Haripun berganti namun mata merah itu belum juga berubah, aku berusaha mengedipkan mata dan menggosoknya beberapa kali namun tak ada perubahan sama sekali.
"Hari ini kita harus masuk pembelajaran di ras sihir, tapi bagaimana dengan matamu?" Tanya jiny.
"Kalian duluan saja ke kelas, aku mau membaca buku semalam, siapa tahu ada petunjuk disana." Jawabku,
"tapi pembelajaran 30 menit lagi akan dimulai". Ucap jiny.
"Tenanglah, zia pasti akan menyusul" jawab arina seraya memegang pundak jiny dan memanggilnya pergi.
"Kita duluan yah zia" pamit nya kepadaku.
Lembar perlembar mulai ku buka, namun tak ada satupun penjelasan mengenai cara menghilangkan mata merah itu. Sebuah cahaya merah dikelingking kiriku seketika terlihat, namun kembali hilang dan tidak meninggalkan jejak sama sekali sehingga aku tak memperdulikannya.
"Mungkin saja tria bisa menyembuhkan mata ini" ucapku dalam hati dan dengan cepat menyimpan buku didalam lemari lalu berjalan keluar untuk pergi ke ruangan pembelajaran ras elf berada. Pintupun ku buka
"aku disini nyonya" ucap profesor tria yang kemudian membuatku mengurungkan niat dan kembali menutup pintu kamar.
"Ah bagaimana dengan mataku ini tria? Aku tidak tahu kenapa dia bisa berubah menjadi merah" tanyaku tergesa-gesa mengingat pembelajaran di ras sihir akan segera dimulai.
"Aku juga tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan matamu, tapi profesor zardam pasti tahu caranya, dan aku datang kesini atas perintah profesor zardam untuk membawamu kesana" jawab nya.
Pintu asrama ras sihirpun tertutup setelah aku dan profesor tria keluar, suara gantungan kunci kepala dari 6 pintu dalam lorong setelah asrama yang saling berhadapan berubah menjadi sapaan untuk prof tria.
"Hallo Profesor tria" sapa mereka selama perjalanan kami.
"Tria, ruangan apa ini? Mengapa memiliki gantungan kunci seperti itu?" Tanyaku.
"Ooh itu adalah ruangan khusus yang dibuat untuk pelatihan masing-masing ras". Jawabnya.
"Tapi kenapa ruangannya sangat kecil?" Tanyaku lagi selama melintasi ruangan depan pintu masuk sambil memasuki ruang besar khusus pertemuan seluruh ras. "Dimana ruangan profesor zardam tria?" Tanyaku,
"Ruangannya di ruang teratas gedung ini" jawab tria sambil melirik keatas gedung berlantaikan 6 tingkatan tersebut.
"jadi kita harus berjalan melewati 6 lantai ini?" Tanyaku bingung. Triapun tersenyum dan merubah dirinya menjadi sapu terbang berwarna hijau itu,
"kenapa kita tidak menghilang seperti yang kalian lakukan?" Tanyaku dalam penerbangan melewati tangga dan ruangan masing-masing ras.
Dilantai pertama yang kita lewati adalah ruang ras elf yang terdiri dari ruang kelas 1 umum, kelas 2 yang terbagi menjadi 3 ruangan dan Kelas 3 yang terbagi menjadi 3 ruangan serta ruangan profesor tria. Dilantai kedua kita melewati ruangan ras Vampire yang terdiri dari 4 ruangan yaitu ruang kelas 1 umum, kelas 2 dan kelas 3 yang jarang sekali terpakai karena lebih sering berada dilapangan serta ruangan profesor daran . Dilantai selanjutnya kita melewati ruangan ras ork yang begitu besar karena tubuh kecil dan tinggi mereka dengan 4 ruangan yang sama dengan ras vampire.
Dilantai ke 4 kita bisa melihat beberapa orang dengan ruangan berbeda-beda yang dikelas pertama, kedua dan ketiga dikhususkan untuk mereka sang dara campuran. Di dalam kelas terbagi menjadi beberapa ruangan yang memiliki kekuatan berbeda-beda,sedangkan dilantai ke 5 adalah ruangan terbesar dan terluas yang dimana merupakan ruangan ras sihir dengan 8 ruangan yang 5 ruangannya dikhususkan untuk keluarga-keluarga diras sihir, dan 3 ruangan merupakan ruangan khusus profesor dari ras sihir. Kitapun tiba dilantai ke 6 yang memiliki 5 ruangan yang dimana ruangan tengahnya adalah ruangan Khusus yang tak bisa dimasuki oleh orang lain selain profesor zardam, sedangkan 4 ruangan lainnya adalah ruangan profesor abdyan, profesor tarkan, profesor karin dan ruang disamping kanan profesor ruangan khusus itu adalah ruangan profesor zardam.
"Mengapa 3 profesor dikhususkan dilantai enam ini tria?" Tanyaku bingung sambil menurunkan kaki didepan tangga tepat didepan ruangan profesor zardam.
"Nanti kamu akan tahu, ayo kita masuk ke ruangan profesor zardam" panggil tria.
Sebuah meja besar menghadap kearah jendela dan seseorang sedang duduk sambil membaca sebuah buku dengan kacamata diatas hidungnya perlahan menatap kearah kami.
"Sepertinya aku kedatangan tamu spesial" serunya.
"Permisi profesor zardam" sapaku.
"Mata yang kulihat untuk kedua kalinya, bagaimana kamu bisa memperlihatkan mata itu sekarang?" Tanyanya sambil tersenyum.
Iapun berjalan menuju kearahku sambil memegang kepalaku lalu menutup matanya. Bayangan kejadian kemarin diruangan orkpun kembali terlintas dibenakku, seolah-olah seluruh ruangan terlihat. Seorang pria tak asing sedang berdiri di belakang zian dan grifin sambil menggerak-gerakkan tangannya dengan sebuah benang hitam serta tatapan mata yang terfokus melirik kearahku. Tiba-tiba keyla berubah menjadi tak terkendali dan dengan cepat mengeluarkan taring panjang setelah benang hitam itu menempel ke jari manisnya. Beberapa saat kemudian benang merah ia arahkan kepadaku dan menempel tepat dijari kelingking sebelah kiri sehingga perlahan membuat mataku berubah menjadi merah dan aku bisa membaca gerakan keyla.
Setelah profesor zardam melihat hal itu, ia kemudian menurunkan tangannya dari kepalaku kemudian mengangkat tangan kiriku untuk memastikan apakah benang itu masih terikat dijari kelingking kiriku atau tidak. Tongkat sihirpun ia angkat dan sebuah mantra ia ucapkan, seketika itu benang merah terlihat sedang mengikat jari kelingking ku.
"Sepertinya ini cahaya merah yang kulihat tadi" ucapku dalam hati.
"Tria, apakah kamu bisa menghilangkan benang merah ini?" Tanya profesor zardam,
"Maaf tuan, ini adalah benang merah yang hanya bisa dibuat oleh keluarga trankel jadi aku tidak bisa menghilangkannya". Jawab tria.
"Kamu benar, tunggu sebentar zia, aku mau mengambil buku milikku dulu" ucap profesor zardam seolah-olah memperlambat proses pemotongan benang merah itu.
Jam mata pelajaran sihirpun akan dimulai dan aku tak ingin terlambat untuk mengikuti pembelajaran. Mataku tertuju pada benang kecil itu.
"Ini hanya benang kecil" fikirku sehingga aku mencoba untuk membukanya. Setelah tangan menyentuh benang itu sebuah ingatan tiba-tiba terlihat. Seorang pria dengan tubuh hancur ditutupi jubah hitam panjang masuk kedalam tubuh seorang pria yang perna aku lihat sebelumnya. Wajah yang tak asing dengan rambut pendeknya sedang berdiri bersama seorang pria dewasa yang merupakan sang pembakar panti asuhan tempat ku dulu. Stefan kemudian bersujud didepan pria tersebut yang tidak lain adalah profesor maikel.
"Kak Zia.. kak zia..." Panggil seorang anak perempuan,
"kak zia... ayo bangun" panggilnya lagi, mata perlahan ku buka dan terlihat seorang anak perempuan dengan rambut terikat sedang menatap kearahku,
"Siapa?" Tanyaku bingung karena wajah asing yang tak ku kenali itu.
"Ibu, kak zia sudah bangun", teriaknya sambil berlari menjauh dari bawah pohon tempatku terbaring, pakaian putih yang sama terlihat seperti sebuah keluarga sedang berpiknik di kebun hijau yang luas. Aku perlahan membangunkan tubuh dan berjalan menuju kearah mereka. Dua orang wanita yang tak ku kenali wajahnya tersenyum kearah ku tetapi rasanya aku sangat dekat dengan mereka, sedangkan seorang pria dewasa dengan rambut pendeknya yang tak asing dimataku sedang berdiri membelakangi kami seraya menarik sebuah layangan. Ia perlahan membalikkan tubuhnya dan seketika itu mataku membesar karena melihat wajah profesor maikel sedang membawa tongkat sihirnya seraya membaca sebuah mantra Abrakadabra dan mengarahkannya kepadaku. Sebuah cahaya putih terlihat menutupi semua hal yang ada didepanku dan membuatku membuka mata untuk kedua kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MAGIC OF AN THE WITCH
FantasySeorang wanita yang dianggap sebagai reinkarnasi wanita hebat di dunia berbeda bernama GITOVORNIA, dimana terdapat 5 Ras berbeda, yaitu ras vampir, sihir, elf, ork dan Ras campuran. Ia menjalani pembelajaran hebat digitovornia dan melalui bebagai ma...