Tiga

214K 16.4K 352
                                    

Ken menyetir mobilnya dengan perlahan sambil mengikuti gadis di depannya. Entah mengapa ia merasa seperti seorang penguntit yang mengikuti gadis saat pulang kerja. Tapi bedanya ia tidak memiliki niat jahat, ia hanya ingin tahu kira-kira tinggal dimana gadis itu sekarang.

Ia menghentikan laju mobilnya saat melihat gadis itu berhenti. Gadis itu terlihat sibuk mencari sesuatu di dalam tasnya yang Ken tebak adalah kunci rumah.

Benar bukan tebakannya karena tidak lama dari itu, ia melihat gadis itu membuka pagar dan masuk ke dalam.  Setelah agak lama menunggu, Ken akhirnya melajukan mobilnya dan berhenti tepat di rumah pagar hitam tempat Paris masuk tadi.

Ken membaca papan yang tergantung di pagar. Ternyata tempat ini bukanlah rumah, melainkan tempat kost khusus perempuan. Ken jadi penasaran mengapa Paris tinggal di sini. Ia menghembuskan napasnya berat, sepertinya ia butuh waktu untuk mengetahui ini semua.

Mendapati keadaan gadis itu baik-baik saja sekarang Ken sudah cukup lega. Lebih baik sekarang ia pulang sebelum aksi gilanya tadi diketahui oleh Paris.

***

Ken baru saja tiba di rumahnya, ia melihat sudah ada mobil hitam terparkir di sana. Ia sudah tau siapa pemilik mobil itu, dengan cepat ia turun dan membukakan pagar untuk Rangga. 

"Lama bener lo, gue tungguin dari tadi," ujar Rangga yang merupakan sahabatnya, sambil menahan kesal.

"Sorry, gue ada urusan tadi," jawab Ken singkat.

"Jomblo kek lo ada urusan apa emang?" tanya Rangga meremehkan.

"Berisik, mending lo sekarang masuk dari pada gue kunciin di luar." Ken membuka pintu rumahnya dan mempersilahkan Rangga masuk. Baru setelah itu ia mengunci pintu dan menyusul Rangga masuk ke dalam rumahnya.

"Udah punya club sendiri masih aja ambil minuman orang," gerutu Ken saat melihat Rangga mengambil gelas dan winenya.

"Meskipun gue pemilik club, bukan berarti gue minum tiap hari," jawab Rangga kesal.

Rangga membuka winenya lalu menuangkan untuk dirinya dan Ken.

"Nih, minum dulu. Dari aura lo gue bisa tebak kalau lagi ada sesuatu yang lo pikirin sekarang," tebak Rangga.

Ken hanya tersenyum masam. Ucapan Rangga seratus persen benar. Beginilah mereka yang sudah bersahabat dari kecil. Tanpa saling mengatakan pun mereka sudah tahu jika sedang ada masalah satu sama lain. 

Ken menyesap winenya perlahan sambil menikmati rasanya yang menyapa lidah dan tenggorokannya.

"Jadi ada masalah apa? Kerjaan lo lagi nggak baik-baik aja? Apa bokap lo ngejar-ngejar lo lagi supaya cepet-cepet nikahin Eleya?" tanya Rangga bertubi-tubi.

"Gini ya dari apa yang gue lihat mending bokap lo aja yang nikah sama Eleya. Karena lo gak cinta kan sama dia, bokap lo doang yang terobsesi sama Eleya. Lo ikhlas kan kalau misalnya Eleya jadi ibu tiri lo." Saran Rangga yang sudah paham dengan permasalahan hidup Ken belakangan ini.

Ken melempar bantal ke muka Rangga, saat mendengar ucapan asal sahabatnya barusan.

"Dah gila lo," ujar Ken.

"Gue cuma kasih saran, siapa tahu bisa mengurangi beban hidup lo."

"Coba lo ngomong sendiri ke bokap gue." Ken menantang sahabatnya.

Asisten MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang