Chapter 15 - Gitovornia School III

7 5 0
                                    

Sebuah bingkisan besar terlihat dibawah baju yang tergantung,

"apa itu?coba buka bingkisannya zia" ucap arina.

"Baiklah" ucapku sambil membukanya.

"Waaah......ba.. bagaimana ini bisa ada disini?" Tanya jiny dengan raut wajah heran seraya menatap kearah arina.

"I...inikan buku-buku langkah". Ucapnya kembali.

"Pengobatan ras sihir, The power of ork, The master of vampire, The... Li....lion!" Baca arina.

"The Lion?" Jawab jiny dengan nada heran,

"bagaimana bisa seorang murid kelas I diberi buku the lion? itukan ilmu dari para penyihir langkah?" Tanya mereka.

Suara pintu diketokpun berbunyi sebelum isi surat itu dibuka.

"sembunyikan itu zia" ucap jiny sambil berjalan kearah pintu.

"Hey kecoak kecil, jangan berisik kalau tidak kalian akan tahu akibatnya". ucap dua orang wanita yang tak lain adalah teman kamar berta.

"Ini kamar kita, kenapa kalian yang ikut campur?" Teriak arina.

"Tak.." suara ketukan kuatpun terdengar yang ternyata adalah ketukan tangan berta yang saat itu sedang berdiri dibalik pintu kamar 022.

"Apa ada masalah dengan kalian?" Tanyanya dengan raut wajah marah sambil memegang sebuah tongkat ditangan kanannya.arina yang melihat itu dengan berani menghampiri berta dan berkata bahwa teman kamarnyalah yang lebih dulu datang menghampiri mereka. Berta yang tidak terima dengan perkataan arina dengan cepat menarik baju arina hingga wajah mereka hampir bersentuhan.

"Jangan banyak bicara kau penyihir lemah" ucapnya. Amarah arina tak terkontrol, iapun dengan cepat mengeluarkan salah satu mantra yang sangat ia kuasai

"asykharan" sebuah mantra yang pernah dipakai virani saat melawan ork dalam perjalanannya mencari buku sihir abrakadabra yaitu mantra penimbul rasa gatal selama 8 jam. Hal itupun membuat berta merasa gatal dan melepaskan tangannya dari pakaian arina sambil merengek dan menggarukki seluruh badannya.

"Dasar penyihir aneh", ucap teman berta yang bernama deice dari keluarga trankel sambil mengeluarkan tongkatnya dan mengarahkan tongkat itu kearah arina

"asykaran" ucapnya dengan mantra yang salah. Mantra itu hampir mengenai arina namun cahaya putih tiba-tiba keluar dengan cepat dari tongkat hitam yang sedangku pegang.

"Hah? Ba...bagaimana?" Ucapku kaget saat cahaya itu menghilang kan mantra yang hampir mengenai arina.

"Siapa itu?" Tanya deice.

"Waah anak baru," ucap teman sekamaranya yang bernama lola.

"Mantra apa itu?" Tanyanya kepada ku. Karena tak tahu itu mantra apa dan tak ingin terlihat lemah, akupun dengan berani berbohong kepada mereka bahwa aku telah menguasai semua ilmu yang ada di kelas I.

"A..aku bisa dengan mudah mengubahmu menja..jadi tikus" ucapku spontan. Mendengar perkataan itu merekapun tertawa bersamaan dan mengejek serta mengatakanku seorang penghalayal.

"Sini, kalau berani!" Ucapnya. Tatapan mata merekapun menuju kepadaku,

"apa yang harus aku lakukan?" Tanyaku dalam hati.

"Triiing.." suara tak asingpun terdengar. Peri kecil yang tak lain adalah tria terlihat hadir didepan mataku dan berkata

"aku akan membantumu" dengan senyuman nakal diwajahnya.

"Baiklah, ini adalah pilihan kalian" ucapku sambil menyombongkan diri.

"Berubah jadi tikus" teriakku. Tak ada yang berubah. merekapun tertawa untuk kedua kalinya. Cahaya hijau lewat disampingku menuju kearah mereka bertiga dan senyuman nakalpun terlihat diwajahku.

"Ah, mengapa ini gatal sekali?" Ucap mereka bertiga seraya memutar-mutarkan badannya. Sebuah ekor coklat pun keluar dari belakang mereka.

"Aah.. ada apa ini? Aah .. kembalikan ini seperti semula teriak mereka berdua dan juga berta yang saat itu masih merengek karena gatal.

Suara keras mereka terdengar dilorong kamar ras sihir dan beberapa murid kelas I pun keluar dari kamar mereka.

"Bagaimana ini tria?" Tanyaku bingung.

"Tak," suara ketukan jaripun terdengar dan membuat mereka dengan cepat membalikkan badan lalu berjalan masuk kedalam kamar dengan sendirinya, begitupun dengan berta dan teman kamarnya yang saat itu masih memiliki ekor dan benjolan besar ditubuh berta.

"Ah kenapa arina dan jiny terdiam?" Tanyaku,

"sudah lah nyonya, ayo tidur, besok kalian akan masuk pembelajaran pertama diras vampir, mereka semua akan lupa dengan kejadian malam ini terkecuali si anak dikamar sebelah". Ucap tria.

"Ah, kalau kita bertemu disekolah, kamu harus memanggilku profesor, agar teman lain tidak curiga" ucapnya lagi sebelum akhirnya menghilang dari pandanganku.

Hari esokpun tiba,

"ayo kita akan terlambat" ucap arina sambil berlari membawa buku kosongnya.

"Ayo zia" ajak jiny. Perjalananpun kami lalui sampai akhirnya kita keluar dari gedung gitovornia school.

"Sepertinya kita akan latihan diluar sini! "Ucap jiny.

"Jiny.." teriak jony yang saat itu sedang berdiri dengan sebuah pedang ditangan kanannya.

"Apa yang akan kita pelajari hari ini?" Tanyaku kepada arina sambil berjalan menghampiri tempat pembelajaran pertama.

"Sepertinya kita akan berlatih menjaga diri saat sendirian" jawab arina.

"Ayo ganti pakaian kalian" ucap jony.

"Ah, apa kita harus memakai pakaian olahraga seperti itu?" Tanyaku.

"Pakaian olahraga?" Tanyanya kembali padaku dengan raut wajah bingung.

Seorang priapun datang menghampiri kami dengan bajunya yang berwarna merah tua bercampur kan hitam.

"Ia ini adalah pelajaran olahraga kalau disekolah manusia!" Ucapnya sambil membawakan baju serta sebuah pedang kepada kami bertiga.

"Mengapa dia yang memberikan pakaiannya?" Tanya jiny kepada kembarannya.

"Hmmm, dia adalah orang terpilih, katanya selama dia dikelas I, dia menjadi siswa terbaik diangkatannya, jadi dia yang diperintahkan untuk membagi pakaian ke anak baru." Jawab jony seraya menyuruh kami mengganti pakaian diruang ganti yang berada tepat dibelakang lapangan tempat latihan.

"Aku sudah selesai" ucap arina.

"Ayo pergi". panggilku seraya membawa pedang yang dikhususkan untuk pemula dan berlari kelapangan.

"Hy" tegur seorang pria yang tak lain adalah zian.

"Oh, hay zian" tegurku kembali.

"Apa kamu sudah bisa melakukan gerakan pemula?" Tanyanya.

"Ah, aku belum pernah melakukan ini sebelumnya" jawabku seraya memperlambat langkah kaki sambil berbincang dengannya.

"Jadi kamu masuk digitovornia school tanpa melalui tes seperti kita? Pantas wajahmu sangat asing sejak pertama kali kita bertemu". Ucapnya.
"Ah tenang saja, ini tidak sulit kok, mereka pasti akan membantumu belajar" ucapnya lagi karena tak ingin aku merasa tersinggung.

"Ia, terima kasih atas infonya" jawabku lalu berlari kearah jiny dan arina tanpa menghiraukan nya lagi.

"Semuanya sudah hadir disini?" tanya profesor daran dari ras vampir.

"ah sepertinya berta dan teman kamarnya belum hadir profesor" ucap si pria gendut tio.

sementara itu dikamar 022 terlihat 3 orang wanita yang sedang memakaikan bedak untuk menutupi benjolan ditubuh berta dan berusaha memasukkan ekor ditubuh mereka kedalam rok panjang yang jarang mereka pakai.

"ayo cepat pergi sebelum kita terlambat" ucap deice.

"aah, ayo berangkat, biarkan saja benjolan ini. aku akan balas perbuatan mereka ditempat latihan nanti" jawab berta dengan raut wajah marah.

THE MAGIC OF AN THE WITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang