Ditengah percakapan dalam ruangan gelap tersebut sang anak menghilang dan profesor zardam kembali terlihat dengan pakaian putihnya seraya mendengarkan penyampaian profesor tria yang sedang duduk dengan mata biru tersebut.
"Mereka akan mulai bergerak, dan mahluk yang pernah kau lihat itu akan datang kesini saat ini juga" ucapnya lalu merubah warna mata biru itu menjadi hitam kecoklatan.
Suara raungan besar terdengar profesor zardam dan prof tria berdiri saling membelakangi,
"Mahluk peliharaannya akan datang, lakukan tugasmu dan pindahkan kita ke tempat lain" ucap profesor zardam sebelum pintu ruang gelap di Gitovornia school itu terbuka.
"Lama tak bertemu, penampilan mu sangat bagus profesor zardam" serunya dengan tawaan menyeringai dan tak menyadari kehadiran profesor tria yang telah berubah menjadi fairy untuk menyembunyikan dirinya dari tatapan pria berpakaian hitam yang tak lain adalan stefan.
"Sepertinya kau telah pulih sepenuhnya stefan?" Tanya profesor zardam sambil melirik mengikuti langkah kaki stefan yang sedang berjalan mengelilinginya.
"Seperti yang kau lihat, tongkat ini masih utuh ditanganku, mengapa kau masih dengan postur tubuh seperti itu? Apa kau takut semua orang akan menyalahkan mu karena hilangnya penyihir itu?" Tanyanya lagi dengan tawaan kecil.
"Posisi yang serba salah, kau pasti menyembunyikan semuanya karena rasa bersalah mu tak bisa menyelamatkan wanita penghianat dan ibu kandung mu sendiri? Iakan?" Celetuknya seraya berhenti didepan profesor zardam.
"Sepertinya kau terlalu ikut campur dengan urusan orang lain stefan, dan terlalu berani memunculkan dirimu tepat dihadapanku" ucap profesor zardam dengan senyuman.
"Apa kau tahu alasan ku sembunyi seperti ini?" Tanyanya seraya menatap fokus kearah stefan.
"Itu karena sebuah alasan agar kau bisa datang dengan berani menghampiri ku tanpa persiapan yang matang seperti saat ini".
"Alvernaa" ucap profesor tria yang perlahan hadir dibelakang profesor zardam seraya memindahkan tubuhnya dan prof zardam mendekat kearah stefan lalu menghilang dari ruangan tersebut.
**
Sementara itu disebuah gua, aku yang terbaring tak sadarkan diri dibawah pohon rindang tiba-tiba mendengar sebuah suara pedang yang sedang di mainkan oleh seseorang. Kepala mulai ku gerakan dan mata hitam terlihat setelah ku membuka mata kesekian kalinya. Suara pedang itu berasal dari sebelah air terjun tepat di sebuah jalan kecil yang hanya bisa dilewati oleh satu orang saja. Aku memberanikan diri mengikuti jalan panjang itu dan mendekati jalur suara pedang tersebut.
Dibalik sebuah pohon tinggi terlihat seorang pria dengan lincahnya mengayunkan pedang dan mengambil panah untuk memanah beberapa papan yang telah ia tuliskan angka. Sasaran panah terlepas tepat dibagian tengah papan tersebut. Ia menutup mata dengan sebuah kain berwarna putih dan menembakkan panah itu berulang kali. Kepala tiba-tiba ia arahkan kepada sebuah pohon tempat ku berdiri dan menembakkan panah tersebut hingga mengenai rambut sebelah kananku.
"Martin?" Teriakku kepadanya. Kain putih ia lepaskan dari matanya dan kaget melihat keberadaan ku ditempat yang ia harapkan tak pernah ada orang lain mengetahuinya.
"Ba.. bagaimana kau bisa ada disini?" Tanyanya bingung. Kenapa kau bisa sampai disini? Bukankan ini sangat jauh dari tempatmu? Bahkan dari air terjunpun tak akan ada orang yang pernah kesini? Ba.. bagaimana caramu bisa mengetahui tempatku? Apa kau mengikuti ku?" Celetuknya dengan banyak pertanyaan.
"Aah, aku hanya mengikuti suara pedang" jawab ku bingung.
"Kenapa kau menyembunyikan keahlian pedang dan panahmu?" Tanyaku seraya mendekat kearahnya.
"Sangat tak masuk akal, suara pedang tak mungkin terdengar jelas, apalagi ada suara air terjun yang sangat kuat menutupinya". Jawabnya seolah tak percaya dengan apa yang sudah ku sampaikan.
"Lalu kalau bukan karena itu, bagaimana aku bisa sampai ditempat kecil seperti ini?" Tanyaku kepadanya.
Ditengah percakapan tersebut, tiba-tiba sebuah suara retakan kayu terdengar seperti ada sesuatu yang menginjaknya.
"Hust" ucap martin seraya menarikku untuk menunduk dan menyembunyikan diri dibalik semak-semak.
"Ada apa?" Tanyaku bingung kepadanya.
"Sepertinya mahluk itu datang lagi!" Serunya.
"Mahluk? Mahluk apa?" Tanyaku bingung.
"Sudahlah, ayo kita pergi kesebelah sana" tunjuknya kearah kiriku seraya bergerak dan melangkah kearah tersebut. Kaki kami tiba-tiba terhenti saat melihat tubuh hijau besar dengan air liur yang mengalir deras dari balik gigi taring panjangnya tersebut.
"Martin, zia?" Panggilnya.
"Keyla?" Ucapku bersamaan dengan martin. Tubuh dan giginya perlahan mengecil dan kembali ke wujud keyla yang kita kenal.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku bingung.
"Aku sedang mengontrol tubuh hijau ini" jawabnya lalu duduk tepat disampingku.
"Apa mereka semua juga harus mengontrol tubuh seperti mu?" Tanyaku dengan ceplas-ceplos.
"Mereka berbeda dariku, dan ras ork lainnya juga berbeda denganku" tegasnya.
"be.. berbeda bagaimana?" Tanyaku penasaran.
"Kau lihat tadi? Aku bisa berubah seperti ras ork pada umumnya, tetapi aku juga bisa menjadi seperti ras ork yang terbuang".
"Terbuang? Terbuang maksudnya?" Tanyaku lagi yang kemudian dipotong oleh martin seraya menjelaskan kebenarannya kepadaku.
"Ras ork yang tidak memiliki tubuh dan taring yang besar adalah ork yang lemah menurut leluruhnya, itulah kenapa mereka tinggal digitovornia dan bukan di hutan terlarang, karena. Dihutan terlarang itu banyak mahluk-mahluk yang lebih besar dari ork yang terbuang. Dan Itulah juga kenapa mereka tidak diterima oleh pemimpin ork". Jawabnya sambil berdiri dan melangkahkan kaki untuk meninggalkan hutan tersebut.
"Ooh, tapi kan kamu bisa seperti pemimpin mu" ucapku.
"Dulu aku lahir dengan tubuh kecil dari orang tuaku yang bertubuh besar. Mereka memberikan ku kepada adik dari ibuku yang sudah tinggal digitovornia ini, jadi mereka bahkan belum tahu kalau aku bisa berubah seperti mereka." Jawabnya seraya berjalan mengikuti ku dan juga martin yang sedang memandu jalan untuk keluar.
***
Sebuah portal terbentuk ditanah luas dengan suasana malam dan terangnya bulan yang menyinari tempat tersebut.
"Berani-beraninya kau" ucap stefan marah kearah tria.
"Maafkan aku Mr, stefan, ucapnya seraya berubah menjadi fairy dan berdiri dipundak prof zardam.
"Dasar fairy penghianat, lebih baik sudah ku bunuh kau saat gordam dihukum dengan mantra penghilang kekuatan, tak ku sangka kau bisa keluar dari penjara itu" ucapnya.
"Kau lupa tentang sihir perubahan kepemilikan milikku?" Tanya profesor tria dengan senyuman kepadanya.
"Saat alex dan virani lewat didepan penjara itu, aku mengucapkan mantra untuk memilih alex menjadi tuanku yang baru dan mengikat kontrak dengan nya. Tapi bukan berarti gordam tak bisa memerintahkan ku" ucap profesor tria seraya kembali ke bentuknya sebagai seorang elf.
"Hah, tak ku sangka fairy langkah seperti mu bisa secerdik ini" ucapnya lalu mengalihkan pandangan kearah profesor zardam.
"Kalian juga tak tahu kalau yang hadir saat ini bukanlah stefan tetapi aku yang telah diubah oleh drakon dengan....",
"Aku tahu, itulah kenapa aku membawamu ketempat ini agar tidak merusak sekolah milikku" jawab profesor zardam seraya memotong perkataannya.
"Bagaimana kau bisa mengetahui ku?" Tanyanya dengan raut wajah datar.
"Karena kau tidak merasakan kehadiran tria saat pertama kali kau datang," ucap prof zardam.
"Saat itu aku hanya menyembunyikan diriku dari semua orang selain stefan dan tuan zardam, jadi, jika kau tak melihatku saat itu, itu berarti kau bukanlah stefan" ucap profesor tria.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MAGIC OF AN THE WITCH
FantasySeorang wanita yang dianggap sebagai reinkarnasi wanita hebat di dunia berbeda bernama GITOVORNIA, dimana terdapat 5 Ras berbeda, yaitu ras vampir, sihir, elf, ork dan Ras campuran. Ia menjalani pembelajaran hebat digitovornia dan melalui bebagai ma...