Tiga Puluh Enam

44.4K 3.6K 168
                                    

Ken melirik jam tangannya. Sudah hampir pukul sembilan, kenapa Paris belum datang juga. Apakah gadis itu tidak masuk kerja hari ini?

Ken menatap ponselnya dari tadi. Ia ragu apakah harus menghubungi Paris atau tidak. Jika mengingat kejadian semalam, sejujurnya ia merasa bersalah karena meninggalkan Paris dalam keadaan seperti itu.

Ia sangat bodoh semalam. Kenapa ia harus bertingkah sangat kekanakan kepada Paris. Pasti gadis itu juga marah dengannya. Ini semua terjadi karena masalah yang menimpa perusahaannya, ia jadi melampiaskannya kepada Paris. Jika perusahaannya baik-baik saja, mungkin hal ini tidak akan terjadi sekarang.

Malam itu saat pertemuannya dengan rekan bisnisnya tidak membuahkan hasil Ken sangat kecewa. Yang ada dipikirannya hanya ingin menemui Paris. Ia ingin menceritakan masalahnya dan berbagi kesedihannya pada gadis itu, lalu ia akan mendengar ucapan Paris yang terus menyemangati dan menghiburnya. Tapi tanpa sengaja ia malah melihat Paris makan malam dengan pria lain. Meskipun Bastian hanya teman lama, Ken tetap tidak suka karena Paris tidak jujur dari awal.

Kekecewaan Ken jadi bertambah dua kali lipat. Ia yang sedang kecewa karena masalah perusahaannya kini harus ditambah dengan masalah Paris. Itulah alasan mengapa ia bisa semarah itu dengan Paris, ia jadi meluapkan semua amarahnya kepada gadis itu.

Apakah sikapnya sudah kelewatan?

Ken mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja kerja. Dari pada terus khawatir dan penasaran, lebih baik sekarang ia menanyakan kabar Paris, tapi bukan ia sendiri yang melakukannya. Ia akan meminta tolong kepada Salsa.

***

Ken memperhatikan Salsa yang sedang menghubungi Paris. Ken juga meminta Salsa mengaktifkan pengeras suara ponselnya agar ia bisa mendengar suara Paris dengan jelas. 

"Ya Salsa?" Ken langsung menahan napasnya saat mendengar suara Paris. Akhirnya gadis itu menerima juga panggilan dari Salsa.

"Kamu gapapa kan Paris? Kenapa hari ini nggak masuk kerja?" Ken menganggukkan wajahnya, menyuruh Salsa untuk terus bertanya tentang keadaan Paris.

"Aku lagi nggak enak badan. Kepalaku pusing banget. Tapi kamu nggak usah khawatir ya, dibuat istirahat pasti nanti pusingnya hilang."

"Kamu serius gapapa? Nggak perlu ke dokter?" Salsa jadi khawatir dengan Paris, ia merasa bersalah karena semalam sudah meninggalkan Paris di kantor.

"Serius Salsa. Aku tadi sudah minum obat kok."

"Yaudah kalau gitu. Kamu istirahat lagi ya, jangan telat makan dan jangan lupa minum obat." Pesan Salsa.

"Iya, aku tutup ya telponnya."

Setelah itu Paris benar-benar memutus panggilannya. Ken hanya diam, ia sangat khawatir dengan keadaan gadis itu dan rasa bersalahnya semakin besar sekarang.

"Anda ingin saya melihat keadaan Paris Pak?" tanya Salsa menawarkan diri, ia tahu apa arti tatapan bosnya sekarang.

"Tidak perlu, nanti saya sendiri yang akan melihatnya. Kamu bisa kembali bekerja." Tolak Ken.

Salsa sebenarnya ingin menanyakan apakah bosnya sudah dengar perihal Eleya semalam atau belum. Tapi melihat Ken sedang dalam mode tidak mau di ganggu, membuatnya takut. Ia mengurungkan niatnya untuk bertanya dan kembali ke meja kerjanya.

Asisten MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang