3. Perjalanan

40 9 0
                                    

Bab 3


****

Meski sering "perang", dua anak itu tetap akur.

Leana menatap topi lebar dengan hiasan bunga yang ia letakkan di kopernya. Ia akan membawanya. Pasti akan berguna kalau di pantai nanti.

Sebenarnya, melihat topi itu membuat Leana mengingat kenangan tahun lalu. Ia membelinya di destinasi pertama mereka saat karyawisata akhir SMP lalu, sebelum aneka kejadian ganjil menerpa. Ia ingat Anyelir dan seketika perasaan bersalah menusuknya.

Anya, maukah kamu memaafkan aku?

Leana sendiri tak tahu mengapa ia mendadak merasa amat bersalah pada temannya dulu. Mungkin karena mereka tak lagi bersama. Mungkin, karena Leana akan pergi tanpa anak itu, meski bersama Gerald. Leana ingat, Anya berpesan agar keduanya tidak terlalu berjauhan. Pesan yang seolah dikabulkan alam. Mereka bisa satu sekolah saja sudah amat mengherankan. Namun, pesan itu pula yang membuat Gerald jadi over-protective dan membuat Leana keki.

Sudahlah!

Leana tak mau memikirkan apa pun yang memberatkannya. Kalau Gerald berulah, ia bisa marah. Marah sungguhan, bukan marah-marahan tak jelas seperti selama ini. Ia kadang heran mengapa bisa tahan setahun ini bersama anak itu. Mungkin, baru sejak rencana jalan-jalan sekelas dicanangkan, Gerald lebih ketat dari biasanya.

Dia siapaku?

Tak urung, Leana teringat kejadian setahun lalu. Ia menghela napas, melupakan sisa-sisa trauma.

****

"Sini! Ke sini!"

Leana pasrah saat seseorang mengambil alih kopernya. Kalau saja ayahnya tak di sana, ia sudah merebut balik dengan paksa.

"Gerald, janji ya." Suara Bapak di belakangnya membuat Leana merinding. Meski ia lebih merinding dengan sikap Gerald.

"Siap, Om. Saya bakal jaga Leana."

Bapaknya Leana itu galak dan sulit percaya orang. Leana saja berkali-kali kena marah karena tidak berbuat sesuai kemauan. Yah, Bapak tidak benar-benar galak seperti orang jahat. Bapak hanya sangat tegas. Maka Leana amat heran karena Gerald sanggup "menaklukkan" amarah Bapak.

Saat itu, mereka baru kegiatan yang mengharuskan kelas 10 pulang lumayan petang. Magrib sudah turun. Gerald, dengan segala sikap protektifnya, memaksa untuk mengantar Leana pulang. Leana tak mau. Yang ada, mereka ribut sepanjang jalan. Rupanya, mereka sampai depan gerbang berbarengan dengan Bapak. Selanjutnya, Gerald malah dipaksa bertamu. Bapak menginterogasi dengan amat tegas sampai Leana yang ketar-ketir sendiri. Namun, entah apa yang terjadi, begitu saja keduanya berdamai dan bisa tertawa bersama. Ditambah kata-kata Gerald, "Saya bakal jaga anak Bapak dari apa pun."

Leana, lagi-lagi, merinding.

"Hayoloh, bengong!"

Leana tersedak. Bapak sudah pamit sejak tadi. Leana duduk-duduk dekat mobil Yessy yang akan ia tumpangi.

"Len, aku baru tahu lo, Gerald akrab sama bapakmu?" Yessy mengerling.

Wajah Leana memerah. "Gitu, lah."

Yang TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang