Empat Puluh Dua

26.3K 2.5K 19
                                    

Paris dan Ken menunggu dengan harap-harap cemas. Hari yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Hari ini perusahaan Ken akan meluncurkan produk sepatu terbaru mereka. Kurang lima menit lagi pre-order akan dibuka.

Paris menggengam tangan Ken yang duduk di sampingnya. Ia tahu pria itu juga gugup sekarang.

Ken melirik Paris dengan seulas senyum. Ia menarik tangan Paris dan mengecupnya berulang kali.

"Aku yakin, kali ini kamu pasti berhasil," ujar Paris berusaha meyakinkan Ken.

Ken menghembuskan napasnya perlahan, ia juga sangat berharap hal itu benar terjadi.

Satu jam sudah berlalu sejak pre-order dibuka. Ken tidak mempercayai apa yang ia lihat sekarang. Dengan segera ia berdiri dan membawa Paris dalam gendongannya. Ia memutar-mutar tubuh Paris dengan tawa yang tak lepas dari bibirnya.

"Kenn, aku pusing," ujar Paris menggelengkan kepalanya melihat tingkah Ken. Tapi ia juga senang sekarang.

Dalam satu jam, perusahaan mereka telah menerima pesanan hampir 5.000 sepatu. Dan kemungkinan jumlahnya akan terus bertambah. Apa yang Paris yakini benar terjadi. Ken sudah berhasil sekarang.

"Apa aku bilang, kamu akan berhasil Ken." Bisik Paris saat Ken sudah menurunkannya. Kini mereka ganti berpelukan.

"Makasih sayang, tanpa kamu aku belum tentu bisa berada di titik ini sekarang," ujar Ken.

***

Paris berjalan menghampiri Ken yang duduk di sofa ruang tengah. Mereka kini sedang berada di rumah Ken dan baru saja selesai makan malam, dalam rangka merayakan keberhasilan Ken hari ini.

"Ini buah kamu." Paris memberikan sepiring buah yang sudah ia kupaskan untuk Ken. 

"Makasih sayang, jadi nonton filmnya?" tanya Ken mengingat apa yang sudah Paris rencanakan tadi.

"Jadi dong. Aku yang pilih filmnya ya." Paris mulai mengutak-atik remot di tangannya. Pilihannya jatuh kepada film A Year-End Medley yang ingin ia tonton dari dulu tapi belum sempat.

"Film apa ini?" tanya Ken bingung.

"Film Korea," sahut Paris enteng.

Ken hanya bisa meringis, ia sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai film ataupun drama Korea. Tapi kali ini ia hanya bisa pasrah. Ia akan mengikuti saja apa kemauan Paris.

"Sini sayang." Ken membuka lebar lengannya, menyuruh Paris mendekat kearahnya. Tanpa banyak kata Paris langsung bersandar dengan nyaman di dada bidang Ken, dengan pandangan fokus ke layar televisi.

"Kamu menginap disini kan?" Bisik Ken.

Paris melirik jam tangannya. Sekarang sudah pukul delapan, film yang ia putar sekitar dua jam lebih. Ia tidak akan bisa pulang jika menunggu film selesai, jam malamnya sudah habis.

"Menurut kamu?" Paris balik bertanya.

"Menginap saja ya."

"Aku nggak bawa baju ganti Ken."

"Gampang soal itu, aku bisa suruh Salsa membelikan baju kamu."

Paris merasa tidak enak kepada Salsa, mengingat besok akhir pekan.

"Ini sudah masuk weekend, kamu tega memberikan Salsa pekerjaan."

Asisten MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang