyawan hanya dengan melihat wajahnya saja."

Ken mengetuk-ngetukkan jarinya ke pinggir kursi. Apa yang dikatakan kepala HRD benar, setidaknya ia harus tahu namanya agar mudah menemukan data karyawan itu.

Ken diam sejenak memikirkan cara agar bisa segera menemukan karyawan itu, waktunya sudah tidak banyak sekarang. Ia takut jika karyawan itu dibiarkan bebas terlalu lama, maka perusahaannya lama-lama bisa hancur.

"Salsa," gumam Ken pelan mengingat sesuatu. Bukankah malam itu Paris sedang berasama Salsa.

"Ya Pak?" tanya kepala HRD yang tidak mendengar ucapan Ken.

"Tidak ada. Saya pergi dulu, jika ada hal penting lagi akan saya beri tahu nanti." Ken segera berdiri untuk kembali ke ruang kerjanya.

Jika Paris tidak tahu siapa karyawan laki-laki itu, kemungkinan Salsa tahu. Karena sepengetahuannya, Salsa sering bertemu karyawan lain dan sekretarisnya itu tentu saja lebih kenal banyak karyawan ketimbang Paris yang belum lama bekerja di perusahaannya.

***

"Bagaimana? Apa kamu tahu?" tanya Ken dengan harap-harap cemas sambil menatap Salsa. Ia sungguh berharap Salsa tahu siapa karyawan yang berbicara dengan Eleya malam itu.

"Maaf Pak saya tidak tahu karena saat itu saya sedang berada di dalam toilet berasama Paris, jadi saya hanya bisa mendengar suaranya saja." Salsa merasa tidak enak kepada Ken.

Ken memerosotkan bahunya, pupus sudah harapannya. Tapi ia tidak kehabisan akal, ia menunjukkan rekaman cctv yang ia punya agar bisa Salsa lihat.

"Anda punya rekaman cctv-nya Pak?" tanya Salsa tidak menyangka bosnya sampai melakukan hal ini. Ia lalu melihat dengan seksama video itu.

"Saya tidak tahu namanya Pak, tapi sepertinya saya pernah melihatnya meskipun tidak yakin jika itu dia." Salsa nampak berpikir keras mengingat-ingat wajah karyawan itu, "Bagaimana jika kita melihat langsung ke bagian design Pak? Bukankah yang karyawan ini bocorkan kepada Eleya adalah design terbaru perusahaan."

"Menurutmu begitu?"

"Saya kurang begitu yakin, tapi tidak ada salahnya bukan Pak, jika kita memeriksanya."

"Baiklah kalau begitu."

"Anda ingin saya kesana sekarang?"

"Kita langsung kesana saja, saya juga ingin memastikan secara langsung."

"Baik Pak, mari kita kesana." Ken dan Salsa segera berjalan ke arah lift untuk menuju ke bagian desain.

***

Ken menunggu lift bergerak naik dengan tidak sabar. Ia sampai mengetuk-ngetukkan sepatunya dengan tidak tenang.

Ia menghela napas saat lift berhenti bergerak karena ada orang yang akan masuk. Ken sudah akan bersikap angkuh seperti biasa, tapi saat melihat wajah karyawan yang akan memasuki lift ia mengurungkan niatnya. Ia bisa melihat karyawan itu terkejut saat melihatnya, tapi detik berikutnya dia berusaha biasa saja dan memberikan senyum kearahnya meskipun terlihat canggung. Bukankah itu...

Asisten MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang