Dua

210K 17K 232
                                    

Paris melempar tasnya dengan asal di atas ranjang. Ia baru saja sampai rumah setelah pulang kerja. Ralat, bukan rumah. Ia baru saja sampai di tempat kostnya.

Ia merebahkan dirinya di ranjang, sambil memejamkan matanya. Baru hari pertama bekerja, ia sudah merasa sangat capek.

Ia mengeluarkan kertas di tasnya yang bertuliskan nama-nama lantai. Yang paling membuatnya malas adalah menghafal nama-nama lantai ini. Dengan kesal Paris meremas kertas itu dan membuangnya ke lantai. Ia lalu menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal.

Getaran di ponselnya menghentikan aktivitas gila Paris barusan. Ia melirik sekilas, ternyata yang menelpon adalah mamanya. Dengan cepat ia mengangkat panggilan itu.

"Hallo ma," jawab Paris dengan suara riangnya.

"Hallo, riang banget suaranya. Gimana hari pertama kerja kamu?" tanya Mamanya diujung sana.

"Seru, tapi capek juga sih."

"Kamu ini. Udah bener disuruh bawa mobil papamu, malah nolak."

"Udahlah ma. Lagian kalau mobilnya Paris bawa, nanti mama sama papa kalau pergi naik apa? Mending mobilnya dibuat jenguk Paris tiap minggu."

"Iya, kalau nggak sibuk mama sama papa pasti samperin kamu."

"Paris hari ini udah punya temen loh," cerita Paris bangga.

"Oh ya, cerita dong hari ini kamu ngapain aja."

Dan mengalirlah cerita dari Paris selama tadi ia bekerja. Ia menceritakan semuanya kepada Mamanya, ia juga sempat ngobrol dengan papanya. Setelah mengobrol hampir satu jam, akhirnya mamanya menyudahi panggilannya dan menyuruh Paris untuk beristirahat.

Paris tersenyum senang, karena mamanya terlihat bangga dengannya tadi. Dengan cepat ia mengambil remasan kertas yang tadi ia buang, ia membuka remasan itu dan berusaha mengembalikannya agar tidak kusut. Ia tidak boleh mengeluh dengan pekerjaannya. Ia seharusnya bersyukur bisa mendapatkan kerja di perusahaan itu. Pasti banyak sekali saingannya yang iri dengannya karena ia yang lolos bekerja di sana. Apalagi orang tuanya yang jauh dengannya juga tampak senang akan hal itu. Jadi mulai sekarang Paris harus semangat dan tidak boleh banyak mengeluh. 

***

Sudah menjadi kebiasaan, jika Paris selalu makan siang bersama Kesya dan teman-temannya yang lain. Seperti hari ini Paris istirahat makan siang hanya bersama Kesya, Laila dan Dani. Hanya Angga saja yang tidak terlihat.

"Angga mana?" tanya Paris.

"Dia masih benerin proposalnya yang salah, tadi pagi habis kena marah besar-besaran sama Pak Bos."

"Oh ya?" tanya Paris.

"Iya," jawab Dani singkat.

"Pak Bos sifatnya nggak berubah-berubah ya," ujar Kesya sambil mengaduk-aduk vanilla latte miliknya.

"Emang kenapa?" tanya Paris tidak mengerti.

"Pak Bos orangnya sangat kejam. Dia nggak akan segan memarahi karyawannya habis-habisan kalau kerjanya nggak bener. Bahkan dia bisa memecatnya saat itu juga." Jelas Dani membuat Paris bergidik ngeri memikirkan bosnya yang sangat galak itu.

"Untung aja dia ganteng," ujar Laila membela bosnya sambil tersenyum tidak jelas.

"Ganteng kalau nggak punya hati buat apa?" tanya Dani kesal.

Asisten MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang