Suasana malam dengan cahaya lampu kuning terlihat disekitaran kamar, lampu yang perlahan menghangat masih tetap menyala dengan terangnya tepat disamping kasurku. Sebuah buku ku baca dengan teliti dan terlihat ada beberapa kesamaan cerita dari buku-buku sebelumnya yang pernah aku baca,
"sepertinya buku ini saling berkesinambungan, apa ini alasan profesor tria memberikan semua buku kepadaku? Tapi, bukankah profesor tria mengatakan ini adalah buku zianastasya?" Gumamku dengan banyak pertanyaan.
"Taak"
"siapa itu?"bayangan seorang pria seakang tengah berdiri di balik jendela tepat disamping kasur arina. Bayangan itu masih tetap berada disana dengan tatapan lurus ke arahku, tongkat kuning tanpa sadar ku munculkan dari balik tangan kanan sebagai penjagaan jangan sampai orang itu mempunyai niat jahat, Ketokan pintu tiba-tiba terdengar dan mengagetkan ku.
Tak ada suara, keadaan asrama terasa sunyi saat itu, bahkan jiny dan arina tak pernah sedikitpun bergerak dari kasurnya. Bayangan sebelumnya pun ikut menghilang dari pandanganku.
Dengan tenggorokan yang bergerak karena menelan ludah aku memberanikan diri berjalan melambat menuju pintu lalu menyihir seluruh buku yang sedang ku baca masuk kedalam lemari.
"Siapa disana?" Tanyaku ragu-ragu.
"Ini aku, grifin" jawabnya.
"Hah? Sedang apa kau kesini? Bukankah ini waktunya orang-orang tidur?" Tanyaku risih dan penuh kecurigaan.
"Cepat buka pintunya!" Pintah grifin seolah-olah memaksa.
Tak ada pilihan lain, aku sangat penasaran dengan keadaan sebenarnya. Tangan ku majukan untuk membuka kunci pintu dan *tak* sebuah tangan hangat menyentuh pundak ku.
"Aleomora The spiens" Sebuah mantra pembekupun terdengar keluar dari mulut grifin saat pintu kamar ku buka dengan lebar.
"Aaarkkkhhh" teriakkan menjerit terdengar dibelakangku bersamaan dengan suara jatuh yang ikut bergema saat itu.
"Arina?" Ucapku kaget melihat kabut hitam keluar dari tubuhnya.
"Kamu .... Bagaimana kamu bisa..",
"sudahlah, ayo ikut aku, kita ke ruangan profesor tria". Ucapnya memotong pembicaraan.
"untuk apa kita kesana?" Tanyaku bingung ketika grifin mengajak ku ke ruangan prof tria dan bukan ke profesor yang lain.
"Sudah ikut saja, ini penting, sebelum dia datang lagi". Serunya hingga membuat rasa penasaranku semakin besar.
Tak sempat berjalan, tiba-tiba
"Kalian mau kemana?" Tanya zian keluar dari pintu kamarnya.
"Ariiiinaa.... ada apa dengan arina zia?" Tanya jiny yang juga ikut keluar saat itu.
Cahaya lampu perlahan mati dan kembali menyala menyinari ruang asrama sihir saat itu. Berta, keyla, jony dan martinpun ikut terbangun dan keluar dari kamar mereka masing-masing.
"Mengapa hanya kita yang bangun?" Tanya jiny dengan kehati-hatian seraya menatap kesegala arah.
Martin berlari mendekati arina dan mencoba untuk mengobatinya, jinypun ikut duduk seraya memperhatikan sekitarnya. Zian dengan cepat menarik dan menggenggam tangan kiri ku sedangkan tangan kananku masih berada digenggaman grifin.
"Lebih baik kita tidak saling berpegangan agar bisa menyelamatkan diri masing-masing" ucapku seraya menatap kearah mereka.
"Ah maaf" jawab zian yang terpaksa melepaskan tangannya.
Berbeda dengan zian, grifin malah menarikku untuk pergi ke ruangan profesor tria, namun sebelum mencapai pintu, grifin terdiam tepat didepan pintu kamar 015 seakan-akan ia sedang merasakan sesuatu. Semua mata kita tertuju padanya yang saat itu terlihat ketakutan. Ia melepaskan tangannya dan mendorongku saat kabut hitam itu muncul dari balik pintu kamar 015 lalu berteriak,
"martin pergi".
Portal seketika terbentuk dan dengan cepat martin membawa kita semua berpindah tepat didepan tangga menuju ruangan profesor zardam.
Sebelum portal itu terbentuk, aku sempat menatap kearah pintu yang sedang ditempati oleh seorang pria tak asing yang tak lain adalah ayah dari grifin yaitu profesor maikel.
"Arina.. bangun" panggil jiny yang masih memegang arina saat itu. Aku berjalan menaiki tangga untuk memanggil profesor zardam dan
"Ziia?" Tegur profesor maikel yang sedang berjalan keluar bersama profesor tria dari ruangan profesor zardam.
"Bukannya tadi adalah profesor maikel? Lalu,... Tidak mungkin profesor tria juga termaksud salah satu dalang dari kejadian ini?' gumamku dengan tatapan bingung.
"Apa yang terjadi? Mengapa kalian semua berada disini?" Tanya profesor tria.
"Sepertinya ada yang sedang terjadi, grifin, kita meninggalkan grifin didalam asrama saat kabut hitam itu menyerangnya." Seru zian yang masih bingung.
"Kabut hitam?" Tanya profesor maikel dengan raut wajah kaget lalu dengan cepat melangkahkan kakinya dan berlari sambil memanggil sapu terbangnya untuk pergi ke ruangan asrama sihir.
Mata tria membiru dan berkata
"sesuatu sedang terjadi, sepertinya mereka mengetahui rencana kita untuk menugaskan murid pilihan menjadi prajurit khusus, mereka telah panik dengan keadaan sekarang".
"Baik, aku akan pergi melihatnya" ucap profesor tria yang dengan cepat menghilang dari pandangan sambil mengikuti profesor maikel.
Ada beberapa hal yang masih janggal menurutku, mulai dari kejadian bayangan dibalik jendela, hingga grifin yang bisa mengetahui semuanya dan profesor maikel yang sedang berada bersama profesor tria. Lalu ditengah kebingungan itu mataku tiba-tiba ikut membiru dan memperlihatkan keadaan diluar ruangan dengan jelas.
"Aku melihat seorang pria mencurigakan dari ruang asrama" ucap seekor burung hantu yang tak lain adalah lionel atau yang ku kenal dengan sebutan zoowiii.
"Dia bersama seorang profesor menurut ku" serunya lagi sambil menatap kearah mereka yang sedang terbang meninggalkan asrama.
"Ahh itu profesor maikel, grifin.. mereka membawa grifin" ucapku dengan keras.
tatapan mata keyla, berta dan teman-teman lain tertuju padaku dan mata kembali menghitam seraya memperlihatkan suasana ruangan tempatku, berta dan teman-teman lainnya berkumpul.
"A......yo", ajakku..
"mengapa profesor ada disini?" Tanyaku heran dalam hati saat melihat profesor maikel berjalan dengan cepat keruangan profesor zardam tanpa sedikitpun menghiraukan kita yang sedang berdiri disana.
"Ada apa zia?" Tanya arina yang ternyata sudah sadar dari mantra pembeku milik grifin.
"Aneh,.. semuanya aneh, tadi aku lihat profesor maikel terbang meninggalkan asrama bersama grifin dan seseorang yang berkabut itu. Tapi tiba-tiba sekarang dia berada disini!" Ucapku dengan perasaan penuh tanda tanya.
Selang beberapa menit, profesor tria kembali datang bersama zoowii yang saat itu sudah berubah menjadi seorang pria.
"Semuanya sudah aman, kalian bisa kembali ke asrama dan keadaannya baik-baik saja, grifin juga sudah istrahat dikamarnya" pintah profesor tria yang juga ikut masuk ke ruangan profesor zardam tanpa menatap kearahku seperti biasanya. Berbeda dengan tria, lionel masih tersenyum dengan bibir manisnya ke arahku.
"Sudahlah zia, ayo kita kembali, profesor pasti sudah menyelesaikan semuanya" panggil jiny dengan rasa ngantuk seraya memulai langkah berjalan turun ke ruang asrama.
Pintu dengan gantungan kepala itupun terlihat tidak seperti biasanya, mereka sama-sama berkata
"iya telah kembali, iya telah kembali!" Sebuah pernyataan yang membuat ku merasa sepertinya keadaan ini memang tak biasa.
Perasaan yang samapun terlihat menyelimuti zian yang saat itu berjalan kearahku dan berkata.
"Kita harus waspada beberapa hari kedepan" serunya lalu berjalan meninggalkan ku menuju kamarnya seraya menaiki tangga ke asrama ras sihir.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MAGIC OF AN THE WITCH
FantasySeorang wanita yang dianggap sebagai reinkarnasi wanita hebat di dunia berbeda bernama GITOVORNIA, dimana terdapat 5 Ras berbeda, yaitu ras vampir, sihir, elf, ork dan Ras campuran. Ia menjalani pembelajaran hebat digitovornia dan melalui bebagai ma...