“Sudah ya jangan menangis, Eommamu pasti baik-baik saja”
“hiks eomma hiks”
“sstt tenanglah nak”
Chanyeol memeluk Taeoh yang duduk dipangkuhanya, mengusap dan mengecupi punya kepala sikecil yang menangis sesengukan.
Setiap hari ia terus berusaha mencari keberadaan Sooya, dan sekarang mereka dipertemukan dengan ketidak sengajaan.
Chanyeol benear-benar terkejut melihat bagaimana Sooya tergeletak dengan wajah pucatnya.
“kau dan eomma mau kemana? kok eomma bisa begitu?”
“Eomma sakit hiks, tadi Eomma mau beli buah kesupelmalket sama Taeoh hiks hiks”
“Eomma sakit apa? kau tau?”
“pelutnya hiks pelutnya seling sakit hiks hiks”
Tak lama dokter keluar dengan raut lesuh.
“dokter bagaimana?”
“Harusnya Nyonya Sooya menuruti apa yang sering saya peringatkan, namun Nyonya Sooya mengabaikanya”
“memangnya apa yang terjadi?”
“Nyonya Sooya mengidap kanker rahim, dan ini sudah distadium akhir. saya pernah menyarankan untuk oprasi namun Nyonya Sooya selalu menolak karena biaya, padahal saya bisa membantunya jika beliau setuju”
“Apa masih ada kesempatan? jika ada segera lakukan tindakan. saya yang akan menanggung biayanya”
“ada, tapi tipis harapan menginggat kanker itu sudah berkembang biyak dengan cukup pesat”
“lakukan yang terbaik, tolong saya”
“hm, kami akan berusaha melakukan yang terbaik”
“apa saya boleh menjenguk?”
“boleh, silahkan”
Chanyeol masuk kedalam bersama Taeoh, menatap lekat wajah pulas Sooya yang tampak pucat.
“Eomma bangun…jangan sakit…”
Chanyeol menatap Taeoh prihatin, hatinya ikut terasa diremat. hingga tak lama Sooya terbangun dengan mata yang lesuh.
“Taeoh…”
“Eomma…”
“Sooya, istirahatlah dulu. tubuhmu masih lemah”
“Chan…”
“hm? kenapa? membutuhkan sesuatu?”
“maaf…maaf sudah menghilang tanpa pamit…”
Chanyeol diam.
“Aku cukup malu untuk memperlihatkan diri kepada kalian…aku tak ingin banyak merepotkan kalian…”
“kenapa kau bicara seperti itu? aku tak merasa direpotkan. aku malah mencarimu setiap hariku”
“Tidak Chan…aku sudah banyak menyusahkanmu. maaf ya…dan kondisiku sekarang mungkin ini adalah karmaku…”
“jangan mengatakan seperti itu, kau pasti sembuh”
“Tipis sekali harapan untukku sembuh…Dan,jika aku tak lagi dapat bertahan”
“jangan seperti itu kau pas-”
“Chan dengarkan…”
Chanyeol kembali terdiam.
“jika tak ada lagi harapan, kumohon berikan mata ini untuk Baekhyun yang pantas menerimanya…dan, aku mohon jagalah anakku”
“Sooya…jangan mengatakan itu”
“Aku lelah Chan…aku sudah berusaha untuk tetap kuat…tapi penyakit ini terus berusaha membunuhku,aku lelah…”
“Eomma…”
“nak, ini pamanmu. paman ini yang sudah banyak membantu Eomma, dia sosok yang sangat hebat. Kau akan aman bersamanya, kau akan bahagia bersamanya. kalau saja Eomma tak bisa lagi menemanimu…hiks hiks”
Sooya mulai terisak, menatap begitu perih kearah sang putra.
“Jadilah anak yang membanggakan untuk siapapun, Taeoh harus jadi laki-laki yang bertanggung jawab hm? hiks hiks Taeoh harus semangat mengapai cita-cita Taeoh yang katanya ingin menjadi orang besar kan? hiks hiks Taeoh harus giat belajar ya”
“Eomma…”
Taeoh yang masih kecil sudah dapat memahami apa yang boleh dan tidak, mana yang benar dan salah. Sooya benar-benar mendidikan dengan baik.
“Nanti…kalau Eomma sudah tak ada disini, Taeoh masih bisa melihat mata Eomma… nanti, Taeoh akan bertemu wanita cantik yang akan memakai mata Eomma”
“Wanita itu sangatlah cantik dan baik, hatinya sangat lembut. Dia adalah seseorang yang cukup hebat, hebat dalam karir juga hebat dalam menghadapi segala permasalahan rumit”
Entah Taeoh paham atau tidak, Namun Sooya ingin mengatakan agar sang Putra mengingatnya.
“Taeoh mengerti kan?”
“Taeoh mengerti Eomma”
“kemarilah nak, Eomma ingin memelukmu”
Chanyeol mengendong Taeoh, lalu mendekatkan tubuh kecil itu untuk dipeluk sang ibu dengan erat. Chanyeol begitu merasa sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demands of love (GS) CHANBAEK [END]
Fanfictionapa yang berharga dari cinta? uang-bbh apa yang berharga dari uang? cinta -cy