"Maafin Papa, yang udah jadi laki-laki paling pengecut di hidup Luna."
Luna masih terdiam di sebelah Winata. Ia biarkan lelaki itu menghela napas berat hingga beberapa kali, bahkan mengusap wajahnya karena lelah pada dirinya sendiri. Sejujurnya, Luna tak tahu pasti apa hal yang menyebabkan kedua orang tuanya bisa menjadi saling benci seperti sekarang. Yang Luna tahu, ia yakin semua masalah antara Winata dan Kirana pasti akan usai bila salah satu di antara mereka ada yang meminta maaf.
"Biar Papa ceritain, sebenarnya apa yang udah terjadi sama Papa dan Mama, supaya kamu tau, kalau yang salah selama ini adalah Papa." Winata menatap wajah anak gadis semata wayangnya dengan sorot sendu. "Luna mau dengerin Papa, 'kan?"
Luna menoleh ragu-ragu, lantas ia mengangguk.
Winata tersenyum sambil mengusap kepala belakang Luna. "Dulu, Papa sama Mama kamu itu nikahnya cukup berat, kami sulit untuk mendapatkan restu dari orang tuanya Mama," mulai Winata.
Luna mengerjap. "Papa serius? Nenek nggak ngasih restu buat Papa sama Mama nikah?" kaget Luna.
Winata mengangguk.
"Apa karena alasan perbedaan suku, Pa? Luna, 'kan, ikut Papa yang keturunan Melayu asli? Kalau Mama itu sukunya Jawa," ucap Luna.
"Bukan alasan suku, Luna." Winata diam sejenak. "Tapi karena Mama kamu itu anak terakhir dari tiga bersaudara. Orang tua Mama itu sayang banget sama dia, makanya Papa yang notabenenya saat itu masih belum punya posisi bagus di perusahaan, nggak dikasih restu buat nikah sama Mama kamu. Nenek dan Kakek cuma khawatir, kalau anak bungsunya nggak akan hidup bahagia bareng Papa."
Luna terdiam mendengar penjelasan Winata.
"Setelah berjanji kalau Papa akan berusaha menjadi yang terbaik untuk Mama kamu, akhirnya kami menikah di Yogyakarta, di kampung halaman Mama kamu," ucap Winata. Lelaki itu tersenyum perih menatap garis wajah Luna. "Setelah menikah, Papa membawa Mama pindah ke Bogor, alasannya karena memang Papa kerja di sini sejak dulu. Rumah ini dibeli dengan uang Mama, karena jujur sewaktu itu uang tabungan Papa sendiri udah terkuras habis buat biaya pernikahan."
Luna tertunduk. Ia baru mengetahui fakta ini, bahwa rumah yang mereka tempati dulunya dibeli lunas dengan uang Kirana, bukan dengan uang Winata.
"Nggak lama setelah pindah ke Bogor, Mama hamil kamu. Waktu itu semangat Papa buat kerja terasa semakin besar. Papa yang awalnya sering lelah sendiri, malas sendiri, mandadak jadi rajin dan semangat kalau udah ingat fakta tentang Mama kamu yang sedang hamil. Karena Mama hamil, jamnya untuk bekerja jadi terbatas. Kamu tahu, 'kan, kalau bahkan sebelum menikah dengan Papa, Mama kamu itu udah punya wedding organizer yang sukses?"
Luna mengangguk pelan. "Luna tau, Pa."
Winata tersenyum perih sambil menatap dalam-dalam wajah Luna. Ia benar-benar menyayangi putrinya, lebih daripada ia menyayangi dirinya sendiri. "Setelah usia Luna dua tahun, Mama kembali aktif seratus persen buat kerja, dan Mama kamu selalu membawa kamu sewaktu kerjanya. Papa sayang banget sama kamu dan Mama ... sangat," lirih Winata.
Luna mengernyit menatap air mata yang menumpuk di pelupuk mata Winata. Gadis itu menggeleng. "Pa, jangan nangis," ucap Luna.
"Mama kamu itu udah sukses sejak dulu, sedangkan Papa perlu waktu bertahun-tahun lamanya untuk menjadi sesukses ini." Winata tersenyum perih. "Dan Papa terlalu bodoh saat itu. Bukannya menghargai Mama kamu yang sejak dulunya selalu ada buat Papa, selalu nemenin Papa, nerima Papa bahkan sebelum Papa jadi sesukses ini, Papa malah diam-diam punya perempuan lain selain Mama kamu ...."
Luna tertegun. Napasnya tertahan sejenak sebelum ia menggeleng tak percaya.
"Iya, Luna, Papa pernah punya perempuan lain selain Mama kamu. Perempuan yang keberadaannya Papa sembunyikan dari Mama kamu selama bertahun-tahun. Namanya Melati, perempuan yang bertemu dengan Papa sewaku Papa dapat proyek di Bandung, ketika Luna berusia lima tahun," jelas Winata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Universum
Teen FictionDALAM REVISI, BEBERAPA BAB MUNGKIN BELUM DIPUBLIKASIKAN KEMBALI [Universum] Mereka tumbuh berdampingan. Tahu perasaan masing-masing hanya dengan satu tatapan. Berjalan bersebelahan, saling diam menatap langit malam. Luna ingin menjadi gadis yang ha...