Chapter 2 - Awal Kejadian

54 10 1
                                    

Cahaya matahari disore hari memancar kedalam kamar melalui jendela panti. Selimut tidur mulai ku tarik dan ku bereskan seperti biasa. Aku berjalan kearah pintu untuk pergi membersihkan tubuh seperti yg diperintahkan ibu lia. Namun seseorang seakan terlihat sedang menatapku dari balik cermin, aku perlahan mundur untuk memastikannya,

"Ternyata itu hanyalah bayanganku" ucapku sambil memukul kepala seraya berjalan keluar.

Pintu kamar mandipun terbuka dan pakaian perlahan ku lepas. Gayung ku angkat untuk membasuh tubuhku dengan air.

"Kenapa rambutku berbusa?" Tanyaku heran.

Aku melirik keatas kepala dan seketika tubuhku tersandar ke dinding kamar mandi karena kaget melihat botol shampoo yang tengah bergerak dengan  sendirinya.

"Aaauuuhhhghh.." jeritku.

Tulisan mantra itu mulai terlihat lagi, gayung air terangkat dengan sendirinya, sabunpun mulai menjatuhkan dirinya didalam air dan perlahan mendekati tubuhku.

"Aaahhhh" teriakku dengan spontan seraya mengambil handuk lalu memutuskan untuk berlari keluar dari kamar mandi kecil itu. namun, mataku kembali melotot ketika melihat sekeliling tempat yang tak ku kenali.

"Haaaaaaahh?" Suara air terdengar, tetesannya terasa didepan wajahku.

Sebuah jalur air yang sangat tinggi, terlihat sebuah pohon berdiri disamping batu besar dekat air terjun itu. Cahaya matahari tak terlihat karena tertutupi besarnya lingkaran batu. Suasananya yang begitu sejuk dengan banyaknya hewan-hewan lucu seperti kupu-kupu dan kelinci seakan memperlihatkan sebuah gua yang berpenghuni.

Tiba-tiba lingkaran berwarna merah masuk dari mulut gua, terasa panas bahkan tumbuhan disanapun mulai layu, hewan-hewan berlari ketakutan.

Terlihat seorang pria dewasa berumur sekitar 40 tahun melayang diudara dan tertawa bahagia menatap kearahku. Karena kaget melihat itu kepalaku perlahan terasa sakit dan kesadarankupun menghilang.

"Apakah aku sedang berhalusinasi?"

"Atau aku sedang bermimpi?" Tanyaku dalam hati.

Mataku berat, nafasku sesak, aku perlahan-lahan kembali membuka mata untuk kesekian kalinya. Dinding berwarna putih, dengan tali infus yang menggantung disamping tempat tidur, suara teriakan dan tangisan terdengar dibalik pintu kamarku, mobil ambulance satu persatu datang dengan nada khasnya yang membuatku bingung sehingga dengan perlahan-lahan memegang kepalaku. hatiku terasa sakit, aku ingin menangis.

"Aku dirumah sakit lagi!" Seruku dengan suara gemetaran.

"Apa sebenarnya yang sedang terjadi denganku?" Frustasi mulai membuatku menggila, aku mulai susah membedakan dimana kisah asli dan dimana cerita yang kubentuk dengan halusinasiku!

*Kriiieeet_" seseorang membuka pintu kamar dengan suara tangisan yang terdengar jelas ditelingaku.

"Zia!!" Teriaknya.

Suara yang tak asing, tapi aku tak ingin menengoknya, aku takut ini hanyalah halusinasi yang perlahan-lahan mulai kubuat.

"Zia.. ibu lia, ibu lia" ucapnya sambil menangis.

"Itu dinda." ucapku dalam hati. Aku menengok kearahnya. Mukanya dipenuhi debu dan bajunya tak layak untuk dipakai, ada sobekkan dan bekas-bekas arang diwajah dan bajunya, rambutnya tak terurus, dan hidungnya berdarah.

"Apa yang terjadi?" Tanyaku dalam hati. Ia bersama seorang wanita dewasa berambut pendek yang selalu memegang tangannya.

"Siapa dia?" Tanyaku dalam hati.

"Kenapa suaraku tak bisa keluar?" Ucapku.

"Ini nyata atau halusinasiku?" Tanyaku kembali.

Bukannya memperdulikan dinda, aku malah memegang kepalaku dengan keras karena berfikir ini adalah halusinasi. Sampai akhirnya dokter mulai mendekati wanita dewasa yang bersama dinda dan berkata :

THE MAGIC OF AN THE WITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang