"Tak" ketukan jari seseorang terdengar yang tak lain adalah ketukan jari pak brama.
"Hah? Apa yang terjadi?" Tanyaku heran saat melihat ibu dian dan dinda menjadi kaku,
"Triiing" sebuah bunyi terdengar, seketika itu didepanku terlihat sesosok manusia kecil dengan sayap putih bening dibelakangnya. Pak brama yang tadinya sedang duduk makan berubah menjadi sesosok manusia kecil yang biasa dikenal dengan sebutan fairy atau peri. Melihat hal itu akupun jatuh pingsan karena kaget.
Saat pingsan, suara pintu terbuka terdengar di telingaku seraya memperlihatkan sesosok pria berkulit putih memasuki rumah. Yah, dia adalah pak brama. Mataku perlahan terbuka dan keadaan kembali terlihat seperti biasanya saat kami sedang makan bersama. Namun yang aneh adalah pak brama memulai pertanyaan yang sama seperti yang ditanyakan ibu dian dan ibu dian tak menanggapi apa yang sedang ditanyakan oleh pak brama. Akupun menjelaskan dengan jawaban yang sama. Beberapa menit kemudian listrikpun kembali menyala dan kami melanjutkan percakapan di ruang tv.
Dinda yang saat itu duduk disamping ibu dian berjalan kesampingku dan meminta kepada pak brama bahwa ia akan tidur denganku dimalam itu. Tak ada tanggapan lain, pak bramapun mengiyakan seraya menyuruh kita untuk kembali ke kamar.
Saat itu kami berjalan kearah kamar melewati anak tangga sambil bercerita tentang apa yang sudah terjadi sebelum pertemuan kita dihari ini. Akupun bertanya kepada dinda soal kejadian didepan tembok sekolah tersebut.
"Kamu tadi bicara sama siapa din?" Tanyaku sambil menggandeng tangannya.
"Ooh, itu tasya sama pamannya, memangnya kenapa zia?" Tanyanya kepadaku dengan raut wajah bingung.
"Ooh, nggak, aku penasaran aja kok." Ucapku kembali.
"Ah ia din, kamu tau wajah pembakar panti asuhan?" Tanyaku sambil berlutut didepannya saat kita tiba didepan pintu kamarku yang dulu.
"Ia, aku masih ingat" jawabnya. Mendengar itu, akupun menjadi bingung apakah paman dari temannya yang bernama tasya adalah pelaku pembakaran panti atau tidak.
"Ah, besok aku yang antar kamu kesekolah yah din" ucapku lalu membuka pintu kamar yang sedang gelap gulita saat itu.
setelah masuk, terlihat seorang wanita berambut panjang dengan baju putih, memiliki telinga yang sangat panjang sedang duduk didepan jendela kamarku. Dinda yang saat itu melihatnya menjadi kaget dan pingsan karena mengira wanita itu adalah seorang hantu yang biasa dikenal dengan nama kuntil.
"Dinda, din.. bangun din!" Panggilku dengan tangan yang gemetar. Pintu kamarpun perlahan tertutup dan terkunci dengan sendirinya, wanita itu berjalan kedepanku dengan perlahan. Suasana lampu yang saat itu sedang mati menambah efek horor dimalam itu. karena khawatir akupun dengan cepat berdiri dan menyalakan lampu kamar.
"Triiing.." tubuh wanita itu menjadi kecil dan ia tersenyum tepat didepan mataku. Wajah yang imutpun terlihat sambil menyentakkan jarinya agar aku bisa mendengar apa yang sedang dia bicarakan.
"Hay saudara alex," ucapnya sambil tersenyum.
"A.. alex si.. si....siapa?" Tanyaku gagap.
"Aaah... Mungkin kamu belum sepenuhnya ingat soal masa lalu kamu." Ucapnya seraya menaruh jari dibawah bibir.
"Hmm.. bagaimana kalau aku kembalikan ingatan kamu? Ah, tapi itu butuh kekuatan yang banyak" ucapnya lagi sambil terbang ke arah jendela. Aku yang saat itu melihat hanya terdiam kaku dan tak memindahkan dinda yang sedang jatuh pingsan dibawah kakiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MAGIC OF AN THE WITCH
FantasySeorang wanita yang dianggap sebagai reinkarnasi wanita hebat di dunia berbeda bernama GITOVORNIA, dimana terdapat 5 Ras berbeda, yaitu ras vampir, sihir, elf, ork dan Ras campuran. Ia menjalani pembelajaran hebat digitovornia dan melalui bebagai ma...