Saat itu matahari menjadi lebih terik dari biasanya. Akupun berdiri berhadapan dengan berta yang sangat ingin balas dendam atas apa yang telah terjadi dikamari 020 semalam.
"Bagaimana? Apakah kalian sudah siap?" Tanya profesor daran.
"Siap pak" jawab berta dengan tegas.
"Apa kamu sudah mengerti gerakan brian dan seyra tadi? Kalau belum siap, temanmu bisa menggantikan kamu!" Tanya pak brama kepadaku.
tak ada jawaban, aku hanya tersenyum menatap kearahnya dan memulai memasang postur pertahanan yang berarti siap melakukan fight pertama dihari yang cerah itu.
Berta yang melihat tingkah ku kemudian tersenyum mengejek karena ia tahu aku tak mungkin bisa mengalahkannya yang sudah lebih lincah dan faham dalam hal bertahan diri dari ajaran keluarganya diras sihir yaitu bargedan. Ia kemudian perlahan berjalan mengelilingi ku dengan kebiasaannya sebelum akhirnya menyerang dengan gerakan pemula bersama pedang kecil pemberian prof daran. Langkah yang sangat lincah dan sulit dilihat, sampai-sampai pedang kecil miliknya tanpa sadar telah berada didekat leher kananku. Aku masih terdiam tanpa gerakan dan melirik kearahnya yang sangat ingin mengenaiku dengan pedang kecilnya itu. Ia berdiri berhadap denganku dan menggerakkan tangan kanannya yang sedang memegang pedang kecil itu kearah wajahku, namun aku masih bisa menghindarinya dengan spontan karena kaget melihat tangannya. Semakin dekat, dia terus berjalan mendekatiku saat berjalan mundur menghidar dari gerakan tangannya yang semakin cepat mendekatiku.
"Mengapa zia hanya menghindar? apa dia belum faham gerakan pemula tadi?" Bisik arina kepada jiny.
"Ntahlah, tapi mata zia hebat juga, dia bisa menghindari gerakan seorang berta yang sedang dalam kondisi marah". Jawab jiny.
Sementara itu zian dan grifin sedang fokus menatap kearahku yang sedang bertarung melawan berta.
"Hey, kenapa kau hanya menghindar?" Teriak berta yang terlihat mulai merasa capek karena tak bisa mengenaiku.
"serang aku dasar kecoak tua, apa kau takut denganku? Dasar kecoak lemah" teriaknya yang membuat beberapa murid kelas I tertawa.
Tanpa sadar teriakannya membuatku merasa malu dan sedikit marah. Mataku dengan perlahan ku gerakkan dan kuarahkan kepadanya, anginpun mulai terasa mengenai setiap rambut murid yang berada disana. Profesor daran terlihat perlahan bergerak dan mengambil cincin merahnya seolah ingin menghampiri ku, triapun yang sedang duduk membaca buku pengobatan ras elf seketika terdiam dan terlihat profesor zardam sedang berdiri dari lantai atas gedung gitovornia school seraya melirik dan memperhatikan pembelajaran pertama diras vampir tersebut.
"Kamu mau aku menyerangmu?" Tanyaku dengan senyuman menyeringai sehingga membuat prof zardam merasa heran dengan tingkah diamku namun terlihat menyeramkan.
"Baiklah, tapi mungkin aku tidak bisa sehebat kamu, jadi aku akan berusaha semampu ku agar bisa mengenaimu" ucapku yang kemudian membuat prof daran mengurungkan niatnya dan kembali berdiri dibawah pohon untuk menutupi tubuhnya dari sinar matahari seraya melepas kembali cinci merah yang bisa melindungi ras vampir dari paparan sinar matahari. Berta kemudian tersenyum seolah-olah ia bisa mendapatkan keinginannya. Kakiku perlahan maju dan menghampiri berta dengan satu serangan pedang seperti gerakan seyra, ia menahannya dengan senyuman dan memberikan serangan balasan kepadaku, namun yang menganehkan menurut prof daran dan seluruh murid yang ada disana adalah pertahanan sekaligus serangan balasan yang aku lakukan bukanlah gerakan pemula yang dipraktekkan oleh brian dan seyra melainkan gerakan khusus dari ras vampir. Serangan berta dengan cepat aku tahan dan serangan balikpun dengan cepat aku arahkan keleher berta yang saat itu tak bisa membaca gerakanku.
Karena merasa malu, ia dengan cepat menyerang secara bertahap seolah-olah tak ingin memberikan kesempatan kepadaku untuk menyerangnya kembali. Namun gerakannya saat itu terlihat lambat menurutku, gerakan kaki dan tangan yang masih bisa ku lihat dengan mudah membuat serangannya tak bisa mengenaiku. Ia terus menyerang sampai akhirnya aku mengingat satu gerakan disebuah gambar yaitu gerakan memblok serangan lawan agar ia tak bisa lagi menyerangku. Aku dengan cepat memutar badan kesebelah kirinya yang saat itu sedang menyerangku diarah depan, tangan kirinya dengan cepat ku dekap memakai tangan kiriku dan pedang disebelah kananku kuarahkan menutupi leher depannya yang membuat ia tak bisa bergerak sama sekali.
"Skak" ucapku perlahan ditelinga kanannya yang membuatnya menjadi marah namun tak bisa berbuat apa-apa.
Tepukkan tangan pun terdengar ramai ditelingaku, bahkan profesor daran mengakui ketajaman mata dan ingatanku.
"Bagaimana kamu bisa tahu gerakan khusus ras vampir tadi?" Tanyanya kearahku yang perlahan melepaskan dekapan tanganku dari berta.
"Ah maaf profesor aku tidak tahu kalau gerakan itu adalah gerakan khusus dari ras vampir, tubuhku hanya bergerak dengan sendirinya karena ajaran gerakan senior seyra tadi" ucapku seraya menunduk kearahnya.
"Ah baiklah, hari ini pertemuan pertama kita selesai, kalian bisa kekelas dan melanjutkan pembelajaran selanjutnya" seru prof daran dan berjalan meninggalkan lapangan dengan cicin merahnya. Berta yang saat itu belum terima kekalahan berjalan kearahku dan menabrakku seraya berkata
"Aku tetap akan membalasmu" kemudian ikut meninggalkan aku, jiny dan arina.
"Wah, senang bisa bertemu denganmu" ucap seorang pria yang ingin berjabat tangan denganku.
"Ah, kak brian, ia terima kasih" ucapku. Ia tak hanya berjabat tangan denganku tetapi berjabat tangan dengan jiny dan arina.
"Sampai bertemu dipembelajaran minggu depan" ucapnya lagi sambil berjalan meninggalkan kami ditempat itu.
"Bukannya dia dari ras campuran? Kenapa dia bisa menjadi senior terbaik di ras vampir? Bukannya saat ini dia sedang ikut pembelajaran khusus dikeluarganya ras campuran?" Tanyaku bingung.
"Sepertinya kamu belum tau sepenuhnya tentang ras campuran" jawab arina si anak pintar itu.
"Diras campuran terbagi menjadi beberapa keluarga, nah kalau misalnya mereka lahir dari ras vampir, maka mereka akan mengetahui kekuatan dari ras vampir, begitupun dengan ras dan keluarga-keluarga yang lain. Mereka diajak bersekolah disini karena bisa menggunakan kekuatan orang tuanya, beda dengan beberapa anak dari ras digitovornia dan manusia yang tidak memiliki kekuatan".ucapnya lagi.
"Ooh jadi kak brian adalah anak seseorang yang berasal dari ras vampir?" Tanyaku.
"Sepertinya begitu, karena dia lebih faham soal vampir" jawab jiny yang kemudian menutup pembicaraan kami dipagi menjelang siang hari itu.
Pakaian kembali menjadi seragam sekolah masing-masing ras dan tempat pembelajaran selanjutnya pun berpindah kedalam satu gedung yang dipenuhi dengan berbagai macam tanaman obat-obatan.
"Sepertinya kita akan belajar pembuatan obat dari ras elf" ucap seorang pria bernama grifin saat melewati ku. Seorang wanita berpakaian putih dengan telinga panjangnya sedang berdiri menyambut kami disebuah pintu kaca dalam gedung gitovornia school.
"Selamat datang" ucapnya sambil membuka pintu kaca itu. Tanaman-tanaman asingpun terlihat menutupi seluruh kaca ruangan tersebut yang membuat ruangan itu terasa sejuk. Meja-meja dan kursipun sudah tertata dengan rapi bersamaan dengan beberapa alat yang akan dipakai mengolah sebuah obat yang bisa menjadi serbuk.
"Ayo masuk" panggilnya dan menyuruh kami untuk duduk ditempat yang sudah disediakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MAGIC OF AN THE WITCH
FantasiSeorang wanita yang dianggap sebagai reinkarnasi wanita hebat di dunia berbeda bernama GITOVORNIA, dimana terdapat 5 Ras berbeda, yaitu ras vampir, sihir, elf, ork dan Ras campuran. Ia menjalani pembelajaran hebat digitovornia dan melalui bebagai ma...