Chapter 27 - Keraguan yang berlanjut

8 4 0
                                    

Seorang pria berjalan masuk ke dalam ruangan khusus yang sangat besar dan duduk di atas tempat tidur ku. 

"Zia, zia," panggilnya. Mata perlahan ku buka dan zian terlihat sedang menatap ku dengan raut wajah khawatir. Nafas ku tarik dengan panjang lalu ku hembuskan secara pelan. 

"Zian?"

Aku bermimpi lagi" gumam ku. 

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya zian. 

"Ia, bagaimana dengan belakang mu?" Tanya ku karena khawatir dengan kejadian semalam. 

"Aku baik-baik saja, bersyukur profesor tria dan prof boby datang menjemput kita" jelasnya.

 "Ah, kamu istirahat saja, aku kesini hanya mau mengecek keadaanmu dan mau pamit kalau aku akan kembali ke rumah",

"iya, aku sudah baikan kok." jawabku

"kalau begitu, sampai bertemu di asrama zia" pamit nya dengan senyuman lalu berjalan meninggalkan ku diruang pengobatan ras elf tersebut.

Langkah demi langkah ku jalani untuk melihat apakah martin, keyla dan berta masih berada di ruangan pengobatan atau tidak. 

"Mereka baru saja pulang" ucap erika sang wanita elf teman profesor tria.

"Apakah rumah martin jauh dari gedung ini?" Tanyaku, 

"tidak, rumahnya tepat di dekat rumah temanmu zian" jawabnya lalu meninggalkan ku dan berjalan menuju pintu keluar. 

"Tunggu, aku ikut keluar". Ucap ku mengikutinya menelusuri lorong pengobatan ras elf tersebut.

"Erika, mengapa saat pertama kali aku datang, suara pedang terdengar jelas dari ruangan ini? Tapi kenapa beberapa kali aku datang suara itu sudah tidak ada?" Tanyaku bingung. 

"Hah suara pedang? Bagaimana bisa ada suara pedang? Ras elf tidak pernah bagus dalam mempelajari ilmu pedang dan fisik baik dari ras vampire, ork atau keluarga bargedan." Jawabnya sambil membuka pintu kaca tersebut.

Air terjun itu terlihat hingga membuat ku penasaran seakan-akan seperti ingin kembali kedalam gua dibaliknya. Aku terdiam sejenak dan memutuskan kembali ke dalam ruang pengobatan ras elf untuk mengambil jubah dan tongkat sihir lalu berjalan menuju ke atas bukit dekat gua di balik air terjun itu.

Suara derasnya air semakin kuat terdengar. Lorong di balik air terjun terlihat sehingga memudahkan ku untuk masuk tanpa melewati derasnya air. Sebuah portal terbentuk dan perlahan pintu gua terlihat. 

"Masih tertutup kaca" ucap ku seraya menyentuh pintu yang tak bisa di lewati itu. 

"Open".

 Suara seperti air mengalir lembut terdengar lirih ditelinga sehingga membuat tangan, kaki dan seluruh badan ku bisa masuk ke dalam gua tersebut. Pohon tinggi dengan daun yang sangat lebat dan burung-burung serta beberapa binatang lainnya berkeliaran didalam gua. Tanaman-tanaman hijau terlihat memenuhi isi gua dan Sebuah ruangan yang didalamnya terdapat tempat tidur, lemari pakaian, lemari kecil dengan sebuah lampu diatasnya serta lemari dengan banyaknya buku dari masing-masing ras nampak jelas dimataku.

"Diluar masih siang, tapi didalam sini seperti sudah malam" gumam ku. 

"Seandainya saja bisa terlihat seperti siang hari" harapku ku dalam hati yang tanpa ku sadari tiba-tiba suara gesekan batu besar terdengar, cahaya terang menyinari ruangan dengan pohon dan binatang-binatang tersebut, cahaya itu memancar masuk kedalam ruangan kamar zianastasya sehingga membuat ku berjalan secara perlahan keluar dari ruang kamar tersebut.

 Batu besar yang menutupi gua terbuka lebar diatas kepala ku. 

"Aaaarghhhh" teriak ku. Bayangan api berwarna merah dengan seorang pria dewasa di atasnya membuat ku teringat akan mimpi buruk setelah kebakaran dipanti asuhan terjadi.

"Mengapa aku begini?" Tanya ku dalam hati. 

"Perjalanan mu akan segera berakhir" sebuah suara wanita yang tak asing terdengar mengelilingi ku. Keraguan demi keraguan kembali menghantui fikiran ku dan suara kedatangannyapun terdengar. 

"Tria," panggil ku seraya membalikkan tubuh menghadap kepadanya. 

"Apa yang sedang anda pikirkan nyonya? Mengapa anda kesini?" Tanyanya dengan tubuh fairy.

"Ah, aku hanya ingin masuk ke sini" jawab ku singkat. 

"Ah tria, apakah di sini pernah terjadi kebakaran sebelumnya?" Tanyaku. 

"Ia pernah" jawab tria seraya mengubah dirinya menjadi seorang elf lalu kemudian berjalan kesebuah batu dibawah pohon rindang. 

"Saat zianastasya menghilang" tambahnya. 

"Mengapa kamu bisa mempertanyakan itu nyonya?" Tanya tria.

"Aku juga tak tahu, tetapi aku pernah bermimpi bertemu dengan seorang pria dewasa yang sedang melayang di udara setelah membakar habis seluruh gua ini" ucapku. 

"Kapan anda mengingatnya?" Tanya tria. 

"Ah tepat setelah kau membuatku ketakutan karena shampoo dan sabun yang bergerak sendiri".

"tapi aku tidak memberikan kenangan yang tidak pernah kau alami" jelasnya seraya berdiri menghadap ke depan pintu gua. 

"Sepertinya aku harus pergi, jika nyonya ingin kembali, pulang lah ke ruang pengobatan ras elf" serunya lalu dengan cepat menghilang dari pandanganku. 

Raut wajah bingung menyelimuti wajah ku, perlahan suara panggilan terdengar ditelinga, suara tawa tak asing antara seorang wanita dewasa dan pria kecil memenuhi gendang telinga. 

"Aaaarghhhh" kepala mulai ku gerakkan ke kiri dan ke kanan untuk mencoba menghilangkan suara-suara asing tersebut. Perasaan yang campur aduk terasa hingga membuatku tak nyaman dengan kondisi saat itu.

"Zia, ayo ikut belajar denganku" panggil seorang pria, 

"Zia ayolah ikut belajar denganku, mengapa kamu hanya berdiam diri didalam gua ini" panggil nya lagi, suara panggilan dengan kata yang sama berulang kali terdengar ditelinga hingga membuat kepala terasa berat dan badanku perlahan jatuh ketanah tepat dibawah pohon rindang di gua tersebut. 

Bunyi suara jatuh terdengar sangat jelas, mata biru silver itu menatap keatas langit dan perlahan batu besar gua tersebut kembali tertutup, tak ada pergerakan, aku terdiam dengan tatapan kosong keatas dinding gua lalu beberapa menit kemudian Badan mulai ku arahkan kesebelah kanan dan 

"Life for death.. Life.. Life.. Life" Tangan yang mengarah kedepan memperlihatkan seorang wanita berambut putih panjang, memakai pakaian putih dengan sebuah tongkat ditangan kanannya dan mata yang berwarna sama dengan warna mataku saat itu. kesadaran yang perlahan menghilang membuatku lupa akan kehadirannya.

Sementara itu didalam sebuah ruangan profesor zardam mengundang semua profesor dan tiga profesor khusus di samping ruangan profesor zardam untuk membahas pergerakan dari arteruis yang tidak akan pernah membuat mereka aman sebelum pemimpin dan pengikutnya yang jahat itu di hilangkan. Profesor tria datang terlambat dan menghadap kepada prof zardam untuk menyampaikan beberapa hal. 

"Baiklah semuanya sudah hadir disini, jadi pembahasan ini akan ku mulai" ucapnya seraya menyuruh profesor tria untuk duduk terlebih dahulu. 

cahaya gelap terlihat memenuhi ruangan tanpa lampu dibelakang meja perkumpulan tersebut. beberapa orang terdiam mendengar penjelasan profesor zardam tentang kejadian semalam. 

"Ia akan kembali ke sini seperti dua perang yang telah berlangsung kemarin, kita harus mempersiapkan diri dan menjaga ketat perbatasan. jangan sampai salah satu dari mereka bisa masuk kedalam Gitovornia dan membawa salah satu dari orang-orang yang telah hidup bersama di gitovornia ini. terutama seorang anak bernama ziana". ucapnya.

"tapi, bagaimana kalau ternyata mereka sudah ada disini? bukan kah kejadian semaam adalah salah satu tanda kalau mereka bisa masuk?" tanya profesor boby.

"untuk sementara waktu kita tetap harus waspada, dan tetap fokus untuk memperhatikan gerak-gerik ziana". jawab profesor zardam seraya mengakhiri pertemuan tersebut. 

sementara itu setelah semuanya selain prof tria meninggalkan ruangan, mata profesor tria terlihat membiru dan dia duduk dengan cara berbeda. 

"Paman, anda sudah tahu yang terjadi?" ucap seorang pria berparas tampan berumur sekitar 30 an tahun dengan kulit putih dan berpakaian serba hitam.

THE MAGIC OF AN THE WITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang