40¦ Perginya Awan Mendung

64 12 2
                                    

Dirga menghela napasnya sambil menyimpan ponselnya di saku celana. Pemuda itu menuruni anak tangga guna tiba di ruang makan. Ketika tiba di sana, Dirga lihat Winata dan Putra sudah hadir duluan, sedang berbincang sambil menunggu sarapan.

"Mau berangkat kerja?" Winata menyambut Dirga dengan pertanyaan. Ini kalimat pertama yang ia sampaikan pada Dirga sejak berjumpa kemarin.

Putra menoleh pada anak bungsunya.

"O-oh, iya, Om. Ini mau berangkat kerja," jawab Dirga. Benaknya mengulang beragam perkataan Winata yang dulu sempat membuatnya merasa kehilangan.

Putra tersenyum kecil sambil menepuk-nepuk punggung Dirga.

"Setiap Om pulang ke Bogor buat urusan pekerjaan, Om nggak pernah nglihat kamu. Padahal Om selalu pulang ke Bogor di waktu-waktu mahasiswa libur panjang," ucap Winata. "Kamu menghindar?"

Dirga menatap Winata ragu-ragu. Cowok berambut lurus itu terdiam selama sekian detik.

Winata tersenyum kecil karena melihat Dirga yang ragu. "Sudah, nggak usah dijawab. Lebih baik kamu fokus sama pekerjaan aja."

Benar kata Kirana, bahwa melihat Dirga yang sekarang memang membuat Winata kaget. Winata kaget lantaran Dirga bisa bertahan dalam attitude-nya yang dulu. Beberapa hal yang masih Winata suka dari Dirga, yakni tentang bagaimana cara cowok itu bicara dengan orang yang lebih tua, juga tentang Dirga yang tahu batasan ketika dulu ia dekat dengan Luna.

Dirga memejamkan matanya seraya membawa kepalanya menelungkup di atas meja kerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dirga memejamkan matanya seraya membawa kepalanya menelungkup di atas meja kerja. Cowok itu diam selama beberapa saat, lantas bibirnya mendecak. Dari kubikel tempat kerjanya, Dirga beruntung karena tak ada yang melihat gerak belingsatannya sejak pagi tadi.

"Luna bakal nyusul ke Bogor."

Kata-kata Kirana pagi tadi membuat jantung Dirga jumpalitan. Cowok itu memegang rambutnya dengan sebelah tangan, lantas meraih ponselnya. Dirga deg-degan bukan karena Winata lagi, tapi karena membayangkan bagaimana tanggapan Luna pada dirinya yang sekarang. Cowok itu menatap foto lama yang ia simpan di ponselnya, foto yang waktu itu diambil oleh Andra, ketika di pagi itu Luna dan Dirga akan berangkat ke sekolah.

Dirga menggigit bibirnya lemah. "Kalaupun ketemu ... pasti nanti jadi canggung," lirih Dirga.

Di jam istirahat siang ini, Dirga jadi banyak melamun. Hingga ketika setengah jam lagi istirahat siang akan berakhir, barulah cowok itu bergegas menuju kantin dan musala.

"Sesuka ini, sama dia ...," lirih Dirga.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
UniversumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang