Chapter 26 - Final fight with William

10 4 0
                                    


Malam semakin larut, empat orang anak sedang terbaring dibawah pohon pinus tersebut. Sementara itu seorang wanita bertubuh tinggi berhadapan dengan seorang pria berpakaian putih bertelinga panjang dengan seekor ular hitam kecil disamping kirinya.

"Akhirnya kau hadir juga zianastasya putri alya" ucap sang pria elf tersebut yang tak lain adalah william dengan tubuh terlihat sedikit ketakutan.

"Mengapa kau gemetar paman william? Bukannya tadi kau sangat gagah berani ingin menantangku keluar?" Ucap zianastasya seraya memutar-mutarkan tongkat emas ditangan kanannya.

"Siapa yang kau bilang gemetaran? Aku? Hahaha bagaimana mungkin aku harus takut melawan anak yang sama sekali belum faham ilmu sihir?" Jawabnya ragu-ragu.

"Aku tahu kau berat mengeluarkan kata-kata itu paman, tapi malam ini sepertinya kau sudah keterlaluan, selain memaksaku keluar, kau juga menyakiti teman seperguruanku dan juga kembali mengingatkan masa kelam itu!" Jelasnya dengan tatapan tajam kearah william.

Angin mulai mengelilingi pohon pinus besar, martin mencoba menggerakkan tubuhnya walaupun ia tahu semuanya akan sia-sia.

"Aku tahu kebaikan bibi lucia tak bisa ku balaskan, tapi jika membiarkan mu hidup tenang adalah keinginannya, maka malam ini aku tidak bisa menjanjikan itu". Ucap ziana seraya mengangkat tongkat dan mengeluarkan sebuah mantra

"Aleomora the spiens". Cahaya putih besar keluar dari tongkat kecil milik zianastasya yang kemudian dengan cepat membuat sasarannya membeku. William menghilang dari tempatnya dan berkata

"Ternyata kamu tidak sekuat yang ku bayangkan". 

Telinga pendek perlahan memanjang, rambut hitam itu berubah menjadi putih dan kedua belah matanya perlahan menjadi biru. 

"Jika cara sihir tidak bisa mengalahkan mu, maka cara elf mungkin saja bisa membuatmu jatuh" ucap zianastasya yang dengan seketika menghilang dan muncul tepat dibelakang William seraya menarik dan melemparkan William kearah pohon pinus.

"Ternyata tubuhmu sedang terluka paman! Apa yang mereka lakukan kepadamu?" Tanya zia seraya berpindah tempat tepat didepannya.

"menjauh dariku" bentak william

"Theravada thresom anneriya" ucap ziana saat menyentuh kepala william dengan jari telunjuk kanannya.

"Aaaaargghhh,... Aaarrghhh,..." Teriak william kesakitan.

 "Wah, luka yang sangat parah, hati yang sudah hilang demi untuk menghidupkan sang penghianat, mengapa kamu rela memberikan itu paman?" Tanyaku mendekat kearah wajah pucat penuh keringat dingin tersebut.

"Lebih baik aku mati dari pada harus memberikan semua penjelasan itu padamu" jawabnya tegas lalu kembali terbaring karena rasa sakit yang perlahan terasa ketika mantra pengobatan ras elf miliknya menghilang.

"Sepertinya aku harus melihatnya secara langsung" gumam ziana seraya memajukan tangan kanannya untuk menyentuh kepala william lalu memejamkan mata untuk melihat kejadian sebenarnya.

**

"Sepertinya hati miliknya cocok untuk menjadi syarat pertama agar tuan drakon bisa berpindah dari tubuh aslinya" ucap seorang pria tak asing kepada anggotanya sambil menunjuk kearah penjara yang sedang memperlihatkan seorang pria dewasa tengah duduk dengan mata tertutup.

William menatap mereka dari arah pintu dan mengikuti pria dewasa yang tak lain adalah stefan keruang milik drakon.

"Tuan Stefan, bagaimana kalau hatiku saja yang kau ambil sebagai bukti setiaku kepada tuan drakon" ucap william sambil bersujud kepadanya.

THE MAGIC OF AN THE WITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang